humaniora.id – Profil Azas Nur, Ketum Kotela (Komunitas Tembang Lawas)
Azas Nur, seorang Guru PNS yang lahir di Jakarta pada tahun 1961, adalah sosok yang tak hanya dikenal sebagai pendidik, tetapi juga sebagai seniman musik yang berbakat.
Bakatnya dalam memainkan alat musik gitar telah terlihat sejak beliau masih duduk di sekolah pendidikan guru (SPG) Bandengan Utara, Jakarta Utara. Bakat musiknya ini menjadi nilai plus saat beliau diangkat menjadi Guru PNS pada tahun 1982.
Selama bertugas sebagai guru, Azas Nur dikenal sangat dekat dengan siswanya. Musik menjadi media pendekatan yang efektif untuk menjalin kedekatan dengan siswa.
Jiwa seni Azas Nur memang sangat terlihat sejak jaman sekolah. Suaranya yang khas dan kecintaannya pada genre balada membuatnya sering menyanyikan lagu-lagu legendaris dari Ebiet G Ade.
Tak hanya berbakat dalam bernyanyi dan memainkan musik, Azas Nur juga memiliki kemampuan dalam menciptakan lagu. Pada tahun 1985, karya pertamanya dibawakan oleh penyanyi top Tommy J Pisa.
Setelah itu, karya-karyanya dibawakan oleh penyanyi-penyanyi terkenal seperti Ria Resty Fauzy, Dina Mariana dan Iis Dahlia.
Azas Nur juga dikenal sebagai pengelola sanggar musik yang sukses. Sanggar musik pertamanya bernama Zas Pro Musik 2000 di daerah Tambora, Jakarta Barat memiliki lebih dari 50 siswa.
Sanggar musiknya kemudian merambah ke dunia mall pada tahun 2022 di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat.
Keberhasilannya dalam mengelola sanggar musik ini membuat pemilik Kampung Artis, Produser Gajah Mada Record, tertarik untuk bekerja sama.
Menjadi Ketua Umum Kotela
Pada tahun 2024, Azas Nur mulai mengelola zona hiburan Kampung Artis di daerah Cipayung.
Kepercayaan ini didapat karena beliau dikenal sebagai seorang guru yang berjiwa seniman dan kaya akan ide-ide kreatif.
Banyak pengelola hiburan yang ingin bekerja sama dengan beliau, termasuk seorang pejabat mantan menteri era Orde Baru.
Sebagai seorang guru, Azas Nur sangat kritis terhadap kebijakan pejabat dan ketentuan yang memberatkan tugas guru.
Jiwa senimannya tidak bisa melihat pejabat di atas itu membuat kesewenang-wenangan kepada bawahan. Karena itulah, beliau sangat dikenal di kalangan guru Jakarta Barat.
Setelah pensiun, Azas Nur menjadi ketua Komunitas Tembang Lawas (Kotela), sebuah komunitas yang melestarikan lagu-lagu lawas.
Komunitas ini berbasis di studio kecilnya di daerah Perum Binong, Tangerang Banten.
Hingga saat ini, komunitas ini telah melakukan 40 event di berbagai mall di Jabotabek.
Komunitas Kotela yang dibangun oleh Azas Nur kini telah memiliki akte notaris dan resmi secara hukum.
Komunitas ini menjadi inspirasi bagi banyak komunitas baru yang bermunculan di media sosial.
Seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, komunitas-komunitas baru ini semakin banyak dan semakin berkembang.
Azas Nur, seorang guru yang berjiwa seniman, telah membuktikan bahwa pendidikan dan seni bisa berjalan beriringan.
Beliau adalah sosok inspiratif yang telah memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan dan seni di Indonesia.