humaniora.id – Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman – Secangkir kopi hitam cukup membuat Iwan Burnani Toni tak berhenti-hentinya bercerita mengenai jatuh bangun kehidupannya di teater. Bila bercerita tentang teater- daya hidupnya seolah keluar. Kata-katanya sangat ekspresif.
Cuplikan wawancara Seno Joko Suyono bersama Iwan Burnani Toni : Bag 14
T: Bagaimana cara Rendra menuliskan naskah Panembahan Reso?
Sama, kayak dulu lagi. Edi Haryono tugasnya itu mengetik dan mencatat terus apa yang diucapkan Mas Willy..
T: Latihan Panembahan Reso lalu di Jalan Mangga 89 Depok?
Kita cari kontrakan rumah lagi yang bisa menjadi tempat latihan yang luas. Saya lalu mengontrak rumah di Jalan Srikaya, kawasan Depok juga. Pemiliknya ternyata pengagum Rendra. Rumahnya pas di hook. Ruangan di dalam rumah aku bobol biar bisa luas. Pemiliknya tak masalah.
Saya terus tinggal di pavilyun rumah tersebut Bambang Isworo di atas. Lalu anak-anak di 4 kamar lainnya.-kamar. Mbak Sunarti yang dari Yogya tinggal di tempat Sawung Jabo. Para pemain lain dari Yogja dikontrakin rumah di daerah jalan Srikaya juga. Di Jalan Dahlia misalnya ada yang dikontrak untuk tempat tinggal para pemain.
T: Latihannya bagaimana ? Banyak dari mereka sebelumnya kan tidak pernah terlibat latihan Bengkel Teater?
Mas Willy membentuk tim astrada yaitu: saya dan Bambang Isworo. Mas Willy menggembleng terus agar anak-anak tidak mudah mengantuk saat latihan. Pernah anak-anak disuruh latihan seperti ajojing 3 jam nonstop dengan tangan ke atas.
Mereka menari terus dengan tangan terangkat ke atas di iringi musik dari kaset. Tangan tidak boleh turun. Latihan itu ternyata – benar – membuat anak-anak tidak mengantuk.
T: Rendra waktu itu juga semangat latihan ?
Beliau semangat banget. Latihan tambah keras lagi. Kalau dulu kita di Yogya latihan-latihan kayak jalan di malam hari, mencelup diri masuk di lumpur dan lain-lain, sekarang latihannya beda lagi. Pernah suatu malam di rumah Jalan Srikaya tersebut, anak-anak di kumpulkan dan kemudian di suruh masuk ke kamar mandi kecil, ukurannya mungkin 1,5 meter x 1,5 meter.
Nah anak-anak itu 20 an orang di masukin semua oleh Mas Willy. Mereka sampai dempet dempetan luar biasa, bahkan tumpuk menumpuk. Nah terus dalam kondisi demikian – tiba-tiba mereka oleh Mas Willy disiram comberan. Tidak hanya satu kali – di siram lagi. Saya sampai tidak tega…
T: Itu maksudnya apa? Latihan kayak begitu?
Itu latihan mental dan kebersamaan. Kalau mentalnya tidak kuat pasti mereka putus di tengah jalan, keluar. Selain latihan mental juga latihan ikhlas. Latihan ikhlas seperti saat saya dan kawan-kawan dulu di Yogya di suruh berjalan dalam hujan deras.
Tapi jujur saat itu saya deg-degan saat mengawasi latihan mereka di siram air comberan saat tubuh tumpuk menumpuk begitu. Kalau ada apa-apa bagaimana? Ternyata semua bisa selamat. Jadi itu melatih pasrah, di siplin, ikhlas, melatih kosong. Kita kalau sudah pentas itu harus ikhlas, kosong.
Di Bengkel Teater itu di siplin stamina luar biasa. Seperti sudah saya ceritakan dari bangun tidur pun kita sudah masuk latihan. Bangun harus seketika, harus cepat sigap memberesin kamar. Malas-malasan di kasur tidak boleh. Seprai harus rapi, kamar harus rapi seperti latihan tentara yang tidak pernah meninggalkan jejak. Jadi bangun tidur, langsung berdiri, langsung cari aktifitas.
Seperti latihan tentara, kadang lebih dari tentara. Latihan di siplin. Kita tak boleh terlambat walau hanya beberapa menit. Teman saya di Yogya, Kodok Ibnu Sukodok sering terlambat latihan, oleh Mas Willy dihukum naik pohon. Di suruh meditasi di pohon. Tidak boleh turun berjam-jam. Jadi kalau latihan jam 8, sebelum jam 8 harus ada di tempat. Harus begitu.
T: Selain lathannya di Jalan Sarikaya, terus dimana lagi?
Setelah latihan – memasuki fase latihan bloking dan setting kita latihan di Balai Rakyat. Secara keseuruhan kita latihannya 7 bulan. Pagi..siang..malam, pagi..siang..malam..
T: Pementasan Panembahan Reso tahun 1986 itu dianggap sukses..
Ya. Panembahan Reso itu boleh di bilang karya Mas Willy yang melalui fase pengendapan yang lama. Fase saat dilarang pentas. Panembahan Reso sendiri adalah fenomena baru dalam teater Indonesia. Pertunjukan paling panjang dalam sejarah teater Indonesia modern. Mana ada teater pentas sampai 7 jam dan orang bertahan..
Baca juga : Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 13
Comments 1