Humaniora.id – Pesantern Khusus Yatim As Syafi’iyah genap berusia 46 tahun. Pesantren yang didirikan oleh ulama kharismatis KH Abdullah Syafi’i tahun 1978. Yang Kemudian pengelolannya diserahkan kepada puteri beliau DR Hj. Tutti Alawiyah AS. Setelah Ibu Tutty meninggal tahun 2016, pengelolaan diteruskan oleh putera-puterinya, Salah satunya Prof DR. H. Dailami Firdaus SH, LLM, MBA.
Tasyakur milad 46 tahun pesantren khusus yatim As Syafiiyah berlangsung khidmad di aula Alawiyah, kampus 2 Universitas Islam As Syafiiyah (UIA ) Rabu, 10 Januari 2024. Selain keluarga besar As Syafiiyah, hadir juga sejumlah tamu. Diantaranya dua orang tokoh agama dari Australia, yakni Bapak Edward yang diikut sertakan untuk menyusun kurikulum pendidikan di UIA, dan Bapak Muhammad Aziz yang merupakan Imam masjid di UIA.
Tasyakuran berjalan dengan Khidmat. Diawali pembacaaan ayat suci Al-Quran oleh santri, paduan suara religius oleh semua santri, pidato (tausiah) oleh santri dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, pembacaan puisi dalam Bahasa Arab dan testimoni-testimoni yang mengharukan dan menginspirasi.
Kemampuan dan prestasi para santri yatim itu tidak kalah dengan santri lainnya. Rasa percaya dirinya cukup tinggi. Tidak merasa minder, penguasaan Bahasa Arab dan Inggris sangat hebat. Pidato santri Shiva dalam Bahasa Inggris membuat hadirin terkesima.
Dari tampilan-tampilan santri, baik dalam membawakan paduan suara lagu-lagu rohani, pembacaan puisi, pidato dalam berbagai Bahasa tersebut dapat diketahui bagaimana tingkat keberhasilan pendidikan di santri khusus yatim itu. Ternyata keberhasilan yang mereka capai sungguh luar biasa. Tentu ini menjadi kebanggan tersendiri bagi pengelola.
Dalam sambutannya Prof. Dailami mengatakan, saat ini jumlah santri khusus yatim yang diasuh oleh pesantrennya sebanyak 300 orang. Mereka berasal dari 17 propinsi di tanah air. Seperti dari Aceh, Sumaterta Barat, Sumatera Selatan dan Maluku.
“Amanah dari kakek kami (KH Abdullah Syafi’I –red) adalah pesantren khusus yatim ini harus dilanjutkan. Maka kami berempat bersaudara berusaha dengan sekuat tenaga membinanya. Alhamdulillah sampai sekarang, sudah 46 tahun umurnya, pesantren khusus yatim ini masih tetap eksis. Insya Allah kami akan terus melanjutkan perjuangan kakek kami sapai kapan pun,,” tutur Prof. Dailami dalam sambutannya.
Prof. Dailami Firdaus yang kini kembali mencalonkan diri menjadi anggota DPD (senator) RI Dapil Jakarta, dengan nomor urut 6 bercerita suka duka mengelola anak-anak yatim tersebut. Menurutnya setiap bulan pihaknya harus menyiapkan dana sekitar Rp. 200 juta untuk kelancaran proses pendidikan, mulai dari makan, gaji karyawan /guru, listrik dll.
“Tapi Alhamdulillah, Allah selalu kasih jalan. Buktinya sampai sekarang masih eksis. Jadi benar kata pepatah di mana ada kemauan di situ ada jalan,” tambahnya.
Banyak testimoni dari santri maupun alumni santri yang mengharukan, yang membuat tamu tersentuh. Namun ada juga yang kocak, yang membuat tamu tertawa-tawa. Misalnya ada santri wanita (yang ketika itu masih belia). Dia diajak oleh Almh. Ibu Tutty Alawiyah ke Solok Sumatera Barat untuk berceramah. Dia senang sekali, maklum baru pertama kali bepergain jauh dan naik pesawat.
Namun karena ajakannya secara mendadak dan dia tidak punya pakaian yang bagus dan layak untuk bepergian, Ibu Tutty memberinya pakaian dan sepatunya sendiri, yang ternyata ukurannya agak kebesaran. Jadi ketika ia berjalan di bandara yang lantainya licin, sepatu yang dipakainya berbunyi kletuk-kletuk-kletuk…, sambil menyingsingkan pakaian bagian bawah yang kedodoran.
Namun dia tetap enjoy dan bangga. Apalagi pada saat Ibu Tutty tausiah di Solok, dialah yang disuruh membaca ayat-ayat suci al Quran, karena bacaan dan suaranya memang bagus, yang membuat jamaah terkagum-kagum.