PURWAKARTA, humaniora.id – Status pemimpin yang mau mendengarkan pantas disematkan pada Ganjar Pranowo. Di manapun ia berada, ia selalu menjadi tempat curhat ribuan warga.
Seperti saat Ganjar berkunjung ke Purwakarta, Jumat (17/11/2023), ia banyak mendengar curhatan warga Jabar. Mulai ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, pelaku UMKM, budayawan, seniman hingga anak muda semua curhat padanya.
Misalnya saat Ganjar bertemu dengan sejumlah elemen masyarakat di warung makan SHSD Sambel Hejo Purwakarta. Di tempat itu, Ganjar mendengar banyak curhatan warga. Mulai persoalan kelangkaan pupuk, pemberdayaan UMKM, pengembangan olahraga, persoalan anak muda hingga soal budaya.
“Kami melihat negara kita sedang kacau. Kami berharap pak Ganjar bisa menghidupkan kembali kebudayaan nusantara yang mulai ditinggalkan. Bangun kembali infrastruktur kebudayaan pancasila di negeri ini pak,” ucap Panca, salah satu budayawan Jabar pada Ganjar.
Ada juga kelompok petani yang mengadukan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Termasuk para emak-emak yang mengeluhkan sulitnya mendapat akses modal untuk pengembangan UMKM dan wirausaha.
“Di Jabar ini banyak sekali single parent yang usianya sudah di atas 35 tahun. Mereka sudah tidak bisa bekerja sehingga membutuhkan pendampingan untuk berwirausaha. Kami harap pak Ganjar bisa memperhatikan nasib para single parent itu karena mereka masih punya tanggungan anak sekolah,” ucap Amel, warga Jabar lainnya.
Ganjar dengan cermat mencatat dan mendengarkan apa yang menjadi curhatan warga Jabar padanya. Beberapa pertanyaan ia jawab dengan bahasa sederhana dan dengan penuh canda tawa. Masyarakat Jabar begitu asyik dan gayeng ngobrol dengan Ganjar selama sekitar dua jam.
“Iya saya surprise sambutannya luar biasa dari masyarakat. Mereka dari berbagai kelompok dan menyampaikan aspirasi masing-masing. Ada soal pupuk, pendidikan, olahraga dan lainnya,” ucapnya.
Ada juga lanjut Ganjar masukan terkait isu perempuan. Banyak single parent yang butuh diberikan pelatihan dan pendampingan serta akses modal.
“Maka penting pemerintah hadir untuk menyelesaikan semua problem itu. Soal akses modal misalnya, banyak yang kesulitan. Padahal banyak akses yang bisa diberikan, misalnya KUR, CSR, Baznas dan sebagainya. Intinya bagaimana kita memberikan pendampingan pada mereka,” jelasnya.
Terkait isu kebudayaan, Ganjar sepakat bahwa kebudayaan harus tetap dilestarikan dan dikembangkan. Sejumlah infrastruktur kebudayaan harus dilengkapi agar cita-cita menjadi bangsa yang berkepribadian dalam kebudayaan bisa terwujud.
“Saya sepakat tadi ada masukan dari budayawan agar infrastuktur kebudayaan dilengkapi supaya mereka bisa masuk dan bisa mengajak masyrakat lebih berbudaya sehingga nanti punya empati, mengembangkan nilai budaya yang tumbuh dan masyarakat lebih baik,” pungkasnya.