KOTA BEKASI, humaniora.id – Kami, di kalangan pemulung juga memiliki solidaritas; satu rasa, senasib, dan perasaan setia kawan. Bagi kami solidaritas adalah mencakup saling peduli, membantu, dan mendukung satu sama lain dalam kebaikan.
Hal ini antara lain kami wujudkan dalam “Doa 40 Hari Wafatnya Pak H.S Buyung S,” yang kami laksanakan di bawah kolong jembatan kali sunter perbatasan Kota Depok — Kota Bekasi, Kamis malam (02/01/2025).
Alrmahum Pak Buyung meninggal Jum’at, 22 November 2024 lalu. Pemulung yang selama bertahun-tahun hidup di jalan (orang terlantar) tidak ada saudara tanpa keluarga.
Tinggal di kolong jembatan Kali Sunter di batas kota Depok Bekasi dan Jatisampurna Kota Bekasi hingga akhir hayatnya.
Di malam yang dingin kami pun memanjatkan doa bagi almahum. Juga doa untuk para leluhur, dan handai tolan, kerabat, keluarga, yang telah wafat lebih dulu.
Malam itu kami genapkan hikmat sederhana dengan menyantap makanan kecil, ngopi bareng, dan melahap nasi bungkus ala kadarnya.
Bagi kami yang berprofesi pemulung, sungguh santapan itu satu kenikmatan yang kami syukuri.
Ini memang spiritualitas dalam konteks teamwork yang senantiasa kami ajarkan di komunitas para pemulung binaan Yayasan Humaniora Rumah kemanusiaan.
Kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tindakan dan keputusan. Solidaritas yang menuntut etos kekeluargaan.
Terima kasih Allah yang cinta-Mu tak pilih kasih. Betapa menakjubkan karunia-Mu yang terus menguatkan kami sebagai saudara tanpa memandang derajat; tingkatan; martabat; dan pangkat.
Kami pun bersandar pada firman-Mu : “Inna akromakum indallahi atqokum.”
Terima kasih Allah yang telah meletakkan tangan-Mu penuh berkat di atas kepala kami. Sehingga kami dapat terus berpikir jernih mensyukuri nikmat-Mu.
Ya Allah Cinta-Mu tak berkesudahan. Genapkanlah ganjaran amal berupa limpahan rahmat dan ampunan untuk saudara kami H.S Buyung S. pahlawan kehidupan dari golongan kami. Amiin ya robbal alamiin.
Kolong Jembatan Kali Sunter
Jumat, 2 Januari 2025