Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp humaniora.id
Malam
Aku menemukan malam di halte.
Malam yang bisa menyerupai apa saja. Sekali waktu menjadi lintang kemukus. Kali lain menjadi laron. Atau menyamar menjadi onggokan.
Malam yang menggelatuk. Tertunduk, hikmat, khusuk. Bagai rahib yang sabar. Dan pendiam.
Malam yang merapatkan tulang rusuk dengan tulang panggulnya. Angin berpusar di tiang penunjuk arah: Kota yang gelap. Padang luas alang-alang. Bibir bergetar. Dan suara-suara meracau. Tentang ibu, tentang sepatu, tentang jam, tentang mawar, tentang lagu sebelum tidur.
Malam yang batuknya melompat-lompat, berserakan di aspal jalan lengang. Berpantulan dari dinding ke dinding.
Malam yang rambutnya menurunkan gerimis. Ungu. Ritmis. Dengan harum kenangan./*