humaniora.id – Pelukis dan Dalang Ki Fathur Gamblang atau yang lebih dikenal Ki Gamblang berhasil memecahkan rekor dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Reputasinya kali ini adalah “Pemecahan Rekor Melukis (Live Painting) Wayang Purwa, degan Tema “Banjaran Bima.” Dilukis di atas kanvas sepanjang 17 meter dengan waktu pengerjaan selama 12 jam.
“Setiap generasi memiliki kompetensi berbeda dengan cara yang berbeda. Saya melukis dan mendalang sebagai bentuk kecintaan saya terhadap nilai budaya tradisi bangsa Indonesia. Pencapaian ini sebagai upaya ikut andil melestarikan budaya,” ujar Ki Fathur Gamblang, kepada humaniora.id, di Gedung Pewayangan Kautaman Jakarta Timur, Rabu (08/11/2023).
Pencapaian ini diraih pada pelaksanaan acara peringatan Hari Wayang Nasional (HWN) Ke-V & Living Intangible Cultural Heritage Forum For Wayang Puppet Theater in Indonesia (Living ICH Forum) Ke-III yang diselenggarakan SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia).
Atraksi spektakuler tersebut untuk pertama kalinya digelar di Indonesia. Merepresentasikan lakon “Banjaran BIMA” dalam 10 bingkai sepanjang 17 meter dengan 10 cerita yang dilukis selama 12 jam.
“Setiap kanvas ada ceritanya masing-masing. Makanya ada perhatian dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya seniman yang ikut melestarikan budaya,” terang dalang wayang kulit yang sudah melanglangbuana ke berbagai Negara ikut ‘nguri-uri budaya’ ini.
Tentang konsep gagasannya melukis, Ki Gamblang menjelaskan, setiap goresan di atas kanvas menceritakan pemaruhan cerita Bima.
“Dari Bima lahir sampai Bima moksa pergi ke Nirwana. Misalnya contoh lakon dari Bima bungkus, ketika Bima masih dalam bungkus dan yang bisa memecahkan adalah Gajah Sena,” terang Ki Gamblang.
Dalam lukisan 10 bingkai sepanjang 17 meter itu juga tergambarkan mengenai lakon pendaftaran Siswo Suko Limo. Lalu ada lakon Bale Sigolo-golo Pandawa di bakar sama Kurawa. Ada adegan Dewo Ruci, Bima melawan Naga, Bima melawan para Kurawa.
Saat ditanya ide dasar lahirnya gagasan Live Painting Wayang Purwa “Banjaran Bima” ini, Ki Gamblang mengaku awalnya hanya sebuah kelaziman yang biasa dilakukannya setiap dia mau mendalang.
Untuk menuangkan gagasan dalam lukisan 10 bingkai sepanjang 17 meter selama 12 jam non-stop, Ki Gamblang mengaku tidak ada tirakat atau ritual khusus.
“Saya hanya perlu mendalami karakter Bima. Tokoh ini wataknya seperti apa. Bagaimana ekpresi Bima ketika di adegan tersebut. Apa yang melatarbelakangi cerita tersebut saya harus mempelajari semua,” ujarnya.
Ki Gamblang juga mengatakan tidak menutup kemungkinan apabila ada pihak lain yang tertarik ingin menggelar konsep live painting serupa.
“Kami siap dengan tema lain. Misalnya kita bisa angkat cerita Banjaran Gatot Kaca. Dari Gatot Kaca lahir sampe meninggal. Banjaran Arjuna, atau Banjaran yang lain. Semua bisa di visualisasi ke kanvas dan menjadi suguhan yang mungkin sedikit baru bagi dunia kesenian kita,” ungkapnya.
Ki Fathur Gamblang lahir di Banyuwangi Jawa Timur, tahun 1974. Mengaku tertarik dengan dunia wayang dan seni rupa sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Gamblang kecil mulai membuat coretan gambar untuk membuat wayang dari kardus, hingga tertarik membuat seni pertunjukan kecil bersama teman-temannya.
Ketika di Sekolah Dasar (SD), Gamblang mulai keranjingan bikin pementasan, meskipun ditentang orangtua. Orang tuanya menginginkan Gambalang menjadi pedagang dan memiliki toko.
Tahun 2008 Gamblang mulai menunjukkan talentanya dengan berpentas di kampungnya. Hingga sang ibu mulai percaya bahwa Gamblang bisa menjadi orang sukses melalui kesenian, khususnya wayang.
Kesenimanan Ki Gamblang terus bermetamorfosis. Baik dari segi kemampuannya mendalang maupun melukis. Ia mendalang dan sudah melanglangbuana ke berbagai penjuru negeri.
Karya-karya dikoleksi orang-orang penting dan tokoh dunia. Lukisannya dikoleksi Presiden AS Barak Obama, Joe Bidden, serta Wakil Presiden AS Kemala Haris. Lukisan-lukisannya juga tersimpan di White House Washington DC, dan di Dallas Museum of Art Texas USA.
Ki Fathur Gamblang juga kerap diundang orang-orang penting untuk mendalang. Ia pernah mementaskan pagelaran wayang kulit di Kedutaan Perancis, di kediaman Duta Besar Belanda dan Belgia./***