humaniora.id – Dalam rangka itu, Sadra International Institute bekerjasama dengan Program Magister Studi Islam Universitas Paramadina dan Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) menggelar Seminar Pendidikan Agama Islam dan bedah buku “Teori Pendidikan Islam: Tinjauan Qurani dan Filosofis” karya Prof. Jamileh Alamolhooda, cendekiawan Iran, bertempat di kampus UAI, Selasa (11/07/2023).
Seminar ini dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan suatu bangsa, bahkan katalisator tingginya peradaban. Bangsa yang mengabaikan pendidikan akan terjerumus dalam menjadi bangsa yang terbelakang.
Pendidikan agama Islam memegang peran penting dalam menjaga budaya dan peradaban agar tetap dalam jalan kemanusiaan dan nilai luhur ketuhanan. Karena itu, pendidikan agama Islam selalu relevan diperbincangkan, bukan hanya dalam konteks Keislaman namun juga Keindonesiaan.
“Kerjasama antar lembaga perlu diperkuat dalam memberi kontribusi pemikiran demi kemajuan umat,” ujar Dr. Abdul Aziz Abbacy, Direktur Sadra International Institute dalam sambutannya.
Dalam kesempatan yang sama, Bahrul Ulum, Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), mengatakan bahwa peradaban Islam klasik mencapai puncaknya ketika ilmu-ilmu ‘aqliyah (rasional) dikembangkan. “Karena itu, mahasiswa harus diperkenalkan bukan hanya ajaran dasar Islam namun juga pada khazanah intelektual,” katanya.
Hal tersebut dipertegas oleh Ammar Fauzi, Ph.D., pembicara kunci yang menekankan pentingnya para pelajar dan mahasiswa memiliki keterampilan berpikir. Menurutnya, peserta didik seyogianya memiliki kemampuan berpikir logis, rasional. “Karena itu, ilmu logika (mantiq) wajib dimasukan dalam kurikulum pendidikan tinggi, terutama agar daya literasinya kuat. Dengan daya literasi kuat, generasi baru bisa imun dari ragam hoax dan kritis”.
Selanjutnya Ammar Fauzi berpendapat, pendidikan Islam berorientasi pada bagaimana menjadikan manusia sebagai manusia-Tuhan, yakni manusia yang memiliki kemiripan dengan Yang Ilahi.
Narasumber yang lain, Tata S,. Purnama, dosen Pendidikan Agama Islam UAI memaparkan bahwa pada dasarnya pendidikan Islam berakar pada al-Quran dan diperkuatkan dengan filsafat. “Filsafat bisa jadi pondasi yang kokoh membangun teori pendidikan yang handal dan operatif. Namun, lagi-lagi, filsafat perlu ditOpang oleh ilmu atau sains agar dapat diterapkan secara praktis.”
Dr. M. Subhi-Ibrahim ketua program Studi Magister Studi Islam Universitas Paramadina memberi perspektif bahwa pendidikan Islam berintikan agar kita berakhlak dengan akhlak Ilahi. “Nilai luhur pendidikan tersebut bertegangan dengan fakta orang-orang terdidik yang koRupsi, menjadi biang bencana lingkungan dan sebagainya.”
Karena itu, menurut Subhi-Ibrahim, perlu formulasi pendidikan yang mana orang-orang terdidik menjadi orang berintegritas. Dalam teori pendidikan Islam, formula itu dimulai dari pengenalan diri dengan memjawab pertanyaan: siapakah “Aku”.
Kerjasama antar tiga lembaga pendidikan dan riset tersebut berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dalam bidang pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat yang mencerahkan dan diharapkan memberi sumbangan bagi kemajuan pendidikan Islam secara khusus dan kemajuan umat dan bangsa.