Humaniora.id – Tahun 1979 Mas Willy katanya sudah mulai bisa keluar dari penjara?. Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 10
T: Tahun 1979 Mas Willy katanya sudah mulai bisa keluar dari penjara?
Ya, Bengkel Teater di kasih izin pentas tapi tidak boleh yang berbau politik. Akhirnya kami pentaskan ulang yang lucu: Lysistrata. (pentas di Sport Hall Kridosono Yogya ,Sabtu-Senin, 15-17 November 1979 –red).
Tapi ya Mas Willy walau lucu tetap ya mengritik, nyindir-nyindir . Sehabis Lysistrata..jebrekkkk… Bengkel Teater di larang total.. Akhirnya ya udah.. Dari situ, aku tahun 1980 bikin group. Teater Perlak.
T: Di Yogya ya ? Pentas apa Teater Perlak?
Ya di Yogya. Kami pentas di Seni Sono tanggal 23-24 Juli 1980. Teater Perlak ini sesungguhnya gabungan anak-anak Bengkel. Waktu itu saya pentaskan naskah: Ben Go Tun karya Saini K.M (Sebuah naskah mengenai seorang pejuang yang penuh kepalsuan-red).
Naskah ini aku ubah, aku adaptasi. Sawung Jabo ikut bagian mengisi musik. Jemek Supardi (pantomimer) juga membantu bagian publikasi. Terus Dede Eri Supria, pelukis membantu di bagian tiket. Dia kusuruh menggambar, terus gambarnya di cetak pada tiket.
Nah waktu akan pentas saya dipanggil Laksus. “Kenapa pak ? Kan izin pertunjukan saya cukup izin polisi saja,” saya saat itu tanya. “Kamu asisten sutradaranya Rendra kan?” mereka tanya. “Iya, tapi pertunjukan ini tidak ada kaitannya dengan Rendra,” jawab saya. “Kamu ini untung tidak saya tangkap. Kamu yang memprovokasi anak UII dan UGM kan, gitaran baca puisi protes. Mana Mayon Sutrisno?” tiba petugas itu tanya.
Mayon (kemudian di kenal sebagai sastrawan dan penulis biografi -red) itu sering ke Bengkel dan memang sering ikut-ikutan saat kami keliling kampus. “Apa itu Mayon, dia teriak-teriak gantung-gantung Suharto saat kamu keliling-keliling kampus,” kata Laksus itu.
Lalu Laksus itu melihat naskah Ben Go Tun. ”Ini saya izinkan tapi ini coret, ini coret,” kata petugas Laksus meminta menghapus beberapa adegan. “Wah ga bisa, ini naskah orang Pak…” jawab saya.“Ya udah kalau tidak bisa, tidak saya izinkan.
Mana Mayon ? Akan saya tangkap Mayon itu,” kata petugas itu. Mayon kan ada di panggung, rupanya ini Laksus tidak tahu rupa orang. Tentu saya tidak memberi tahu Mayon di situ…
T: Akhirnya…
Kami di izinkan pentas. Tapi hanya satu kali itu. “Ga ada izin lagi,”kata Laksus itu. Wah pusing lagi, nganggur lagi besok. Padahal penonton saat itu membludak. Butet Kertaredjasa ingat suasana pertunjukannya. Dia nonton.
Pentas kami di liput oleh Majalah Aktuil. Judul Majalah Aktuil saat itu: Karya perdana Iwan Burnani Telanjangi Penonton. Tapi kemudian saya tak ada kegiatan lagi. Saat itu Mas Willy yang ada di Jakarta bilang “Udah kamu ke Jakarta saja…”.
Baca juga : Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 9
Comments 3