humaniora.id – PT. Yupi Indo Jelly Gum dukung acara pameran lukisan, seni instalasi, lomba mewarnai dan melukis, serta lomba fashion show busana daur ulang yang diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan.
Acara bertajuk Kenduri “Urban Humanity” Refleksi Kehidupan Pemulung ini akan digelar di Sanggar Humaniora Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi, selama seminggu, 22 – 29 Februari 2024.
Unggul Ekaputra, selaku Digital Marketing Manager PT Yupi Indo Jelly Gum mengatakan, pentingnya sebuah perusahaan mendukung kegiatan sosial pendidikan.
Hal ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk menjadi agen perubahan yang positif di lingkungan sekitarnya.
“Perusahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga memiliki perhatian yang mendalam terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Unggul Ekaputra, di Jakarta.
Bantuan berbagai produk PT Yupi Indo Jelly Gum diserahkan langsung oleh Syapna Dara, Bagian Finance PT Yupi Indo Jelly Gum, kepada I Gusti Made Ardikabudi, SE, selaku Fasilitator Bidang Kreatif dan Usaha Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan.
“Acaranya sangat menarik. Tema dan topik yang jarang diangkat. Perhatian bagi para pemulung yang diangkat menjadi lukisan. Ada filosofi yang bercerita. Semoga partisipasi kami ikut memberi manfaat,” ujar Syapna Dara, di kantor PT Yupi Indo Jelly Gum, Gedung Mugi Griya Jl. Letjen M.T. Haryono Tebet Barat Jakarta Selatan, Selasa (23/01/2024).
PT. Yupi Indo Jelly Gum atau lebih dikenal dengan Yupi, adalah sebuah perusahaan manufaktur permen di Indonesia. Yupi memiliki pasar luas di seluruh dunia setelah bergabung dengan salah satu produsen permen karet terbesar di Eropa. Yupi menjadi pemimpin pasar konfeksioneri di Indonesia dan Asia Tenggara sejak 1996.
Setiap perusahaan, kata Syapna Dara, memiliki tanggung jawab ikut mengembangkan lingkungan positif melalui berbagai program sosial. Ia berharap kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan bisa berlangsung setiap tahun.
“Kalau bisa mungkin beberapa bulan sekali gitu jadi lebih sering dan mengangkat tema-tema yang mungkin jarang diangkat seperti masalah urban humanity ini,” ungkapnya.
“Kenduri Urban Humanity – Refleksi Kehidupan Pemulung” dimeriahkan dengan berbagai kegiatan antara lain; Pameran Lukisan – Seni Instalasi – Lomba Mewarnai & Melukis, sert Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang.
Sub-Kegiatan Lomba Melukis & Mewarnai bertema : “Waspada Sampah! dan Peduli Nasib Pemulung di Sekitar Kita!”
Melibatkan siswa Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), sanggar seni anak-anak, dan lembaga lainnya.
Berpartisipasi mengedukasi anak-anak Indonesia melalui empat pilar budaya; Cinta Bersih, Cinta Sehat, Cinta Tertib (disiplin), dan Cinta Keindahan.
Mengingatkan tentang perlunya waspada terhadap bahaya sampah kimia, khususnya sampah plastik, dan terus melakukan pencegahan pencemaran lingkungan dimulai dari diri sendiri.
Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya penguatan mental kepribadian anak-anak Indonesia yang pro-aktif, kreatif, inovatif, produktif, dan berempati.
Sementara Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang menciptakan kostum, menampilkan busana unik dan kreatif yang dikreasikan dari pengelolaan limbah; sampah produktif.
Mengajak generasi muda lebih kreatif memanfaatkan sampah produktif yang didaur ulang menjadi karya seni unik, menarik, dan bernilai ekonomi.
Melibatkan para pelajar STLP, SLTA, dan mahasiswa, serta masyarakat luas. Siswa Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), sanggar seni anak-anak, dan lembaga lainnya.
Mengingatkan tentang perlunya waspada terhadap bahaya sampah kimia, khususnya sampah plastik, dan terus melakukan pencegahan pencemaran lingkungan dimulai dari diri sendiri.
Selanjutnya Sub-Kegiatan Instalasi Seni, penciptaan karya seni instalasi berbasis urban humanity; praktik humanis yang orisinal. Merupakan titik temu antara humaniora, desain, dan studi perkotaan dengan sumber ide penciptaan kehidupan para pemulung binaan Yayasa Humaniora Rumah Kemanusiaan.
Instalasi Seni Urban Humanity merepresentasikan khasanah kehidupan para pemulung sehari-hari. Kondisi real tempat tinggal mereka di barak-barak, bedeng-bedeng, dan di kolong jembatan yang tak layak huni.
Mengkontruksi sejumlah benda milik pemulung seperti gerobak, karung, gancu, dan alat mencari rongsok (sampah) lainnya. Benda-benda ini dikonstruksi menjadi karya instalasi seni yang memiliki kesadaran makna.
Untuk pertama kali sebuah perhelatan seni yang melibatkan para awam, yaitu; pemulung dalam proses kreatif dengan pendekatan instalasi seni.
“Kenduri Urban Humanity – Refleksi Kehidupan Pemulung” juga diisi dengan berbagai pergelaran seni pertunjukan, baik, sastra (baca puisi), musik, tari, dan teater, dengan tema serupa : “Waspada Sampah! dan Peduli Nasib Pemulung di Sekitar Kita!.”
Dimeriahkan para artis film dan sinetron, penyanyi, musisi, selebritis, budayawan, politisi, pejabat, birokrat, dan para penggiat kemanusiaan.
Menampilkan para penggiat seni pelajar, dan mahasiswa, anggota Sanggar Humaniora, Grup Teater Alam Sinema, serta para penggiat seni budaya yang tergabung di Forum Kreatif Perfilman Budaya Nusantara (FKPBN).
“Pergelaran seni ini diharapkan dapat menjadi rumah edukasi, kreasi, produksi, eksebisi, presentasi, apresiasi, dan rekreasi untuk anak bangsa, khususnya generasi muda,” terang I Gusti Made Ardikabudi, SE, yang bertindak sebagai Koordinator Bidang Fundraising & Donation di kepanitiaan acara ini./*