humaniora.id – Pemerhati sekaligus pegiat perempuan dan salah satu pengurus Kongres Wanita Indonesia (Kowani),Tantri Dyah Kiranadewi mengharapkan keterlibatan perempuan lebih power full dalam berkontribusi bagi kemajuan Indonesia menghadapi tantangan ke depan dan pemenuhan tujuan dalam berbangsa dan bernegara.
Tantri meminta Pemerintahan ke depan memberikan kesempatan yang lebih luas dan optimal kepada Ibu Bangsa untuk dapat terlibat aktif dalam sendi Pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masa depan perempuan dan anak Indonesia.
Penegasan aktivis perempuan ini disampaikan merespon perkembangan hasil real count sementara Pemilu 2024 oleh KPU RI yang nantinya rekapitulasi hasil penghitungan real count Pemilu 2024 oleh KPU tersebut akan diumumkan pada Rabu, 20 Maret 2024.
Dengan nantinya akan diumumkan hasil penghitungan terakhir Pemilu 2024 tersebut maka Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan segera ditetapkan. Dan pengucapan sumpah Presiden dan Wakil Presiden akan dilakukan pada 20 Oktober 2024 mendatang, yang selanjutnya akan diumumkan kabinet baru dari Presiden dan Wapres terpilih.
Pada Pilpres kali ini, ada tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bertarung yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pasangan calon (paslon) Prabowo-Gibran semakin jauh meninggalkan dua pasangan calon lain. Sedangkan Anies-Cak Imin masih berada di posisi ke-2 dan posisi buncit masih diisi Ganjar-Mahfud.
Prabowo-Gibran tercatat mengumpulkan 65.049.492 suara atau 58,89%. Anies-Cak Imin sebanyak 26.581.455 atau 24,06%, sedangkan Ganjar-Mahfud 18.883.011 atau 17,05%.
Sementara untuk Pileg 2024, ada 24 partai politik (parpol) yang berpartisipasi, termasuk 6 parpol lokal. Sebanyak 204 juta lebih pemilih sudah menentukan pilihan yang tersebar di 38 provinsi, 514 kabupaten/kota, 7.277 kecamatan, 83.771 desa.
Dari 18 parpol nasional, 9 diantaranya sudah mencapai ambang batas parlemen sebesar 4%, dengan urutan 3 parpol besar meraup suara tertinggi, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (Golkar) berada di Posisi ke-2 dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menempati peringkat ke-3.
Regenerasi Diperlukan di Kabinet, Parlemen, dan Yudikatif
Tantri Dyah Kiranadewi menyatakan potensi dan peran perempuan dalam kabinet yang akan datang lebih sangat diperlukan, dibandingkan dengan kebutuhan pemerintahan yang sekarang.
“Ini karena perempuan sangat berpotensi luar biasa untuk masuk ke dalam kabinet, parlemen maupun yudikatif. Peran yang diperjuangkan para Ibu Bangsa, baik di kabinet, legislatif, maupun yudikatif sangat signifikan bagi perjuangan masa depan perempuan dan anak. Sejauh ini yang saya lihat dan mendengar komentar sesama kolega, itu sudah cukup terwakili di legislatif meski belum sesuai harapan,” kata Tantri.
Pada periode 2019-2024 per Januari 2021 hanya terdapat 123 jumlah perempuan di DPR RI atau sekitar 21,39 Persen.
Sedangkan Ibu Bangsa yang dipercaya di Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla, tercatat ada 9 orang dan Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf Amin diisi oleh 6 Perempuan Indonesia pilihan terbaik.
Meski begitu, Tantri mengharapkan, kedepannya perlu dilakukan regenerasi para perempuan yang ada di parlemen dan kabinet di Pemerintahan ke depannya.
“Untuk para perempuan yang telah sukses masuk ke legislatif, kami bangga dan respek dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitas. Namun yang perlu mendapatkan catatan kalau bisa, sudah harus diregenenerasi dengan misalnya komposisi senior dengan porsi 1/3-nya. Jadi bisa merata mewakili generasi Baby Boomer, Gen X , Gen Y, Gen Z, dan Gen Alpha,” tandasnya.
Ditambahkan Tantri, saat Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri PPPA-nya juga dari Ketua Umum Kowani yaitu Linda Agum Gumelar
Tantri pun menekankan regenerasi itu juga harus dimulai oleh Pemerintahan yang akan datang. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja eksekutif agar semakin bagus, fokus, dan tajam dalam memberikan pelayanan kepada rakyat dan mampu membangkitkan gairah dan semangat para perempuan Indonesia berkontribusi lebih nendang bagi kepentingan bangsa dan negara.
“Sehingga kedepannya akan lebih banyak Ibu-Ibu Bangsa yang tercatat dalam sejarah, mereka telah menghadirkan kebanggaan bagi rakyat, negara, dan bangsanya,” tegas Pengurus Aktivis Perempuan di Putri Narpowandowo, KSBN dan Pawon Semar ini.
Sebagai pegiat perempuan nasional, Tantri menyampaikan bahwa anggota kabinet dari gender perempuan semuanya penting, baik kualitas maupun kuantitas.
“Karena, dengan adanya anggota perempuan di kabinet, akan mampu meningkatkan peran perempuan secara signifikan. Agar bisa memajukan perempuan di Indonesia, terutama di lini yang paling dasar atau di grass root,” ungkapnya.
Perempuan Indonesia tengah diharapkan dapat memajukan peran penting di dalam kehidupan berbangsa dan negara, seperti pendidikan, kesehatan keluarga, kesejahteraan keluarga, membangun karakter kuat keluarga berakhlakul karimah, membangkitkan perekonomian keluarga yang mandiri dan menjaga harmonisasi lingkungan di tengah perubahan iklim.
“Dengan adanya ibu dan anak-anak yang lebih sehat dan sejahtera, dapat meraih pendidikan dengan baik, meraih kesempatan kerja dan berusaha yang memberikan harapan besar bagi kemajuan bangsa. Menjadikan peran perempuan di kabinet akan lebih menggelegar, tidak hanya dalam satu, dua, atau tiga menteri tapi paling tidak bisa 50:50, tentu akan besar pengaruhnya bagi akselerasi kemajuan bangsa,” tegas putri almarhum Mayjend Pol (Purn) Drs.Wik Djatmika SH,MSi yang pernah menjadi Irwasum Polri ini.
Peran Kowani di Setiap Pemerintahan
Tantri berharap Pemerintahan yang akan datang dapat melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Pemerintahan Joko Widodo yang telah ditorehkan selama hampir 10 tahun kepemimpinannya ini.
“Jangan sampai muncul perkataan, ganti menteri atau ganti presiden, ganti undang-undang atau ganti keputusan presiden atau keputusan menteri berubah total. Masyarakat itu sejatinya membutuhkan keberlanjutan, agar kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi, tidak jomplang antara si kaya atau miskin, baik pendidikan, kesehatan, kesejahteraannya maupun indeks kenyamanan hidup di republik ini,” terangnya.
Tantri menyebut ada banyak tantangan bagi para perempuan, dalam memajukan strata, mulai dari era generasinya, generasi anak, dan generasi cucunya di setiap aspek kehidupan.
“Makin hari, makin banyak dan makin besar tantangan perempuan dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, melalui kolaborasi keluarga inti dan kerja keras ibu dalam berbagai peran yang ia jalani,” jelasnya.
Menurutnya, peran aktif perempuan dari hulu ke hilir untuk mendukung pembangunan bangsa Indonesia sangatlah diharapkan melebihi tahun-tahun sebelumnya baik dari keluarga inti sampai pimpinan tertinggi negeri ini.
Tantri kembali mengingatkan bahwa dalam perjalanan panjang republik ini, Kowani sebagai organisasi kemasyarakatan wanita Indonesia sesuai dengan undang-undang yang berlaku dalam lingkup nasional telah banyak membantu setiap Pemerintahan satu ke Pemerintahan lainnya dalam sejarah perjalanan Indonesia, dari awal hingga sekarang.
“Kami dari 103 organisasi perempuan yang ada di Indonesia dan mitra yang ada di setiap pemerintahan daerah, baik provinsi maupun kota/kabupaten, akan terus bergerak maju. Saya, sangat menginginkan anggota Kowani ini dapat berada di pemerintahan, seperti era Pemerintahan Pak Harto hingga saat sekarang. Waktu itu dimulai dari Menteri Bu Lasiyah Soetanto (Kabinet Pembangunan III), lalu Menteri Sulasikin Murpratomo (Kabinet Pembangunan IV dan V), Menteri Mien Sugandhi (Kabinet Pembangunan VI), Menteri Sri Redjeki Sumarjoto (Kabinet Gotong Royong) dan Menteri Linda Agum Gumelar (Kabinet Indonesia Bersatu II),” bebernya.
Dari ke semua Menteri Peranan Wanita atau sekarang disebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Indonesia di jamannya tersebut, ungkap Tantri, mereka semua pernah menjadi Ketua Umum Kowani.
Ia menilai visi misi Presiden dan Wakil Presiden yang akan datang, banyak konteksnya yang berkaitan erat dengan perempuan Indonesia dan anak.
“Misalnya, visi misi Pak Prabowo yang akan menyediakan makan siang dan susu gratis kepada Ibu hamil dan anak-anak. Itu sebenarnya bisa dilakukan di Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) , dengan perempuan sebagai sentral pelaksana untuk menurunkan prosentase stunting atau masalah lainnya yang berkaitan dengan masa depan ibu dan anak,” urainya.
Tantri menyatakan Kowani memiliki peran penting pada Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak ini sebagai sokoguru perjuangan perempuan Indonesia di masa mendatang.
“Kami bisa memberikan masukan atau turun ke bawah secara langsung dengan menggandeng mitra. Jika memang menterinya adalah orang dengan latar belakang partai atau penunjukan presiden, bisa saja Kowani hadir sebagai wakil menteri, untuk membantu menjaga visi misi presiden tersebut,” pungkasnya. ***