humaniora.id – Bangsa Indonesia sedang mencari calon pemimpin yang baik, cerdas dan benar. Maka masing-masing partai politik pengusung memunculkan calon terbaiknya. Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo dan Prof Mahfud MD merupakan pasangan yang disokong empat partai politik, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Hanura.
Terima kasih kepada Allah SWT kepada ibu Hj Megawati dan semua pimpinan partai politik pengusung pilpres 2024 telah menunjuk Prof Mahfud MD sebagai cawapres mendampingi capres Ganjar Pranowo.
Prof Mahfud MD adalah sosok pemimpin yang lahir dari kalangan Nahdliyyin. Beliau sosok yang cerdas dan religius. Prof Mahfud memiliki pengalaman lengkap sebagai politikus trias politika atau sebutan bagi pejabat publik yang pernah menduduki jabatan di eksekutif, legislatif dan yudikatif. Banyak orang mengagumi Prof Mahfud karena beliau lahir dari keluarga nahdliyyin yang sederhana. Bahkan dibeberapa kesempatan Prof Mahfud berujar, “Saya sebelum lahir sudah NU.”
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) menegaskan latar belakang keluarganya adalah warga nahdliyyin atau NU kultural, maka sejak lahir Prof Mahfud menyatakan dirinya sudah NU. Dibeberapa kesempatan ketika ditanya wartawan, “Pak Mahfud kapan masuk NU?” Beliau menjawab, “Saya tidak pernah masuk NU, saya sekolah di sekolah NU, saya bisa baca kitab-kitab yang diajarkan oleh NU, saya juga belajar di pesantren NU.”
Dibeberapa kesempatan, beliau menegaskan bahwa dirinya bukan warga Nahdlatul Ulama (NU) naturalisasi, beliau dibesarkan dari kalangan nahdliyyin kultural dan tidak sebagai NU struktural yaitu menduduki jabatan di lembaga struktural NU.
Dengan demikian beliau dekat dengan kaum Muhammadiyah dan kaum terdidik di kelas atas dan menengah atas. Dengan kedekatannya ini Prof Mahfud mampu memperoleh dukungan dari kelompok NU yang ada di masyarakat luas, Muhammadiyah dan kelompok intelektual menengah atas.
Prof Mahfud mengajak para kiai dan santri untuk memilih pemimpin berdasarkan hati nurani bukan money politics. Hal itu disampaikan Prof Mahfud saat menghadiri Halaqoh Kebangsaan dan Silaturahmi Kiai se-Jawa Barat di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hijaz Karawang Jawa Barat, Sabtu (27/1/2024).
“Saya bukan berkampanye, tetapi saya ingin mengajak memilih pemimpin yang baik, tanyakan pada kiai-kiai siapa sih yang kamu pilih, tanya saja, yang penting memilih ikhlas, jangan memilih karena duit,” ujar Prof Mahfud.
“Jangan memilih karena dikasih amplop, tapi memilihlah pemimpin berdasarkan hati nurani,” ucap Prof Mahfud dari beberapa video yang beredar di group WhatsApp.
“Orang yang memilih tidak sesuai bisikan qolbu atau hati nurani, menurut Allah orang seperti ini masuk neraka jahanam karena prilakunya lebih jelek dari binatang,” jelas Prof Mahfud.
“Dalam firman Allah, Saya campakkan ke neraka jahanam jin-jin dan manusia, manusia yang punya hati tetapi tidak punya nurani, punya hati untuk memahami tapi hatinya tidak digunakan untuk memahami kebenaran yang dibisikkan oleh hati itu. Yang benar ini tapi dibenarkan ini, ini benar tapi disalahkan, ini bagus dijelek-jelekkan, ini jelek tapi dibenarkan, itu tidak sesuai dengan hati nurani, orang yang memilih tidak sesuai hati nurani itu dilarang oleh Allah, masuk neraka jahanam orang kayak gitu,” jelas Prof Mahfud sambil mengutif beberapa ayat dalam Al-qur’an.
Prof Mahfud dalam ceramah di depan para kiai dan santri mengutip Al-Quran Surat Al A’raf ayat 179 yang mengingatkan agar setiap manusia dapat menggunakan hati nurani karena itulah yang membedakan manusia dengan binatang.
Itulah penjelasan Prof Mahfud pilihlah pemimpin sesuai hati nurani dan hindari pemimpin yang suka membagi-bagi uang kepada masyarakat agar nantinya mencoblos pemimpin tersebut pada pilpres 2024 atau istilahnya membagi-bagikan amplop.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.