humaniora.id – Diskursus nasab habib Ba’alawi Yaman terus bergulir baik di platform media sosial seperti WhatsApp, Facebook, X, Tik Tok, Instagram, YouTube dan lain-lain. Tak kalah seru kajian nasab Ba’alawi yang langsung disampaikan oleh KH. Imaduddin Utsman Al Bantani baik melalui ceramah dari satu kota ke kota lain di pulau Jawa telah menyadarkan banyak masyarakat penggemar habaib. Seterusnya mereka itu disebut dengan muhibbin. Para muhibbin rata-rata warga nahdliyyin (NU), ya karena habaib sukanya ikut di ormas Nahdatul Ulama.
Bani Ba’alawi dan para ulama NU memang ada kedekatan, karena ormas NU saja yang mau menampung para imigran dari Yaman khususnya Yaman Selatan. Coba kalau NU ikut Muhammadiyah pasti tidak ada geger nasab Ba’alawi. Semua sudah menjadi sunatullah.
Termasuk terbongkarnya nasab palsu Ba’alawi Yaman yang dibongkar oleh Kiai Imaduddin melalui tesisnya yang berjudul “Nasab Palsu Ba’alawi”. Maaf penulis tidak lagi memaparkan bagaimana Kiai Imad bisa menyelesaikan tesisnya, karena pembaca bisa beli buku Nasab palsu Ba’alawi terutama cetakan ke-2 Mei 2024.
Buku Nasab palsu Ba’alawi hasil penelitian kitab sejarah kuno yang sudah dibukukan bisa dibeli di Koperasi Maktabah Nahdlatul Ulum Banten Tangerang atau di google bisa dicari tesis Kiai Imad yang sudah dalam bentuk PDF.
Kalau anak-anak milenial lebih senang mengikuti podcast Kiai Imad bersama para youtuber, terbaru itu podcast Kiai Imad dengan bang Haji Roma Irama yang sangat mencerahkan.
Disamping itu para oknum habib yang suka ceramah dengan aneka cerita dipanggung suci agama. Ceritanya macam-macam, habib datang untuk mengisi pengajian kok malah cerita “ngalor ngidul ora karuan arahe” (Utara Selatan tidak jelas arahnya).
Karena ulah oknum habib ini membuat para warga nahdliyyin khususnya dan masyarakat pada umumnya mulai menjaga jarak dengan para habib. Kalaupun ada muhibbin yang susah disadarkan, berarti dia sudah terkena sihir yang tanpa disadarinya.
Para muhibbin itu sebenarnya memahami bahwa para habib mustahil keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sesuai data yang mereka ketahui mengenai nasab palsu Ba’alawi. Tetapi bagaimana lagi cintanya kepada habib sudah cinta mati, susah difahami.
Malah yang ada muhibbin ini mencaci maki Kiai Imad dan para pengikutnya. Sikap bucin alias cinta buta tidak akan mempengaruhi pola pikirnya. Tinggal menunggu waktu saja, para muhibbin akan tersadarkan dengan sendirinya.
Semakin lama diskursus nasab habib Ba’alawi dibahas akan berpengaruh signifikan terhadap muhibbin. Banyak dari mereka sudah tersadarkan oleh tipu daya para habib selama ini yang mengaku cucu Nabi Muhammad SAW.
Nyatanya banyak youtuber yang dulunya muhibbin sadar dengan sendirinya. Aroma sadarnya muhibbin terus dihembuskan. Bisa jadi muhibbin yang sadar akan kekeliruan selama ini sudah tidak lagi ikut pengajian para habib. Tidak lagi memposting tentang kegiatan dakwahnya habaib di media sosial.
Rata-rata ceramahnya habib biasa saja, tidak ada kajian kitab kuning. Tidak membahas fiqih, nahwu sharaf, paling banter bersholawat. Karena dengan bersholawat bisa berjam-jam tanpa harus belajar kitab kuning.
Bagi warga NU yang tidak cinta mati terhadap habib ya biasa saja. Malah mereka menganggap para habib di Indonesia hanya numpang hidup, makan dari tanaman yang ditanam di Indonesia, minum dari sumber yang ada di tanah Indonesia, tapi malah belagu. Ingin menjadikan para pribumi menjadi jongosnya (pengikutnya). Tak mampu berkarya, misalnya menjadi astronot atau ahli geologi dan profesional lain tapi malah sering nyinyir dan minim ilmu. Hanya dengan modal nasab yang dicangkokkan ke Kanjeng Nabi mereka menjadi klan yang paling suci diantara pemeluk agama Islam, hal ini membuat klan Ba’alawi menjadi sombong tidak ketulungan.
Para habib terus menebarkan doktrin, “hati-hati, ini azab berat bagi orang yang hina habib atau keturunan Rasulullah SAW”. Pernyataan ini penulis kutip dari web liputan 6 edisi 11 Juni 2023. Pendahwah yang mengaku keturunan Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Habib Hasan bin Ismail Al Muhdor mendapat pertanyaan dari para jama’ahnya. Pertanyaan tentang menghina cucu Rasulullah atau habib serta siksa apa yang akan didapatkannya.
Habib Hasan mengatakan jika membenci mukmin cucu nabi maka siap-siap meninggal dalam keadaan su’ul khotimah dan calon penghuni neraka.
“Nabi SAW bersabda dalam hadis banyak riwayat ada yang Hasan, sahih dan dhaif. Kalau dikumpulkan menjadi hadis yang sangat kuat. Siapa yang membenci salah satu cucuku, maka dia mati akan menjadi calon penghuni neraka,” kata Habib Hasan.
Setiap manusia termasuk keturunan Kanjeng Nabi tidak dipungkiri bisa berbuat salah dan dosa. Ketika cucu Nabi melakukan hal-hal yang tidak baik, maka seorang muslim menurut habib Hasan boleh tidak setuju dengan kesalahan dan dosanya, tapi haram membenci orangnya.
Setelah adanya tesis Kiai Imad, para warga nahdliyyin yang cerdas dan waras sudah tidak takut lagi terhadap ancaman mendapatkan azab yang berat.
Lha yang ngomong sendiri seperti habib Hasan bin Ismail Al Muhdor diragukan cucunya Kanjeng Nabi, kalau belum tes DNA, kami tetap tidak percaya. Kami percaya mereka adalah cucu dari Ubaidillah. Nasab mereka tidak tersambung dengan Ahmad bin Isa, diketahui malah tersambung dengan Ubaidillah. Kalau kajian penelitian sejarah yang dilakukan oleh Kiai Imad ditolak para habib, silahkan tes DNA, ada yang menawarkan gratis dari Padasuka TV. Tapi dari klan Ba’alawi tidak ada yang berani mendaftar. Karena nanti akan ketahuan bahwa para Ba’alawi ini memiliki haplogroup G. Untuk mengetahui bahwa habib Ba’alawi memiliki haplogroup G bisa diunduh dari berbagai macam situs penyedia jasa tes DNA. Haplogroup G berarti ikut kelompok etnis di Kaukasus yaitu bekas kerajaan Yahudi khazar yang hancur karena perang dengan Rusia. Mereka etnis Yahudi khazar menyebar ke berbagai belahan dunia pada abad ke 11 Masehi.
Sedangkan keturunan Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad SAW beserta anak cucunya mempunyai haplogroup J1.
Selama para habib ini tidak mau tes DNA berarti apa yang diucapkan selama ini nol besar. Mereka tidak keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Jadi para warga nahdliyyin sudah tidak lagi akan kualat dengan para habib yang selama ini mengaku cucu Nabi. Selain tidak takut kualat juga tidak takut pada azab Allah sebagaimana ancaman dari para habib Ba’alawi Yaman.
Ngancam-ngancam masuk neraka, memange siapa sih para habib Ba’alawi cucu Ubaidillah. Seharusnya berterima kasih sudah diterima dengan baik hidup di Indonesia, tidak dimusuhi dan dijauhi.
Tapi lambat laun klan Ba’alawi yang mengaku cucu Nabi Muhammad SAW akan rungkad juga. Allah tidak suka pada orang yang sombong dan terus menyebarkan ancaman kalau hina habib akan kena azab berat, serta siksa api neraka.
Simpan dulu ancaman itu bib, sebelum semua habib mau tes DNA. Masalah hamba Allah akan masuk surga dan neraka itu atas kehendak-Nya.
Warga nahdliyyin lebih mencintai Allah dan rasul-Nya tanpa embel-embel cinta pada habib.
Cinta Allah dan Rasul-Nya merupakan ciri utama bagi orang beriman, itu yang terus diajarkan pada para nahdliyyin khususnya dan umat Islam pada umumnya. Rasa cinta itu harus dibuktikan dengan keteguhan iman, ketabahan, keikhlasan dan kesabaran.
Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya itu perintah Al-Qur’an dalam surat Al-Imran ayat 31-32. Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Jadi jelaskan warga NU sudah tidak lagi kualat dengan habib yang ngaku dzuriyah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Karena mereka sendiri yang ngaku habib tetapi tidak mau tes DNA. Takut ketahuan bahwa para habib Ba’alawi Yaman ini memiliki haplogroup G, yaitu keturunan Yahudi khazar.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.