humaniora.id – Permasalahan sampah tampaknya menjadi persoalan yang belum menemukan titik terangnya. Terutama sampah yang menumpuk di daerah pariwisata, seperti Kota Sibolga yang berada di Provinsi Sumatera Utara.
Kurangnya kesadaran masyarakat serta pengunjung terhadap sampah di lingkungan sekitar, membuat sampah semakin menumpuk.
Berawal dari keresahan tersebut, mengantarkan sekelompok anak muda untuk membuat sebuah gebrakan inovasi dalam menangani hal itu.
Mereka menamainya dengan Seabolga. Seabolga merupakan komunitas yang berfokus pada lingkungan, khususnya kegiatan memilah sampah yang berada di pesisir pantai Sibolga.
Komunitas ini sudah berdiri sejak tahun 2019, di mana tim dari komunitas ini merupakan sekumpulan anak muda yang memiliki keinginan kuat untuk mengatasi permasalahan sampah di daerah mereka.
Mereka juga merangkul masyarakat pesisir untuk lebih peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan melalui sosialisasi, gerakan aksi nyata dan kegiatan edukasi ke sekolah-sekolah.
Sejauh ini Seabolga telah berkolaborasi dengan sejumlah komunitas lain seperti Indonesia Indah Foundation dalam acara hari bersih Indonesia, Leads Indonesia dalam acara donasi buku, serta kegiatan menanam pohon bersama Garnier Green Beauty.
Seabolga juga pernah menjadi salah satu inisiator Pawai Bebas Plastik yang diikuti oleh beberapa pihak seperti Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) , Indo Relawan, Pulau Plastik dan beberapa pihak lainnya.
Yuli Efriani, selaku pendiri dari Seabolga mengatakan bahwa pada saat ini masyarakat masih kurang peduli terhadap pemilahan sampah.
“Masih ditemukan banyak sampah di pesisir pantai yang menumpuk akibat dari tindakan membuang sampah sembarangan. Untuk itu perlu dilakukan penanganan serta pencegahan atas hal ini” jelas Yuli.
Selain melakukan aksi bersih-bersih secara langsung, tim yang tergabung dalam komunitas Seabolga juga mengadakan edukasi ke berbagai sekolah. Mulai dari SD, SMP, dan SMA.
Hal ini rutin mereka lakukan setiap tahunnya untuk dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sedini mungkin.
Pelaksanaan kegiatan tersebut juga berlangsung baik, di mana para siswa dapat memahami jenis-jenis sampah, cara mendaur ulang, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Saat ini Seabolga memiliki tujuh anggota tim inti dan 30-40 anggota relawan, serta sedang berproses dalam melakukan perluasan, yang direncanakan akan diaktualisasikan tidak hanya di Sibolga tetapi juga di pesisir pantai Kota Medan, terkhususnya Belawan.
Untuk bergabung dalam Seabolga sendiri, dapat melalui pendaftaran saat pencarian relawan serta bisa berasal dari lintas background.
Sedangkan untuk tim sendiri, biasanya lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan posisinya. Seabolga berharap, komunitas yang mereka dirikan dapat membawa dampak dan perubahan yang lebih baik terhadap lingkungan.
“Kami berharap dapat lebih banyak bertemu anak-anak muda yang ingin menjaga dan melestarikan lingkungan, melalui aksi nyata. Serta semoga dengan ini Seabolga dapat menjadi wadah edukasi lingkungan bagi semua” jelas Yuli.