humaniora.id – “Mudik” adalah tradisi yang di lakukan oleh orang Indonesia, khususnya umat Muslim, dalam perayaan Idul Fitri. Mudik berarti “pulang kampung”.
Di mana orang-orang yang bekerja atau tinggal jauh dari kampung halaman mereka akan melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman. Mereka untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kerabat.
Tradisi mudik Lebaran telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia selama beberapa dekade. Bahkan mungkin sudah berlangsung selama berabad-abad.
Setiap tahun, pada beberapa minggu sebelum Idul Fitri, jalan-jalan menuju kota-kota besar di Indonesia mulai di padati oleh kendaraan pribadi dan transportasi umum. Seperti bus dan kereta api yang di penuhi oleh ribuan penumpang yang ingin melakukan perjalanan pulang kampung.
Mudik Lebaran adalah momen penting bagi banyak orang Indonesia untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat. Mereka menyambung tali silaturahmi, dan berbagi kebahagiaan dan berkah Idul Fitri bersama-sama.
Selain itu, tradisi mudik juga memberikan kontribusi besar pada ekonomi Indonesia, karena banyak orang yang melakukan perjalanan tersebut membeli barang-barang dan jasa selama perjalanan mereka.
Namun, pada beberapa tahun terakhir, tradisi mudik telah menimbulkan beberapa masalah, seperti kepadatan lalu lintas, kemacetan, kecelakaan, dan masalah kesehatan, terutama selama pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, beberapa pihak telah mengusulkan alternatif seperti melakukan virtual mudik atau merayakan Idul Fitri di tempat tinggal mereka untuk meminimalkan risiko penyebaran virus.
Sejak kapan tradisi mudik lebaran ada?
Tradisi mudik Lebaran sudah berlangsung sejak lama di Indonesia, meskipun tidak ada catatan pasti mengenai kapan tradisi ini di mulai.
Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi mudik sudah ada sejak zaman kerajaan. Saat itu, di mana para penghulu atau bangsawan melakukan perjalanan pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri. Mereka merayakan Idul Fitri bersama keluarga mereka di kampung halaman.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, tradisi mudik semakin berkembang dan menjadi lebih populer di kalangan masyarakat umum.
Pada saat itu, infrastruktur transportasi di Indonesia masih terbatas dan terkonsentrasi di kota-kota besar. Sehingga banyak orang yang bekerja atau tinggal jauh dari kampung halaman mereka hanya bisa pulang kampung. Baik menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum, seperti bus dan kereta api.
Seiring dengan perkembangan infrastruktur dan kemajuan transportasi di Indonesia, tradisi mudik semakin berkembang dan menjadi lebih mudah di lakukan oleh banyak orang.
Meskipun demikian, tradisi mudik masih menjadi momen yang sangat penting bagi banyak orang Indonesia untuk bersilaturahmi dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kerabat mereka di kampung halaman.