humaniora.id – Pada hari Selasa, 21 Mei 2024 Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani, MA pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Banten Tangerang memperoleh surat dari pihak Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nomor B-1746/F.3/HM.01.6/5/2024 perihal permohonan menjadi narasumber.
Dalam surat tersebut berisi sebagai berikut: pihak Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan mengadakan kegiatan Studium General dengan tema: “Otoritas Sunnah Ulama Ba’alawi: Antara Kontribusi dan Kritik” yang akan dilaksanakan hari Selasa, 28 Mei 2024 jam 08.30 sampai 12.30 WIB tempat di Teater H.AR. Partosentono Fakultas Ushuluddin lantai 4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam surat tersebut pihak Dekan memohon kesediaan Kiai Imad untuk menjadi narasumber pada kegiatan Studium General. Surat resmi tersebut ditandatangani oleh Prof. Ismatu Rofi’, MA, Ph.D Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ada stempel Fakultas. Surat itu tidak kaleng-kaleng dan resmi.
Tentunya Kiai Imad senang sekali, apa yang diimpikan akan segera terwujud. Tesisnya Kiai Imad yang berjudul “Membongkar Skandal Ilmiah, Genealogi dan Sejarah Ba’alawi. Finalisasi keterputusan genealogi Ba’alawi kepada Nabi Muhammad SAW akan diperkenalkan di Perguruan Tinggi Negeri. Tentunya nanti akan ada diskusi ilmiah yang bisa ditarik simpulan.
Simpulan dari penelitian Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani boleh disebut tesis, dikarenakan sudah melalui tahapan dalam penelitian dan menggunakan metodologi penelitian ilmiah.
Tesis tersebut sudah teruji kebenarannya. Akan tetapi kebenaran ilmu bersifat tentatif, maka pihak manapun termasuk pihak Perguruan Tinggi Negeri kalau ingin mengujinya dipersilahkan. Tentunya dengan harapan memperoleh hasil analisis komparatif, sebagai bahan perbandingan.
Tentunya Kiai Imad semangat sekali bahkan mempersiapkan diri dengan membuat makalah (paper) sebagai bahan untuk Studium General sebanyak 18 halaman dengan judul : Living Sunnah, Otoritas Keagamaan dan Kontruksi Nasab Ba’alawi.”
Di pendahuluan beliau paparkan seputar metode dan upaya-upaya habib Ba’alawi dalam membangun otoritas keagamaan, baik di negeri asalnya maupun di Indonesia dengan instrumen utama klaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan glorifikasi peran leluhur mereka di masa lalu. Kemudian kedua unsur tersebut diverifikasi dalam sumber-sumber sejarah yang tersedia berdasarkan titimangsa historisnya masing-masing.
Kemudian pada pembahasan makalah tersebut Kiai Imad memaparkan Klan Ba’alawi membangun otoritas keagamaan di Hadramaut Yaman. Para klan Ba’alawi mengklaim memiliki ketersambungan genealogi dengan Nabi Muhammad SAW dan tentunya memiliki daya tarik tersendiri untuk menghimpun pendukungnya.
Ba’alawi yang di Indonesia dipanggil habib tidak terdapat di kitab abad 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 Hijriah sebagai keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tiba-tiba pada abad ke-9 Hijriah ada usaha-usaha pemasaran dan peyakinan dari klan Ba’alawi bahwa mereka keturunan Nabi Muhammad SAW sampai hari ini. Yang demikian ini membuat kesan bahwa klan Ba’alawi pada abad ke 9 H mereka sudah “syuroh wal istifadhoh” sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Kendati demikian, tersisanya ulama di Yaman sampai hari ini tidak mempercayai Ba’alawi sebagai keturunan Nabi.
Tentunya isi makalah tidak semua penulis tuangkan di tulisan kali ini. Yang jelas Kiai Imad sudah mempersiapkan sedemikian rupa agar bisa tampil saat menjadi narasumber di Studium General bersama narasumber lainnya.
Hari Sabtu, 25 Mei 2024 siang hari beredar pamflet atau selebaran acara studium General dengan tema : “Sunnah Kaum Ba’alawi: Antara Otoritas, Kontribusi dan Kritik.” Dengan narasumber Prof. Dr. Muhammad Irfan Helmy, Lc, MA, KH Imaduddin Utsman Al Bantani, Prof. Dr. Said Agil Al Munawar dan Dr. Phil. Syafiq Hasyim dengan moderator Muhammad Khoirul Huda, S.Th.I, MA yang memberi sambutan adalah Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Ismatu Ropi, Ph.D.
Beredarnya plamfet atau flyer disambut antusias oleh teman-teman pendukung tesis Kiai Imaduddin. Mereka entah dapat dari mana, kemungkinan ada salah satu panitia yang nge-share di WhatsApp group sehingga langsung tersebar dengan sendirinya. Tanpa dikomando plamfet itu beredar di WhatsApp, Facebook dan platform media sosial lainnya.
Apakah Kiai Imad dapat plamfet dari panitia? Jawabnya tidak ketika penulis tanya lewat WA.
Sabtu malam (25/5) setelah isyak sekitar pukul 20.00 WIB Kiai Imad menerima chat dari panitia Studium General yang isinya sebagai berikut:
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kiai semoga antum selalu sehat, Aamiin. Kiai mohon maaf sebelumnya, untuk kegiatan Studium General (SG) yang rencananya akan kami laksanakan Selasa, 28 Mei 2024, kami menjadwal ulang ke waktu yang belum kami tetapkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanan kiai.”
Ketika penulis tanya ke Kiai Imad, siapa yang kirim pesan lewat WA, beliau menjawab: “Pihak kampus UIN, orang ini yang pertama menghubungi saya dan sekarang akan menjadwal ulang ke waktu yang belum ditentukan.” Hal ini membuat kecewa Kiai Imad dan teman-teman pendukung.
Kok bisa dibatalkan kegiatan Studium General secara sepihak, alasannya apa? Itu yang perlu Kiai Imad tanyakan ke panitia.
Sampai tulisan ini diturunkan belum ada alasan yang pasti pembatalan kegiatan Studium General secara sepihak dari Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ada apa gerangan kehadiran Kiai Imad di Kampus PTN? Takutkah mereka dengan kebenaran tesisnya Kiai Imaduddin atas pembatalan klan Ba’alawi sebagai dzuriyah Nabi? Apakah pihak kampus ada rasa takut kedatangan Kiai Imad disertai para pengurus Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah. Karena para pejuang PWI LS bersedia hadir untuk mengawal Kiai Imaduddin.
Dalam postingan salah satu Ketua Umum DPW PWI LS Provinsi Banten Kiai Zaenudin Hasabyi membuat pernyataan sebagai berikut :
Assalamualaikum wr wb KH. Imaduddin merupakan salah satu pimpinan PWI LS bagian dari simbol perjuangan kita.
Kehormatan kita diminta atau tidak kita wajib mengawal mendampingi beliau meskipun secara keilmuan kami yakin beliau mumpuni. Tapi kita sebagai bagian dari perjuangannya harus mendukung dan mengawal dari aspek lainnya.
Diharapkan yang mau hadir kita kumpul untuk pembekalan. Terimakasih kerjasamanya.”
Demikian yang bisa penulis paparkan sehubungan dengan batalnya kegiatan Studium General pada hari Selasa, 28 Mei 2024. Semoga panitia benar-benar menjadwal ulang kegiatan tersebut.
Karena dari pihak Kiai Imad dan kawan-kawan berharap tesis Kiai Imaduddin bisa diterima di kalangan akademisi. Tidak saja menjadi diskusi di kalangan masyarakat dan warganet saja tapi pihak kampus PTN – PTS juga punya minat untuk mengkritisi tentang pembatalan nasab Ba’alawi yang sudah terlanjur viral di masyarakat.
Reportase dari :
Nurul Azizah