Rabu, September 27, 2023, 04:54
  • Advertising
  • Shop
  • Press Rilis Media
  • Contact
  • Login
Humaniora.id
Advertisement
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Humaniora
    • Berita Dunia
  • Agenda
    • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
    • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
    • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
    • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
    • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
  • Info Loker
No Result
View All Result
Humaniora.id
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Humaniora
    • Berita Dunia
  • Agenda
    • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
    • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
    • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
    • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
    • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
  • Info Loker
No Result
View All Result
Humaniora.id
No Result
View All Result
Home Catatan

TMII sebagai Pusat Kebudayaan Menghidupkan Kembali Kebanggaan pada Kebudayaan Sendiri

Tatan Daniel by Tatan Daniel
September 18, 2023
in Catatan, Seni Budaya
0
TMII sebagai Pusat Kebudayaan Menghidupkan Kembali Kebanggaan pada Kebudayaan Sendiri
13
SHARES
265
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsAppShare on Twitter
Dengarkan berita ini

humaniora.id – Saat meresmikan Taman Mini Indonesia Indah yang telah selesai direvitalisasi, Presiden Joko Widodo meyakini bahwa kawasan yang digagas oleh Ibu Tien Soeharto itu akan menjadi ikon besar pariwisata, dengan konsep inklusif, culture, dan smart (Kompas, 2/9/2023). Konsep yang mengesankan. Namun, diperlukan telaah kritis untuk mendudukkan perkaranya.

Kembalinya pengelolaan TMII ke tangan negara, yang diikuti dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah, dengan penegasan bahwa TMII adalah ”kawasan pelestarian dan pengembangan budaya bangsa” patut disambut sebagai moment of luck, yang akan menggulirkan perubahan: pemikiran, sikap, dan tindakan, tentang kebudayaan, ke arah yang lebih baik, selain pandangan dan perlakuan yang benar terhadap TMII.

Harus diingat bahwa peraturan itu mengandung amanat yang mengikat. Ia wajib diimplementasikan dengan memperhatikan keberadaan, potensi, kepentingan, dan martabat segala yang ada dan terkait di dalamnya.

TMII sebagai Pusat Kebudayaan

Sesungguhnya, TMII adalah laboratorium, ruang konservasi, ruang pendidikan, ruang proses kreatif, ruang ekspresi kebudayaan dan kesenian. Usulan yang pernah diajukan oleh Kemendikbudristek kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk menetapkan TMII sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia dengan kategori Best Practice of Intangible Cultural Heritage, ikut pula menegaskan fakta bahwa TMII bukanlah onggokan benda-benda mati, melainkan kawasan perlindungan, pengembangan, dan aktivitas budaya.

Sebagai kawasan pengembangan budaya, menguat tuntutan agar TMII menjadi kawasan yang memuliakan beragam bentuk ekspresi seni. Tidak semata kesenian tradisi, tetapi juga kesenian nontradisi, modern, dan kontemporer, serta karya-karya baru yang berbasis budaya lokal. Mengembangkan fungsi-fungsi aktivasi sumber daya dan potensi, dan penyemaian gagasan-gagasan baru yang bernas, sebagai fungsi strategis yang terhubung intensif ke jejaring yang luas. Dengan Taman Budaya di berbagai daerah, dengan ruang-ruang budaya seperti Bentara Budaya, pusat-pusat kebudayaan asing di Jakarta dan kota-kota dunia, serta kantong-kantong seni dan budaya yang dikelola oleh masyarakat di berbagai pelosok Indonesia.

Gerakan Kebudayaan
Goenawan Mohamad, lewat kolom Catatan Pinggir-nya (Tempo, 4/2021), pernah menulis kritik tentang TMII yang ia sebut sebagai ”kitsch” dan klise, yang ”dibangun dengan konsep yang hanya mengulang-ulang kebinekaan yang beku”. Adapun perbedaan, hanya dilambangkan dengan ”sesuatu yang sudah jadi: bangunan rumah”. Baiklah. Namun, bagaimanapun, kawasan itu masih tegak di sana, lebih dari sekadar sebagai taman hiburan. Selama hampir 50 tahun usianya, anjungan-anjungan di sana—rumah-rumah itu—ternyata melahirkan banyak seniman dan peristiwa kesenian.

Bacajuga:

Saatnya Terlepas dari Penjajahan

Ketika Pemahaman Agama Tidak Bersandarkan pada Dalil Akal Sehat

TMII telah tumbuh dan berkembang sebagai entitas. Ia berbeda dengan Taman Impian Jaya Ancol, Taman Safari Indonesia, apalagi Kebun Binatang Ragunan. Akal yang sehat akan menolak pula apabila ia disamakan dengan Borobudur, Mandalika, atau Labuan Bajo. Akan adil apabila mendudukkan TMII hari ini sebagai lebensraum, yang menghidupkan dan dihidupkan oleh para seniman dan budayawan, pemangku kepentingan yang inheren dalam setiap peristiwa yang berlangsung di sana. Para kreator yang eksistensinya secara empiris dan faktual ada, sah.

TMII sebagai Pusat Kebudayaan

Kita berharap, di kawasan hijau itu kelak, Riau Rhythm Chamber, campur sari, musikalisasi puisi, dulmuluk, world music, ronggeng Melayu, gambang kromong, pentas puisi Sutardji Calzoum Bachri, opera Batak, diskusi budaya, jazz etnik, happening art, keroncong tugu, longser, kecapi dari Mongolia, samrah Betawi, teater Mandiri Putu Wijaya, pantun dan gurindam, kelompok musik Horja Bius, gemuruh perkusi Afrika, pameran lukisan Joko Pekik, pemutaran film retro Teguh Karya, dan sebagainya bisa duduk bersama. Semua mendapat tempat, gembira, bermartabat, dan berwibawa. Sepanjang hari, sepanjang tahun. Saling berinteraksi, memperkaya, dan menajamkan kualitas. Melahirkan karya monumental dengan virtuoso yang kuat. Memberi warna bagi kebudayaan dan kesenian dunia.

Dengan demikian, TMII akan menjadi rumah besar bagi gerakan kebudayaan. Menjadi ”titik api”, dan tungku penghangat gairah berkebudayaan dan berkesenian di berbagai penjuru negeri ini. Kembalinya TMII kepada negara mutlak harus diikuti dengan keberpihakan kepada kedaulatan seniman. Ruang-ruang pertunjukan yang semula dibangun untuk pementasan kesenian harus dikembalikan fungsinya. Tidak lagi dipergunakan untuk segala macam urusan memalukan yang tidak berhubungan sama sekali dengan kesenian, seperti acara pernikahan, wisuda, reuni, dan sebagainya.

Gedung pertunjukan yang rusak segera direvitalisasi, semisal gedung Teater Tanah Air, yang dahulu dibangun berdasarkan studi ke Sydney Opera House di Australia dan panggung teater broadway di New York. Penting pula dirancang dengan serius, penyediaan ruang-ruang pementasan di berbagai titik: teater arena, teater halaman, dan teater terbuka, serta ruang-ruang pelatihan kesenian, ruang diskusi, ruang lokakarya, galeri pameran, perpustakaan, dan wisma seni yang murah dan nyaman.

TMII harus dipersiapkan menjadi pusat kebudayaan dunia. Jika negara hari ini tengah sibuk membangun infrastruktur ekonomi, TMII sebagai infrastruktur kebudayaan, satu-satunya milik negara, seharusnya juga mendapat perhatian khusus.

Pembangunan kebudayaan, prasarana, sarana, dan manusianya adalah investasi immaterial. Tidak sepatutnya TMII ”diperas” menjadi obyek penghasil pendapatan negara, dengan kalkulasi untung rugi sebagai satu-satunya tolok ukur. Aktivitas kebudayaan yang berlangsung di dalamnya akan terdisrupsi, sebagai komoditas dan hiasan seremonial kepariwisataan belaka. Semacam topeng monyet, dengan kemasan murahan, pemuas selera turistik yang tidak berfaedah sedikit pun bagi pemajuan kebudayaan. Seakan-akan melestarikan kebudayaan, tetapi malah mengerdilkan.

TMII sebagai Pusat Kebudayaan

Paradigmanya harus dibalik. Tetapkan lebih dulu komitmen yang kuat dan konsisten bahwa TMII adalah ruang perayaan kebudayaan, baru bicara urusan kepariwisataan. Penamaan TMII yang baru, katakanlah: Taman Budaya Nasional, Taman Budaya Indonesia, atau Taman Budaya Nusantara, menjadi penting untuk menjelaskan perannya sebagai atmosfer yang memberi nyawa bagi kebudayaan. Ikhwal yang sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang menaunginya, konteks akademik, sejarahnya, dan kerangka kerja yang selama ini diterapkan.

ADVERTISEMENT

TMII akan menciptakan branding dengan karakter yang kuat, dengan spirit baru. Tidak lagi mencitrakan diri sebagai ”miniatur”, tetapi menjadi representasi Indonesia yang besar, kepulauan (archipelago) dengan segala keragaman dan kekayaan kebudayaan.

Dengan begitu, ke depan, kita bisa membayangkan TMII bertransformasi sebagai taman budaya berskala dunia. Lanskap yang meriah, hangat, menggairahkan, dan terbuka bagi segenap dinamika kebudayaan. Tak lagi dipandang remeh, sebagai kitsch, klise, artefak dan fosil masa lalu warisan Orde Baru, etalase unggah-ungguh dengan polesan budaya artifisial, gundukan bangunan hampa yang tidak bertaksu, yang (selama ini) diramaikan oleh wahana ganjil: California Fried Chicken, Snow Bay, Sky World, Taman Dinosaurus, keriuhan aktivitas penghibur acara piknik keluarga.

Gerakan pemajuan kebudayaan yang diterapkan secara benar di TMII, dipastikan akan menjadi episentrum bagi gerakan yang sama di berbagai pelosok negeri ini. Menghidupkan kembali kebanggaan pada kebudayaan sendiri, kepada kearifan lokal, kepada keberagaman, kepada khazanah etnis dan tradisi, yang belakangan ini terancam oleh gerusan politik identitas dan primordialisme banal./*

Tatan Daniel, adalah Penyair Mantan Kepala Anjungan Sumatera Utara di TMII (2010-2019)

Tags: taman mini indonesia indahTatan Daniel
Share5SendTweet3
Tatan Daniel

Tatan Daniel

adalah sastrawan, penggiat seni dan budaya. Penulis Buku Kumpulan Sajak “Pada Suatu Hari yang Panjang”.

Related Posts

Saatnya Terlepas dari Penjajahan
Catatan

Saatnya Terlepas dari Penjajahan

by Redaktur
September 26, 2023
Pemahaman Agama Akal Sehat
Catatan

Ketika Pemahaman Agama Tidak Bersandarkan pada Dalil Akal Sehat

by Redaktur
September 25, 2023
Next Post
Partai Gerindra Terima Penghargaan

Partai Gerindra Terima Penghargaan Pelayanan Informasi Publik Ramah Disabilitas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Premium Content

Rental Mobil Profesional di Jakarta

Rental SDJ: Mitra Perjalanan Anda untuk Rental Mobil Profesional di Jakarta

Agustus 31, 2023
Bisnis yang Memanusiakan Manusia

Kesadaran Kolektif MCI, Bisnis yang Memanusiakan Manusia

November 19, 2022
Gerai Parfum Premium Bengkulu

“Ce.Le.Ste” Gerai Parfum Premium Hadir di Bengkulu, Disambut Hangat oleh Warga

Juli 28, 2023
OlyLife THz Tera-P90

OlyLife THz Tera-P90: Mengungkap Elemen Kelima – Geomagnetisme

Juli 30, 2023
Kopi Cordyco

PT. Arnet Sukses Mandiri Hadirkan Kopi Cordyco Dengan Aroma Rasa Nikmat Reaksi Cepat

September 7, 2023

Telusuri Berdasarkan Kategori

Telusuri Berdasarkan Tagar

Ageng Kiwi Agriyaponik Akhmad Sekhu Al Anhar Gumay.ASP.CHt Aspetri Bambang Soesatyo berita humaniora Coach Rheo Dina Subono edukasi Ekonomi Entertainment Festival Seni Budaya Nusantara Film Indonesia Hari Musik Nasional Hendardji Soepandji Humaniora rumah kemanusiaan Imam Shamsi Ali ISI Yogyakarta iwan burnani Jabodetabek Jose Rizal Manua Komite Seni Budaya Nusantara KSBN Lilik  Muflihun LokalFilm lokal film LokalFilm.id Layanan Streaming Film Majapahit Musik Paul Soetopo Tjokronegoro PJMI Platform Film Pendek Indonesia Premium Puisi Puisi Ngadi Nugroho Pulo Lasman Simanjuntak Rumah Budaya KSBN Sekber Wartawan Indonesia Senawangi Seni Budaya Sutrisno Buyil Tatan Daniel World Dance Day WS Rendra

ikuti kami di google news

Atribut Width dan Height di Tag Marquee Rumah Berita - humaniora.id | Membangun Spirit Inklusif - Terima kasih telah menjadi pembaca setia humaniora.id

Tentang humaniora.id – Redaksi –  Kode Etik – Pedoman Media Ciber – Disclaimer – Pasang Iklan – Daftar Jadi Penulis

Info kerjasama hubungi kami di
0821 3030 2233

Kunjungi Halaman ==> Iklan

Categories

Humaniora TV

https://www.youtube.com/watch?v=oaE-xDO_31c&t=38s

PojokInfo

Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
Info

Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik

by Lee Sandie Tjin Kwang
September 25, 2023
0

300K KONSER KAKA🎸 (SLANK) (PLAZA SENAYAN LAVVA-JAKARTA) ___________ ● PRESALE...

Load More

©22 web by igmastudio

No Result
View All Result
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Humaniora
    • Berita Dunia
  • Agenda
    • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
    • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
    • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
    • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
    • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
  • Info Loker

©22 web by igmastudio

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?