humaniora.id – Petinju legendaris Muhammad Ali selalu berjanji untuk menonton Mike Tyson berlatih. Namun janji tersebut sering diabaikannya.
Hingga pada suatu hari Muhammad Ali memutuskan pergi menonton Mike Tyson berlatih.
Muhammad Ali secara diam-diam memasuki gelanggang di mana tempat Mike Tyson berlatih. Namun rupanya Mike Tyson melihatnya masuk. Sontak Mike Tyson melompat keluar dari ring. Ia menjatuhkan badannya dan berlutut menyambut Muhammad Ali.
Ada semacam kekuatan tersembunyi di balik pengakuan dan rasa terima kasih Mike Tyson kepada Muhammad Ali yang diperlihatkan melalui bahasa tubuh dan ekspresi wajahnya yang penuh rasa hormat.
“Anda tidak akan pernah menjadi hebat jika Anda tidak tahu cara mengenali orang-orang yang menjadi hebat sebelum Anda, dan yang menanam pohon tempat Anda bersembunyi dari matahari,” ujar petinju bernama asli Michael Gerard Tyson ini.
Sikap dan tindakan Mike Tyson ini sangat relevan dengan etika Jawa yang mendasarkan pada prinsip-prinsip moral “ngajeni” ; menghormati yang mengutamakan kebaikan, dan kerendahan hati.
Etika ini mendorong individu untuk hidup dengan aturan moral, dan berperilaku baik. Meskipun tinju merupakan olahraga keras, namun tetap mengedepankan sportivitas, saling menghargai, dan menghormati.
Sebagaimana ajaran Etika Jawa yang menekankan pentingnya bersikap “ngajeni” (menghargai, dan menghormati). Perlunya mengedepankan persaudaraan, kerjasama, dan gotong royong dalam menjaga keharmonisan dan keseimbangan sosial.
Sayangnya budaya “ngajeni” ini semakin terkikis oleh bentuk baru perilaku manusia abad ini. Sikap menghormati pada guru, menghargai orang yang berjasa dalam hidupnya, atau orang lebih tua yang diajarkan sejak kecil dan menjadi identitas utama orang Jawa kini luntur.
Kita mungkin perlu menata ulang kembali tentang adab; kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti dari dua petinju dunia kelas berat legendaris Muhammad Ali dan Mike Tyson.
Walau keduanya merupakan warga Negara Amerika Serikat – dan bukan orang Jawa – namun “unggah ungguh-nya” ; sikap sopan santun, tata susila, tata krama, dan etika dalam berkomunikasi sangat “n-jawani” ; patuh terhadap etika dan moral./***