humaniora.id – Persahabatan (friendship) merupakan fitrah yang telah dititipkan Tuhan kepada setiap manusia agar membangun kesetaraan, persamaan, kerukunan, dan keadilan. Sekaligus memberi pesan penting berupa rekomendasi model toleransi aktif.
Toleransi yang tidak sekedar mengakui perbedaan dan keragaman, melainkan menjadikan perbedaan sebagai potensi untuk berdialog, bekerjasama, dan saling menghormati (respect).
Demikian antara lain dikemukakan Ketua Umum KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara), Mayor Jenderal TNI (Purn.) Drs. Hendardji Soepandji, S.H., kepada humaniora.id, di gelaran acara ‘World Dance Day’ (WDD) 2023, yang berlangsung di Taman Museum Fatahillah Kota Tua, Jakarta, Sabtu (06/05/2023.
“World Dance Day’ (WDD) digelar untuk membangun persahabatan (friendship) bagi anak bangsa dan antar anak bangsa di dunia. Sehingga terjadi saling respect bagaimana menghargai diri sendiri dan orang lain. Excelence; yang terbaik untuk semuanya,” ujar Hendardji Soepandji, di tengah ribuan orang yang menyemut memadati kawasan Kota Tua Jakarta.
Mengusung tema ‘World Dance Friendship with Respect and Excelence’ DPP-KSBN (Dewan Pimpinan Pusat Komite Seni Budaya Nusantara Indonesia) menggelar ‘World Dance Day’ (WDD) 2023.
Acara yang digelar sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB tersebut berlangsung meriah. Menampilkan 90 grup yang melibatkan tidak kurang dari 2500 penari.
Diikuti para seniman tari dari berbagai Negara antara lain; Indonesia, China (Hainan, dan Nanchang), India, Thailand, Brunei Darussalam, dan Malaysia, serta dihadiri Presiden IFOT (International Festival Of Tales) Dr. Kathy Carver (Dr. Kathy Kadija) dari Amerika Serikat.
“WDD menjadi sebuah event besar tahunan. Bukan hanya sebagai simbol-simbol, namun spiritnya terimplementasi dalam kehidupan,” kata Hendardji Soepandji.
Persahabatan, kata Hendardji Soepandji, adalah warisan leluhur dunia yang harus selalu dijaga. Agar dunia penuh dengan nilai-nilai persahabatan dan tidak ada perang diantara bangsa-bangsa. Sebaliknya yang terjadi adalah kedamaian, toleransi, dan saling pengertian.
“Di dalam tarian-tarian ini bagaimana penari tidak syur sendiri. Bagaimana dia bisa berinteraksi, dan mengajak penonton menari bersama membangun sebuah persahabatan,” ungkapnya.
Antara penari, dan penonton sudah seharusnya kata Hendardji Soepandji, tidak ada gap (kesenjangan). Melainkan ada hubungan batin lewat tari.
“Tari jangan hanya difahami sebagai gerak tetapi juga sebuah nilai-nilai yang harus diimplementasikan di dalam sebuah kehidupan,” tegasnya.
World Dance Day’ (WDD) juga diikuti peserta dari dalam negeri. Sebagian besar peserta mewakili DPW-KSBN (Dewan Pimpinan Wilayah Komite Seni Budaya Nusantara Indonesia).
Peserta mewakili pengurus wilayah DPW KSBN tersebut diantaranya Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Merauke Papua Barat.
Peserta diluar pengurus wilayah DPW KSBN dari provinsi lain adalah Sulawesi Selatan. Termasuk peserta khusus dari Keraton Pakualaman Yogyakarta.
Tidak kurang dari 48 grup tari mewakili berbagai sanggar yang ada di kawasan Megapolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), juga ikut memeriahkan acara bertarap internasional ini.
Sebelum kegiatan utama ‘World Dance Day’ (WDD) berlangsung, acara diawali kegiatan arak-arakan (defile) mengelilingi Kota Tua. Diikuti delegasi mewakili para peserta dari dalam dan luar negeri.
Defile mengelilingi Kota Tua dimeriahkan berbagai elemen kesenian, antara lain musik Gambang Kromong, Tanjidor, parade Ondel-Ondel, Egrang Betawi, Liong Barongsai, Kesenian Reog, Komunitas Sepeda Onthel, Andong Hias, dan seni pertunjukan lainnya.
Defile tampak semarak dengan berbagai bentangan spanduk, bendera Merah Putih, serta bentangan bendera delegasi peserta luar negeri. Arak-arakan ini disambut ribuan penonton yang memadati region Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta.
Hendardji Soepandji kembali menyampaikan, membangun persahabatan (friendship) itu tidak bisa dalam waktu singkat. Namun kegiatan WDD yang digelar secara spektakuler tersebut ruhnya dapat terpatri dalam jiwa banyak orang, bahwa persahabatan itu menjadi hal maha penting dalam hidup.
“Itulah hakekat hidup bagaimana bisa guyub, hidup damai, tanpa membedakan ras, suku, golongan, dan agama. Seni budaya menjadi kesatuan yang indah di dalam hidup ini,” tegasnya lagi.
Menurut Hendardji Soepandji, kegiatan budaya ini tidak hanya kegiatan bersifat fisik. Namun juga non-fisik berupa nilai-nilai luhur bangsa yang harus dihayati dan diimplementasikan pada kehidupan nyata.
“Ajang WDD ini adalah sarana untuk saling mengenali perbedaan dan toleran pada perbedaan yang berujung pada persahabatan (friendship),” tegas Hendardji Soepandji.
World Dance Day (WDD), lanjut Hendardji Soepandji, merupakan mimbar lintas gender; maskulinitas dan femininitas, lintas etnis, lintas generasi dan lintas bangsa. Menjalin persahabatan antar bangsa yang ditampilkan melalui tarian.
“Kita bersatu dalam suasana saling menghormati (respect). Menampilkan yang terbaik untuk semua. Baik peserta, panitia, undangan dan penonton (excellent),” lanjutnya.
Nilai-nilai inilah menurut Hendardji Soepandji yang dibutuhkan oleh seluruh anak bangsa secara nasional, dan antar bangsa-bangsa di dunia.
“Kehadiran anak bangsa dari Sabang sampai Merauke, serta kehadiran sejumlah seniman dari berbagai Negara dalam sebuah karya seni budaya menjadi bukti nyata bahwa semua yang hadir haus dengan nilai-nilai luhur bangsa,” ujarnya.
Hendardji Soepandji berharap event ‘World Dance Day’ (WDD) terus berlanjut dan menjadi spirit bersama banyak bangsa-bangsa di dunia. Pihaknya juga telah mendiskusikan hal ini secara intens dengan Presiden IFOT (International Festival Of Tales).
“Kami sudah bicara dengan Presiden IFOT setelah ini akan dibentuk grup WhatsApp (WA). Minimal 20 Negara yang berasal dari 5 benua besar dapat saling berkomunikasi untuk melanjutkan event lebih besar di tahun mendatang,” terangnya.
Grup WA ini, lanjut Hendardji Soepandji, tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi sekaligus mengupayakan berbagai event yang dapat digelar. Mengusahakan adanya organisasi di tingkat dunia membuka jalan masuk ke UNESCO dalam rangka mengangkat nilai-nilai budaya dari setiap bangsa dan Negara.
“Nantinya kita tidak hanya menggelar event satu hari seperti sekarang. Paling tidak bisa satu minggu agar bangsa-bangsa di dunia itu bisa berinteraksi lebih intens sesama mereka. Pembicaraan ke arah sana sudah kita mulai tahun ini, dan eventnya bisa dimulai tahun depan,” ungkapnya optimis.
Pada kesempatan yang sama Ketua Panitia Pelaksana World Dance Day (WDD) KSBN, Eny Sulistyowati S.Pd. , SE , M.M., menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan dalam rangka memperingati hari tari dunia ini.
“Terima kasih kepada semua pihak, baik unsur kepanitiaan dan pengurus KSBN. Para peserta, sponsor, donatur, dan seluruh elemen pemerintahan Pemda DKI Jakarta. Ini adalah bukti kesungguhan, kekompakan, dan kerja keras kita semua. Kami berusaha menyiapkan yang terbaik dalam rangka menjaga nama baik bangsa dan Negara,” ujar Eny Sulistyowati.
Eny Sulistyowati menjelaskan, sedianya ‘World Dance Day’ (WDD) akan diikuti 20 Negara anggota IFOT (International Festival Of Tales).
“Namun karena berbagai faktor teknis sejumlah Negara yang sedianya siap menjadi peserta batal mengutus delegasinya, diantaranya Singapore, Korea Utara, Pakistan, Bulgaria, Chille, Kanada, Turkey, dan Mauritius,” terang Eny Sulistyowati.
Menurut Eny Sulistyowati, pihaknya telah menyiapkan kegiatan ‘World Dance Day’ ini kurang lebih enam bulan, sejak Desember 2022 sampai Mei 2023.
“Alhamdulillah segala rintangan kita lalui dan segala kemudahan kita dapatkan sehingga acara hari ini berlangsung luar biasa. Event pertama kali digelar bertaraf internasional yang menarik minat beberapa Negara dan peserta dari beberapa provinsi di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” paparnya.
‘World Dance Day’ (WDD), kata Eny Sulistyowati, mempunyai tujuan mendesiminasikan Indonesia melalui berbagai kegiatan seni dan budaya, khususnya seni tari.
“WDD menjadi ruang ekspresi bagi para seniman untuk saling bertukar kebudayaan. Penyebarluasan ide. Membuka kesempatan residensi seniman dan saling mempelajari seni budaya masing-masing,” ujarnya.
Acara secara simbolik dibuka oleh Dewan Pengawas KSBN, Dr. H. Rahmat Shah. Ditandai dengan menabuh alat musik Tanjidor bersama para pengurus KSBN dan beberapa tamu penting lainnya.
Hadir di acara pembukaan sejumlah pejabat, birokrat, pemerhati seni, seniman, budayawan dan tokoh masyarakat, serta anggota dan pengurus Komite Seni Budaya Nusantara Indonesia (KSBN) baik di tingkat pusat dan wilayah.
Diantara yang hadir, Presiden IFOT (International Festival Of Tales) dari Amerika Serikat, Dr. Kathy Carver, Kepala Bidang Pemajuan Kebudayaan Kemenko PMK, mewakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP yang berhalangan hadir.
Hadir juga Dewan Pengawas KSBN, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, C.E.S., D.E.A., Pj. Gubernur DKI Jakarta, Drs. Heru Budi Hartono, M.M., Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat H. Ahmad Syarofi, mewakili Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, serta Bupati Mukomuko dari Provinsi Bengkulu.
Acara ‘World Dance Day’ (WDD) ditutup oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno./*
Comments 1