humaniora.id – “Tolak Sengkala” Persembahkan Tarian Ruwatan Tolak Bala Karya Mugi Dance
Alam diciptakan untuk kemaslahatan semua makhluk. Manusia berkewajiban menjaga ekosistem dan keseimbangan alam dengan sikap asah, asih, dan asuh. Dengan keseimbangannya, bumi; tanah, air dan udara diharapkan secara terus-menerus dapat memberi manfaat bagi manusia.
Sebuah karya masterpiece merupakan perhelatan dua tahunan bertajuk “Nyiar Lumar” digelar di Astana Gede, Kawali, Ciamis, Jawa Barat, pekan lalu.
Astana Gede menyimpan sejumlah prasasti Kawali dan menjadi tempat persemayaman abu keluarga raja Kerajaan Galuh. Kerajaan bercorak Hindu di Indonesia yang merupakan penerus dari kerajaan Kendan, bawahan Tarumanagara.
Di perhelatan “Nyiar Lumar” tersebut, Mugi Dance mempersembahkan karya berjudul “Tolak Sengkala.” Sebuah tarian yang mempresentasikan proses ruwatan agar kejadian berabad lampau ( Perang Bubat) tidak membawa awan hitam di kehidupan kini dan nanti.
Mugi Dance adalah sebuah grup tari yang didirikan Mugiyono Kasido, seniman tari yang juga seorang koreografer kelahiran Klaten Jawa Tengah.
Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara, antara lain di Jepang, Taiwan, Luang Prabang (Laos), Inggris, Belgia, Portugal, Australia, Hong Kong, Amerika, dan negara lainnya.
Mugi Dance Studio beralamat di Dukuh Krapyak, RT 01 RW 07, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah./*
Lihat Videonya di Youtube Channel Sanggar Humaniora :