humaniora.id – Jakarta Rabu, 6 September 2023 bertempat di aula gedung SMA 71 Duren Sawit Jakarta. Niyata Sirat, M.Pd, Kepala Sekolah SMA 71 yang merupakan sekolah penggerak, membuka kegiatan Inhouse Training tersebut.
Inhouse training tentang “Pendidikan Inklusif melalui Media Seni dan Film” dimana SMA 71, sudah menerima siswa barunya Anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berjumlah 6 (enam) orang dengan berbagai keterbatasan aksesnya.
Kegiatan Inhouse Training dengan menghadirkan narasumber Budi Sumarno yang merupakan pegiat inklusif, dan di koordinir oleh lembaga konsultan pendidikan “New Extra Smart”, sedangkan peserta Inhouse Training adalah guru-guru SMA 71.
Pendidikan inklusif dengan media film dan seni mengacu pada penggunaan film dan seni sebagai alat pembelajaran. Alat pembelajaran yang mendukung peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) untuk memenuhi kebutuhan dalam mengembangkan bakat dan minatnya. Serta keinginan untuk belajar di sekolah inklusif.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif bagi semua peserta didik,termasuk mereka yang disabilitas atau berkebutuhan khusus,dapat terlibat secara aktif dan merasakan kesamaan mendapatkan hak Pendidikan sehingga dapat belajar bersama-sama dengan teman-temannya pada umumnya.
Dalam paparan materi yang disampaikan narasumber, tujuan pendidikan inklusif adalah menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas. Sekolah mau menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan dalam lingkungan sekolah,menciptakan suasana kelas secara penuh dengan nyaman.
Menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan,kondisi fisik, sosial, ekonomi,suku, agama, dan sebagainya.Mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial, intelektual, bahasa dan kondisi lain nya dalam belajar.
Ini semua dilakukan untuk memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang sama kepada setiap siswa.
Akses, Metode Diversifikasi pembelajaran yang menggabungkan mapel umum dengan seni dan film. Melakukan pembelajaran kolaborasi yang melibatkan siswa ABK dengan siswa umum sebuah upaya untuk menggali kemampuan kreatifitas masing-masing siswa. Tujuannya agar bisa mengekpresikan diri masing masing, sehingga menjadikan semangat dalam belajar dan tak lupa memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap siswa baik ABK maupun umum. Ketika mereka melakukan aktifitas tersebut adalah metode pembelajaran yang disampaikan oleh Budi Sumarno yang juga berprofesi sebagai praktisi perfilman dan pendiri Inklusi Film Indonesia(*).
Kegiatan ini membuka mata serta pemahaman dan inspirasi para guru yang sebelumnya belum pernah menerima siswa berkebutuhan khusus dalam sekolah mereka.
Dengan kegiatan ini membuka wawasan bahwa mereka juga harus di berikan ruang dan hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan.
Bukan ketrampilan khusus yang harus di miliki oleh para pendidik SMA 71, namun upaya untuk memahami budaya ABK serta memberikan dan memahami akses yang harus di berikan kepada mereka, akses informasi, akses aktifitas, akses teknologi, akses mendapatkan fasilitas yang sama dengan siswa lainnya. Serta penghargaan, kesabaran, empati serta menumbuhkan sedikit daya kreatif dalam membuat materi ajar yang inklusif.
Dengan pembelajaran pendidikan inklusif melalui media seni dan film diharapkan akan menumbuhkan kemandirian, siswa akan mampu berpikir kritis, dan dapat membangkitkan nilai-nilai kebersamaan dalam lingkungan pendidikan. (AM)
*InklusifilmIndonesia : Pemberdayaan Disabilitas dalam workshop bidang perfilman.