GARUT JAWA BARAT, humaniora.id – Selepas dari tanah suci Makkah menunaikan ibadah Umrah Ageng Kiwi didapuk menjadi Kepala Desa.
Sebelumnya aktor film, penyanyi, dan musisi, yang juga politisi dari Partai Nasdem ini sempat beberapa kali mencoba keberuntungan menjadi wakil rakyat.
“Alhamdulillah kesudahannya saya diangkat menjadi Kepala Desa,” tegas Ageng Kiwi, saat dijumpai humaniora.id di lokasi shooting film “Menjelang Magrib 2” di sebuah desa di kawasan gunung Papandayan Garut Jawa Barat, Kamis (06/02/2025).
Untuk tugas baru tersebut agengpun rela memotong pendek rambutnya. Karena untuk menjadi Kepala Desa rambut wajib rapi dan pendek.
“Iya enggak boleh gondrong. Namanya pejabat publik. Ini aku baru potong pendek. Seumur-umur enggak pernah rambutku pendek,” tegas aktor yang juga Co Host Silet RCTI Khusus Mitos dan Budaya ini.
Ageng memang benar-benar baru pulang dari tanah suci. Ia mengaku masih mengalami jet-lag setelah melewati masa perjalanan Jeddah – Jakarta selama sekitar 10 jam penerbangan.
“Sebenarnya aku masih capek. Begitu paginya nyampek di Jakarta, sore langsung berangkat ke sini (Garut). Enggak istirahat. Masih ngerasin jet-lag (penat terbang). Tapi mau gimana lagi namanya amanah ya harus konsisten langsung berangkat ke sini,” ungkap Ageng dengan senyum sumringah.
Umrah Bareng Aktris Film Kimberly Ryder
Ageng Kiwi menjalankan ibadah umrah selama 9 hari. Termasuk persiapan, kegiatan ritual, dan perjalanan pulang. Berangkat Senin (27/01/2025), menuju Jeddah, Madinah, Makkah, Jeddah, hingga kembali ke Jakarta, Selasa (04/02/2025).
Selama di Makkah dan Madinah, Ageng Kiwi selalu bersama model dan aktris film Kimberly Ryder. Keduanya merupakan jamaah Umroh BSTravel Jakarta, pimpinan Hajjah Sabrina Suftandar.
Berdoa di Tempat yang Mustajab
Cerita tentang perjalanan spiritualnya, di tanah suci Ageng Kiwi benar benar membasuh jiwa, merenungkan semua nikmat Allah SWT. Memohon ampunan, dan berdoa di tempat-tempat mustajab untuk berdoa. Seperti di Multazam, lokasinya di antara sudut Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, serta di Hijir Ismail.
“Pokoknya sekhusyu-khusyunya aku berdoa sampai nangis berurai air mata di tempat-tempat mustajab aku mohon ampunan, keridhoan-Nya. Siapa saja wajah semua saudara, keluarga, teman-teman yang muncul aku doakan. Minta agar hidupnya diberi keberkahan, mendapat ampunan dan berbagai kemudahan dalam hidup,” terang Ageng yang mengaku sudah berkali-kali ke Tanah Suci Makkah al-Mukarramah.
Mendatangi Tanah Suci Makkah al-Mukarramah, kata Ageng, ibarat seseorang yang menempuh jalan spiritual. Indikator keberhasilan ibadahnya tidak terletak pada ritualitasnya saja.
“Menurutku ritual umrah itu sifatnya sarat secara syariat. Tapi yang penting bagaimana setelah umrah kita dapat memadamkan bara hawa nafsu. Sehingga kita tidak lagi punya sifat iri hati, dengki, sombong, suka pamer, pemarah, pembenci dan sifat negatif lainnya,” ungkap Ageng.
Shooting Film “Menjelang Magrib 2”
Pulang dari tanah suci Makkah Ageng Kiwi mendapat berkah langsung shooting film layar lebar “Menjelang Magrib 2.” Film produksi Helroad film yang disutradarai sutradara senior Helfi Kardit mengambil lokasi shooting di pedesaan di wilayah pegunungan Papandayan Garut Jawa Barat.
“Film cerita horor klasik peristiwa terjadi 100 tahun lalu. Peranku di film ini jadi tokoh Kepala Desa. Peristiwanya sendiri terjadi tahun 1923,” ungkap Ageng Kiwi, yang ternyata jadi Kepala Desa hanyalah sebuah peran.
Selain Ageng Kiwi, film ini juga dibintang aktris senior Muthia Datau, Fendi Perdana, Valdi Mulia dan pemain lainnya.
Ageng mengaku sangat menikmati karakter peran yang dimainkannya sebagai seorang Kepala Desa. Menurut Ageng sangat penting seorang aktor dapat menghidupkan karakter perannya.
“Aktor harus memahami karakter tokoh yang akan diperankan. Jadi aku harus sungguh-sungguh menjadi Kepala Desa pada kurun itu. Harus benar-benar merasakan sebagai Kepala Desa masuk kedalam kehidupan tokoh dengan memainkan logika,” ujar alumni Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.
Soal film bergenre horor, terang Ageng, selalu memiliki tempat istimewa di hati para pecinta film Indonesia. Berbagai cerita menyeramkan yang berakar dari tradisi mistis dan budaya lokal telah menjadi bagian dari warisan budaya bangsa.
“Tapi seiring waktu film genre horror Indonesia mengalami transformasi signifikan. Bergerak dari kisah-kisah mistis tradisional menuju tren horor modern yang dipengaruhi oleh gaya global,” tegas aktor yang pernah membintangi film ‘Hantu Gudang Cibubur’ dan film ‘Santet Goyang Dangdut’ ini.
Ageng Kiwi sebelum ini bermain dalam “Jin Khanis” yang tayang platform Bioskop Online. Kerap mendapatkan peran-peran yang antagonis. Banyak memerankan adegan berbahaya. Terutama adegan perkelahian. Walau adegan berbahaya, Ageng termasuk aktor yang tidak mau perannya digantikan stuntman saat pengambilan gambar.
Soal karakter antagonis, Ageng Kiwi punya haluan berakting yang menjadi kiblatnya. Ia terus terang mengidolakan aktor Torro Margens si spesialis aktor antagonis. Sebagai aktor watak, Torro Margens menurutnya hampir tak pernah gagal memerankan tokoh antagonis.
Di dunia Tarik suara, Ageng Kiwi mengaku mengidolakan penyanyi campursari Didi Kempot yang menjadi trendsetter-nya.
“Mas Didi adalah inspirasi. Karya-karyanya membumi. Dia mampu menginspirasi setiap individu bangga pada jatidiri sendiri,” ujar biduan bernama asli Ageng Wahono kelahiran Desa Jeruk Legi Kabupaten Cilacap Jawa Tengah ini./*