JAKARTA, humaniora.id – Telah meninggal dunia Prof. Abdul Hadi, WM, Penyair, Sastrawan, dan Budayawan asal Pasongsongan Sumenep, pada Jum’at (19/1/2024,) Pukul 03.36 WIB dalam usia 78 tahun di RS.RSPAD, Jakarta.
Jenazah disemayamkan di rumah duka Perum Vila Mahkota Pesona d2 No.7, Jatiasih, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.Dan, menurut rencana akan dimakamkan di TPU setempat ba’da salat Jumat.
Sampai Jumat jelang siang (19/1/2024,) ucapan turut berduka cita kepada almarhum Prof. Abdul Hadi Wiji Muthari cukup ramai disampaikan baik langsung melalui WA Group komunitas sastra maupun media sosial (medsos).
Juru Bicara dan Pencatat Terbaik
Sementara itu Penyair Nanang R Supriyatin dalam tulisan di laman facebook-nya Jumat pagi (19/1/2024,) mengakui bagi dirinya , Prof. Abdul Hadi W.M. adalah salah satu juru bicara dan pencatat terbaik lahirnya para penyair, khususnya para Penyair Peserta Forum Puisi Indonesia ’87.
“Beliau juga optimistis merespon para penulis ketika menjadi Redaktur. SKH. Berita Buana ruang ‘Dialog’, yang hadir setiap hari selasa. Perhatiannya pada Kriapur, Wahyu Prasetya, Soni Farid Maulana, dan penyair muda lainnya ketika itu begitu besar,” ujarnya.
Sebelum menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, almarhum Abdul Hadi pernah menjadi Redaktur Gema Mahasiswa (1967 – 1968), Mahasiswa Indonesia (1969 – 1974), Majalah Budaya Jaya (1977 – 1978), Kamar Dagang & Industri (1979 – 1981), Balai Pustaka (1981 – 1983), Ulumul Qur’an (1979 – 90-an).
Abdul Hadi W.M. menikah dengan Atiek Koentjoro ( saudara sepupu Budayawan Umar Kayam) pada tanggal 25 November 1978. Dan pada tahun 1990-an, bersama D.Zawawi Imron & Ahmad Fudholi Zaini mendirikan Pesantren bernama An-Naba di Madura, Jawa Timur.
“Puisi-puisi Abdul Hadi W.M. terkenal karena kesepian, antar waktu dan kematian. Almarhum sudah banyak mendapat penghargaan, diantaranya untuk Sastra Asean dan Penghargaan sebagai Putra Mahkota Thailand. Laut Belum Pasang, Cermin, Tergantung Pada Angin, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur dan Luang Prabhang adalah puisi-puisinya yang terkenal,” pungkas Nanang R.Supriyatin.
Dua Puisi Karya Abdul Hadi WM
Dua Puisi karya Abdul Hadi W.M. yang terdapat dalam kumpulan puisi “Anak Laut Anak Angin”
SAJAK SAMAR
Ada yang memisahkan kita, jam dinding ini
ada yang mengisahkan kita, bumi bisik-bisik ini
ada. Tapi tak ada kucium wangi kainmu sebelum pergi
tak ada. Tapi langkah gerimis bukan sendiri
1967, hal. 37
TERGANTUNG PADA ANGIN
Pada awan kita bertahan, dari bumi yang mau menarik
kita kembali dan matahari yang ingin mematahkan
ketenangan uap mengepul dan bermimpi, seperti terang pada lampu buat bayang-bayang yang mudah hilang
Ke mana lagi kita akan menghindar dan mengambang
Tergantung pada angin yang bertiup kencang atau perlahan
1975, hal. 86.
(**)
Kontributor : Lasman Simanjuntak