humaniora.id – Daya cipta yang tak ada habisnya. Inilah karya bersifat delusif dan fantastis yang akan ditampilkan Swargaloka bersama Orkes Keroncong Pesona Jiwa, bertajuk “CongYang”.
“CongYang, adalah seni pertunjukan yang memadukan musik Keroncong (Cong) dan kesenian Wayang (Yang) Orang,” terang CEO Swargaloka Suryandoro kepada humaniora.id di Jakarta, Sabtu (03/08/2024).
Mengusung cerita “Cupu Manik Astagina” pergelaran Keroncong Wayang ini akan dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta, Jum’at 30 Agustus 2024 mendatang.
Cerita “Cupu Manik Astagina” merupakan karya fiksi yang diangkat dari novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata.
Pergelaran “CongYang” lanjut Suryandoro, mengemas unsur-unsur baru sebagai bentuk inovasi dalam pertunjukan Wayang Orang yang diimplementasikan dalam bentuk musik, cerita, dan pertunjukan.
“CongYang sebagai genre baru pertunjukan seni tradisional Indonesia. Penggunaan musik keroncong menjadi ilustrasi utama dalam pertunjukan ini. Diharapkan dapat menjadi tontonan alternatif yang mampu memikat banyak penonton,” tegas Suryandoro.
Pergelaran “CongYang” akan menampilkan para pemain Wayang Orang senior, antara lain; Dewi Sulastri (Pemain Wanita Terbaik Festival Wayang Orang Panggung), Agus Prasetyo (Bintang Wayang Orang Sriwedari Surakarta), dan Ali Marsudi (Pemain Primadona Teater Tradisi RRI Surakarta).
Didukung pemain lain diantaranya; Irwan Riyadi, Trikadar, Sundari Soekotjo (Penyanyi Keroncong), Ninok Leksono (Redaktur Senior Kompas dan Rektor Universitas Multi Media Nusantara), dan Tri Agung Kristanto (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas).
Akan tampil juga penyanyi keroncong Amrih Basuki dan Yurita Badrun, serta para seniman muda, yaitu; Paramita Putri Nirmala, Sabela Erifah Putri, Ganeshauman Taqwa, Fediano Hammam Akhyar, dan pemain lainnya.
Pementasan dikemas secara musikal dengan tim produksi dan tim kreatif; Suryandoro, Koko Thole, Dedek Wahyudi, Iwan Gardiawan, Freddy Kamto, Eddie Karsito, Guru Milang, Irwan Riyadi, serta didukung para penari Swargaloka School of Dance dan Omah Wulangreh.
Ringkasan Cerita
Cerita Cupu Manik Astagina berawal dari kisah cinta antara Bathara Surya dan Windradi sebelum ditugaskan turun ke bumi untuk menjadi istri resi Gotama. Benda ajaib Cinderamata cinta bernama Cupu Manik Astagina yang berisi rahasia-rahasia alam semesta pemberian Bathara Surya menjadi petaka bagi keluarga Windradi.
Benda tersebut menjadi rebutan dan pertengkaran anak-anak Windradi. Resi Gotama murka dan mengutuk Windradi menjadi tugu batu karena tidak mau menjelaskan asal-usul Cupu Manik Astagina. Ketiga anaknya yang rupawan yaitu Guwarsa, Guwarsi dan Anjani berubah wujud menjadi kera karena ambisi ingin memiliki Cupu Manik Astagina.
“CongYang sebagai genre baru pertunjukan seni tradisional Indonesia diharapkan dapat menjadi tontonan alternatif dan menumbuhkan industri kreatif di Indonesia. Bagian dari upaya mengembangkan kesenian tradisional Indonesia,” ujar Suryandoro menutup./***