humaniora.id – Jakarta, Kamis 21 September 2023,-
September mengerikan, dituangkan dalam kata, kalimat, diksi, majas dan imaji seorang penyair dari pinggiran selatan Kota Jakarta, Pulo Lasman Simanjuntak, 62 tahun.
“Tepat awal bulan September 2023 saya sudah terinspirasi untuk.menulis sebuah karya sastra berupa puisi dan.sajak dengan larik dan bait memotret kehidupan yang makin mengerikan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Dalam sajaknya berjudul SEPTEMBER MENGERIKAN, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak banyak menyentuh sekitar kehidupan yang masih terikat-bahkan terbelenggu- kemiskinan, kemelaratan, nyaris seperti suara protes sosial.
Namun, hanya kepada Tuhan saja dihembuskan nafas kehidupan.
“Semuanya itu saya tulis pada hari ini dari sudut pandang realita dan kesaksian nyata.Bahkan banyak dibungkus dengan filsafat teologia dalam bahasa sastra metafora,” kata Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang sehari-harinya dikenal sebagai wartawan dan rohaniawan ini.
Berikut kita baca dan nikmati sajak pilihan dan terbaru di bawah ini.
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
SEPTEMBER MENGERIKAN
seribu peluru persungutan liar-
dimuntahkan
dari genting rumah
jatuh di dasar sumur
air tanah makin memuakkan
bahkan suara ledakannya
tak mampu tembus
cakrawala garis jingga
ditelan minyak jelantah
dikunyah bau busuk
mulutnya
siapa lagi awal bulan ini
mau memberi sepotong daging segar
jelang hari ketujuh mengetuk pintu
tannyamu
seperti suara kidung
putus asa
mari,
tetap kita nyalakan obor
berjalan dengan tiang api
di atas mezbah sajakku
pesta kelaparan
mau digelar
hambar
ingat, teriakmu
tak ada hawa napsu birahi
dikunci tiap dinihari
menebar benih kesakitan
sangat membosankan
pergilah ke gurun pasir
tusuk tenggorokanmu
pecah
berdarah
tak ada hujan
september telah datang
makin mengerikan
kembali dihadirkan
lewat tangisan bayi dalam kandungan
doa deras dilayangkan tiap malam
tak mampu lagi membendung pikiran
dan ramalan
digenapi
sungguh
menyakitkan
Jakarta, 20 September 2023