Jombang, humaniora.id – Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan ke-17 di dunia pada 2022, masih menghadapi tantangan besar dalam bidang kesehatan.
Salah satunya adalah stunting, kondisi kurang gizi serius yang dialami oleh satu dari lima anak di bawah dua tahun. Dengan angka stunting mencapai 21,6% pada tahun 2022, Indonesia berada di posisi kedua tertinggi di ASEAN setelah Timor Leste.
Untuk mengatasi masalah ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyelenggarakan acara Sosialisasi Dan KIE Program Bangga Kencana Pencegahan Stunting Dari Hulu Dalam Rangka Penguatan Peran Serta Mitra Kerja Dan Stakeholder Dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga. Acara ini diselenggarakan di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur pada hari Ahad (04/02/2024).
Perwakilan Anggota DPR RI Komisi IX, Sam’ani Kurniawan, menekankan pentingnya percepatan penurunan stunting untuk mencapai Indonesia emas di tahun 2045. “Potensi dari bonus demografi harus kita maksimalkan, untuk itu percepatan penurunan stunting perlu dimassifkan,” ujarnya.
Sam’ani juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah stunting. “Mulai dari ibu masih hamil, para suami dan orang sekitar perlu memperhatikan kebutuhan gizi sang ibu dan bayi yang di perutnya,” tambahnya.
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Toma Afriandi, S.H., M.Si, menjelaskan bahwa 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode paling penting dalam sejarah kehidupan manusia. “Stunting memiliki dampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia, produktivitas dan daya saing. Akan ada dampak jangka panjang jika tidak dilakukan pencegahan,” sebut Toma.
Dalam upaya pencegahan stunting, Toma menyarankan agar calon pasangan melakukan skrining dan pembekalan Kespro sejak masa pra nikah. “Calon pasangan diwajibkan untuk melakukan skrining dan pembekalan Kespro, dan harus mengkonsumsi multi vitamin,” ujarnya.
Dra. Endang Herminiati, M.Si, selaku OPDKB Kabupaten Jombang, juga menyetujui hal tersebut. Ia menekankan pentingnya kondisi ideal calon ibu dan ayah dalam mencegah stunting. “Sayangnya ada 50 ribu anak menikah dini karena mayoritas hamil di luar nikah. Ibu yang hamil pada usia di bawah 20 tahun dikhawatirkan akan melahirkan anak dengan kondisi stunting,” jelasnya.
Tokoh Masyarakat Kecamatan Mojowarno, Angga Eka Wijaya, mengapresiasi kegiatan ini dan berharap semua orang tua di Kecamatan Mojowarno mendapatkan pencerahan dalam mengurus anak dan melaksanakan program keluarga berencana demi masa depan yang lebih baik.
Mari kita bersama-sama berpartisipasi dalam upaya pencegahan stunting ini. Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan generasi yang sehat dan cerdas untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.