humaniora.id – Pemilu 2024 yang akan di gelar tentu sebagai pemantik adalah calon Presiden yang akan di usung.
Melihat situasi saat ini kemungkinan ada tiga calon Presiden yang akan diusung oleh koalisi Partai yaitu :
- Ganjar Pranowo yg sudah di usung oleh PDIP, PPP, Hanura, yang mungkin PAN, PSI Perindo akan menyusul Bergabung.
- Prabowo Subiakto diusung oleh Gerindra, PKB, yang mungkin juga Demokrat dan PKS
- Airlangga Hartarto oleh Golkar, yang mungkin juga oleh Nasdem dan Demokrat.
Bila merujuk ke tiga calon Presiden diatas makan sudah di pastikan akan ada 2 putaran dalam pemilihan Presiden di pemilu 2024 nanti.
Upaya koalisi berbagai partai Politik terus berjalan, tentu semua itu mengacu ke pada 5 hal yg harus dioptimalkan yaitu :
- Koalisi yg kuat dari Partai politik yg merupakan motorik dari pemenangan capres nya
- Elektabilitas berdasarkan Musra Indonesia dan lembaga survei dari capres yang diusung harus harus diperhitungkan supaya mempermudah motorik koalisi Partai berjalan.
- Finasial suffort capres dalam hal logistik dan operasinal. Ini juga ngak kalah pentingnya karena relawan relawan membutuhkan logistik dalam operasionalnya.
- Capres harus mendapatkan dukungan dari organisasi masyarakat(ormas) dan komunitas lainnya. Dukungan ormas dan komunitas besar terhadap capres sangat Menentukan kemenangan capres nya
- Dukungan para pengusaha, dan komunitas strategis di tingkat daerah maupun Pusat.
Timbul pertanyaan? Kemana Bapak Anis Baswedan yg sudah lama keliling hampir setegah wilayah Indonesia mengenalkan diri sebagai capres di pemilu 2024?
Tentu semua orang tau ini hanya ambisi semata, dari Pak Anis dan salah satu Partai. Beliau sudah membuat komitmen kalau Prabowo capres dia tidak akan jadi capres tapi kenyataan nya beliau melanggar komitmen itu.
Apakah pemimpin yg kita dambakan seperti itu, belum lagi kinerjanya selama di DKI yg tidak jelas dan di sematkan sebagai”Bapak Politik Identitas” Tentu alam tidak akan menerima nya.
Para pouding fathers telah merajut kebinekaan yaitu Bineka tunggal ika, mulai dari sumpah pemuda 1928 telah merajut Persatuan, dikotori oleh beliau karena nafsu ingin berkuasa.
Dari hasil Musra Indonesia yang di gagas 18 organ relawan Jokowi, termasuk Sekjend sekber Jokowi Nusantara yang telah di selenggarakan 28 propinsi telah bisa di petakan kekuatan capres maupun cawapres nya diantaranya :
- Ganjar Pranowo, kuat dijawa timur,Jawa tengah, NTT, bali, kepri, semua propinsi Papua sebahagian sumatera, Sulawesi, kalimantan,dan maluku.
- Prabowo Subianto , kuat di jawa barat, banten, NTB, Padang, sebahagian kalimantan, dan Sulawesi Selatan.
- Airlangga Hartarto, kuat di gorontalo, Sulawesi Barat dan sebahagian kalimantan, dan sumatera.
Dari pemetaan diatas tentu Musra Indonesia merupakan Barometer dalam kajian capres, cawpres dalam pemenangan di pemilu 2024 nanti.
Awal diadakan Musra Indonesia dihadiri Pak jokowi di Jawa Barat tentu berdampak positif dan dipastikan kehadirannya di Penutupan Musra Indonesia di Jakarta tanggal 14 Mei 2023 di gedung Istora Senayan Jakarta.
Pak Budi Arie Setiadi, Andy Nuwa Wea, Panel Barus beserta semua ketua relawan yang terlibat dalam Musra secara simbolik akan menyerahkan hasil Musra ke Bapak Jokowi.
Adapun hasil Musra yg akan diserahkan diantaranya :
- 3 orang Capres
- 5 orang cawapres
- Hasil diskusi Panel di masing masing propinsi
Perhelatan Musra tanggal 14 mei 2023 mengundang ketua partai peserta pemilu, ketua MPR, DPR, DPD, Kementrian, PBNU, Muhamadiah, PGI, KWI, MUI dan Capres dan cawapres nya.
Bila kita membandingkan ke akuratan hasil musra dengan lembaga survei tentu hasil musra jauh lebih akurat di karenakan :
- Jumlah peserta musra jauh lebih besar dari lembaga survei.
- Dilakukan atas kehadiran langsung masyarakat dalam e votinggnya
- Dilakukan dengan kebebasan masyarakat mengusulkan Capres, cawapres dan melakukan diskusi Panel dengan tokoh tokoh masyarakat di tiap propinsi.
Dari ketiga hal diatas tentu ke akuratan musra telah teruji dan dapat menguntungkan Partai politik dalam memetakan kekuatan nya di berbagai Propinsi di Indonesia.
Walapun ada isu miring tentang musra dan bahkan ada yg tidak terima itu hal yang wajar dalam alam demokrasi.
Para relawan yang tergabung dalam musra mengunakan selogan, “Setia dan Tegak lurus kepada Pak Jokowi ” Dan relawan Musra menjadikan Jolowi sebagai “King Maker ”
Adapun alasan tersebut karena kita merasakan pembagunan yg sudah di lakukan di era Jokowi sudah sangat baik.
Tentu masih ada yg blm puas tapi itu merupakan kelanjutan kepemimpinan ke depan.
Harapan itulah salah satu alasan menjadikan Pak Jokowi merupakan King Maker di Pilpres 2024.
Pembagunan yg berkelanjutan sangat di butuhkan, untuk kemajuan bangsa kedepan.
Seandainya masi ada GBHN dan Repelita mungkin hal ini tak perlu, jadi harapan saya GBHN dan Repelita itu tidak ada salah nya dihidupkan kembali.
Di tulis oleh Tomson Manurung, Sekjend sekber Jokowi Nusantara.