Humaniora.id, Jakarta – Indonesia tidak banyak melahirkan penyanyi keroncong perempuan yang namanya tetap populer hingga saat ini. Beberapa penyanyi langka tersebut antara lain; Waldjinah, Wiwik Sumbogo, Sundari Soekotjo, dan penyanyi lainnya.
Satu lagi penyanyi keroncong perempuan yang mengikuti jejak pendahulunya, yaitu Yurita Badrun. Penyanyi kelahiran Wonogiri, 30 Agustus 1974 ini, mengaku sejak kecil biasa menyanyikan lagu-lagu keroncong.
“Sejak balita dibiasakan mendengar dan diperkenalkan musik Keroncong oleh ayah saya. Akhirnya menyanyi menjadi hobi,” tukas Yurita Badrun kepada humaniora.id di Jakarta, Kamis (15/08/2024).
Meski dapat menyanyikan lagu berbagai aliran musik, Yurita Badrun mengaku musik keroncong dan musik tradisional yang membawa mujur hingga mengantarkan karirnya sebagai penyanyi profesional. Tidak hanya mendulang rezeki, namun juga menuai prestasi.
Bersama musisi dan penyanyi Koko Thole, Yurita Badrun kini sedang menyiapkan pertunjukan spektakuler bertajuk “CongYang”. Sebuah pertunjukan yang memadukan musik Keroncong (Cong) dan kesenian Wayang (Yang) Orang, yang diimplementasikan dalam bentuk musik, cerita, dan pertunjukan.
“Saya yakin pagelaran ini dapat menjadi tontonan dan tuntunan luar biasa. Tampilan yang menyesuaikan zaman dengan tidak meninggalkan pakem,” tutur Sekretaris Paguyuban Pelestari Budaya Jawa Nusantara PRABUJANA Periode 2024-2029 ini.
Harapannya, kata Yurita, CongYang bisa menjadi pertunjukan seni yang menarik. Diminati masyarakat luas, terutama bagi generasi muda.
“Semoga pentas perdana ini sukses dan menjadi pertunjukan spektakular. Berkesinambungan yang memberi keleluasaan kreatifitas bagi para seniman dalam karyanya,” ujar putri pasangan Badrun dan Sri Harjanti ini.
Kesenian berbasis tradisi, lanjut Yurita, perlu diperbanyak agar kecintaan dan rasa memiliki terhadap kekayaan budaya Indonesia tidak luntur. Perlu diadakan pertunjukan secara rutin minimal sebulan sekali yang bisa dijadikan salah satu destinasi wisata budaya.
“Pemerintah bisa lebih memberi perhatian dan mengapresiasi keberadaan para seniman khususnya yang masih melestarikan seni tradisi negeri ini,” ujarnya.
Yurita juga menyampaikan, dengan adanya event ‘CongYang’ diharapkan dapat memfilter maraknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Sehingga budaya asli kita tidak terkikis bahkan tergusur.
Melalui kegiatan kesenian, lanjut Yurita, juga dapat disematkan pendidikan karakter; budi pekerti. Akhlak menurutnya sangat penting agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jatidiri, sebagai bangsa yang dulu dikenal sopan dan ramah.
“Karena keramahan dan sopan santun khas Indonesia jika diimplentasikan akan menjadi identitas bangsa. Hidup menjadi indah dan selaras, dengan ilmu menjadi mudah dengan agama hidup menjadi terarah,” ungkapnya.
Walau menjadi penyanyi multi genre, namun Yurita mengaku lebih mendedikasikan dirinya pada seni musik keroncong dan musik tradisional. Beberapa karyanya antara lain, Album Duet Yurita Badrun & Koko Thole (Jaran Goyang), album 10 Lagu Terbaik Rinto Harahap (translate Jawa oleh Koko Thole), dan beberapa single lainnya.
Tidak hanya menyanyi, Yurita juga kerap didapuk menjadi host satuan mata acara di televisi. Tahun 2003-2005 bersama komunitasnya Orkes Keroncong Pesona Jiwa, Yurita tampil menjadi host program ‘Canda Sinden’ yang tayang acara live di SCTV.
Tahun 2013-2015 selanjutnya Yurita menjadi host program ‘Warung Cantik Sys NS’ yang tayang di TVRI. Tampil di malam Puncak 25th AMI AWARD Tahun 2022, saat lagu ‘Prasetyaku’ karya Koko Thole masuk Nominasi Kategori Artis Keroncong/ Stambul/Langgam /Asli Terbaik.
Genap di usianya setengah abad, Yurita Badrun akan tampil menyanyi sekaligus menjadi pembawa acara di pementasan ‘CongYang’ yang akan dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta, Jum’at 30 Agustus 2024 mendatang.
Pergelaran spektakuler yang memadukan musik Keroncong (Cong) dan kesenian Wayang (Yang) Orang ini menjadi kado istimewa bagi Yurita Badrun yang tengah berulang tahun ke-50.
Pergelaran “CongYang” diproduksi oleh Swargaloka dan Orkes Keroncong Pesona Jiwa. menampilkan para pemain Wayang Orang senior, antara lain; Dewi Sulastri (Pemain Wanita Terbaik Festival Wayang Orang Panggung), Agus Prasetyo (Bintang Wayang Orang Sriwedari Surakarta), dan Ali Marsudi (Pemain Primadona Teater Tradisi RRI Surakarta).
Didukung pemain lain diantaranya; Irwan Riyadi, Trikadar, Ninok Leksono (Redaktur Senior Kompas dan Rektor Universitas Multi Media Nusantara), dan Tri Agung Kristanto (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas).
Akan tampil juga penyanyi keroncong Amrih Basuki, serta para seniman muda, yaitu; Paramita Putri Nirmala, Sabela Erifah Putri, Ganeshauman Taqwa, Fediano Hammam Akhyar, dan pemain lainnya.
Pementasan dikemas secara musikal dengan tim produksi dan tim kreatif; Suryandoro, Koko Thole, Dedek Wahyudi, Iwan Gardiawan, Freddy Kamto, Eddie Karsito, Guru Milang, Irwan Riyadi, serta didukung para penari Swargaloka School of Dance dan Omah Wulangreh.