humaniora.id – Sejak adanya pandemi Covid 19 pada pertengahan tahun 2020 saya menyatakan diri sebagai pegiat NU dan NKRI yang menuangkan ide-ide dan gagasan tentang menjaga tradisi ajaran ahlusunah waljamaah (Aswaja Annahdliyah) dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tipu daya dan hoak para pengasong khilafah baik yang diusung oleh kelompok Wahabi, Salafi, Takfiri, HTI, FPI, PKS, ISIS, JI, JAD dan chile leadernya. Saya sangat gethol melawan kelompok yang mengajarkan Islam melalui kekerasan, radikal dan terorisme.
Karena bahaya laten yang muncul saat ini adalah terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama Islam. Mereka menamai kelompok Islam radikal dan bergabung dengan kelompok terorisme yang suka membuat teror dan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Melihat realitas merebaknya radikalisme dan terorisme yang sering terjadi di Indonesia, saya tidak bisa tinggal diam. Melalui tulisan-tulisan yang dimuat di berbagai media online, saya ikut berkontribusi mengisi ruang medsos di banyak platform media sosial dengan membongkar tipu daya hoak dari kelompok yang ingin mengusung budaya khilafah di negeri ini. Dari tulisan-tulisan tersebut sudah menjadi dua buku, yaitu “Muslimat NU Di Sarang Wahabi dan Muslimat NU Militan Untuk NKRI.” Alhamdulillah buku pertama Muslimat NU Di Sarang Wahabi laris manis sampai cetak dua kali, sekarang yang tersisa buku ke 2 Muslimat NU Militan Untuk NKRI. Sedangkan buku ke 3 sedang proses cetak. Mohon doanya semoga buku-buku saya terus bermunculan.
Perjuangan saya untuk menjaga marwah NU dan NKRI dari tahun ke tahun ada banyak gesekan dan alhamdulilah saya bisa menghadapi, walau terkadang nyesek juga.
Setelah memasuki tahun politik yaitu pertengahan tahun 2023 dan tahun 2024, rasanya berat banget. Karena saya berhadapan tidak dengan kelompok Wahabi Salafi Takfiri HTI FPI PKS ISIS JI JAD dan chile leadernya. Saat ini saya berhadapan langsung dengan mereka yang berbeda pilihan politiknya, berbeda dengan pilihan capres cawapres.
Saya disuruh netral ya tidak bisa, karena kapasitas saya sebagai pegiat NU dan NKRI harus menentukan pilihan. Tentunya pilihan saya jatuh pada pasangan calon (paslon) nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Prof Mahfud MD. Karena menurut pandangan politik saya, yaitu memilih pemimpin yang sesuai hati nurani. Secara akal sehat tanpa dipengaruhi oleh siapapun saya memilih Ganjar Prof Mahfud. Karena istri pak Ganjar neng Atikoh yang dibesarkan dari keluarga Nahdatul Ulama yang terus setia pada marwah NU dan NKRI. Prof Mahfud MD tidak diragukan lagi ke NU annya. Beliau dibesarkan dari keluarga nahdliyyin yang taat beragama dan setia pada NKRI.
Selain itu pasangan Capres Ganjar Pranowo dan cawapres Prof Mahfud MD memiliki visi dan misi yang jelas yaitu dengan visinya menuju Indonesia unggul “gerak cepat mewujudkan negara maritim yang adil dan lestari. Sedangkan misinya untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Saya yakin paslon nomor urut 03 akan menang karena saat kampanye banyak yang hadir dan memberi dukungan.
Saat pencoblosan tanggal 14 Februari 2024 masih ada keyakinan untuk menang. Tetapi realita di lapangan salah perhitungan. Ganjar Pranowo dalam hasil perhitungan cepat atau quick count paslon 03 memperoleh suara paling buncit.
Walaupun kalah saya tetap mendukung 03 dengan berbagai konsekuensi. Mulai dihujat oleh pemilih 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dikatakan stres, gila, tidak bisa move on dan lain-lain kata yang menyakitkan.
Saya tidak bergeming sama sekali, karena kemenangan 02 penuh intrik dan kecurangan di mana-mana. Mulai dari hasil quick count yang terduga tertanggal 13 Februari 2024. Bukti saat saya menyaksikan hasil QC di telivisi tampak di layar pojok kanan atas terpampang jelas tanggal 13 Februari 2024, padahal coblosan pilpres tanggal 14 Februari 2024.
Pembagian bansos oleh pihak istana dan serangan fajar ke masyarakat agar memilih 02 sampai penghitungan perolehan suara pilpres yang penuh manipulasi. Kecurangan yang tampak jelas adalah ikut cawe-cawenya presiden Jokowi dalam memenangkan paslon 02. Bantuan sosial dibagikan sendiri tanpa melibatkan menteri sosial. Gencarnya blusukan ke daerah-daerah kantong PDIP dengan membawa bantuan sosial. Bentuk cawe-cawe nya Jokowi tidak sekedar membagikan bansos saja. Tetapi mempengaruhi unsur pimpinan mulai dari pedesaan, kecamatan, kabupaten hingga provinsi agar memilih 02.
Mempengaruhi Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) agar warga NU memilih 02. Himbauan untuk memilih paslon 02 dari oknum pengurus PBNU dilanjutkan ke oknum pengurus PWNU, PCNU, MWC NU, Ranting dan anak Ranting NU.
Bentuk cawe-cawe presiden juga kepada Kementerian agama, Kementrian dalam negeri, Kemenhan, Kementrian Pertanian, Polri yang semua dikemas dalam aneka cawe-cawe politik Jokowi (koran Tempo, 15 Maret 2024). Jokowi diduga dibalik sejumlah agenda politik yang menggelinding menjelang pilpres 2024 hingga usai pemungutan suara. Dan benar adanya pada tanggal 20 Maret 2024 KPU telah membacakan hasil perhitungan suara pilpres secara real count (RC) paslon 02 memperoleh suara terbanyak. Persentase perolehan suara pun tidak jauh dari quick count. Ini yang terus saya tulis dan sesekali membuat video tentang kecurangan yang dilakukan paslon 02.
Saya tetep konsisten dengan perjuangan sebagai pegiat NU dan NKRI. Melawan nepotisme yang dilakukan Jokowi yang notabene masih menjabat presiden dengan mati-matian membela anaknya agar lolos menjadi cawapres mendampingi capres Prabowo Subianto.
Saya membela Ganjar Prof Mahfud semata-mata karena calon presiden dan wakil presiden ini akan menegakkan demokrasi di Indonesia. Demokrasi tidak boleh ditabrak demi ambisi pribadi dan kelompoknya. Agenda reformasi tidak boleh dikangkangi dan semua kehidupan berpolitik dan berbangsa dijalankan dalam koridor konstitusi. Demi melanggengkan kekuasaan konstitusi dilanggar demi politik dinasti.
Kalau saya dianggap stres, gila dan lain-lain karena pilihan politik yang berbeda dengan 02 ya silahkan. Dianggap tidak waras ya silahkan. Tapi ingat perjuangan saya tidak akan sia-sia. Butuh waktu untuk menilai apakah langkah saya salah apa benar. Silahkan semua orang punya penilaian terhadap langkah yang saya tempuh.
Yang jelas perjuangan saya sebagai pegiat NU dan NKRI sangatlah berat. Saya harus melawan arus yang begitu kuat menerpa. Tapi saya harus tetap melawan arus tersebut. Hanya ikan yang gesit akan terus melawan arus. Jangan jadi ikan mati yang tak mampu melawan arus.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.