Humaniora.id, Beijing, Cina – Dalam langkah berani yang mencerminkan visi masa depan yang progresif, Presiden Prabowo Subianto, pemimpin baru Indonesia, menyerukan kolaborasi daripada konfrontasi dengan China setelah penandatanganan kesepakatan baru senilai $10 miliar di forum bisnis yang berlangsung di Beijing pada hari Minggu. Pernyataan ini disampaikan sebelum keberangkatannya menuju Amerika Serikat, di mana pemerintah AS tengah menghadapi kebangkitan China.
“Indonesia ingin menjadi bagian dari kebangkitan China sebagai kekuatan tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga sebagai ‘kekuatan peradaban’,” ungkap Presiden Prabowo Subianto dengan semangat. “Kita harus memberikan contoh bahwa di era modern ini, kolaborasi bukan konfrontasi adalah jalan menuju perdamaian dan kemakmuran.”
Prabowo menyelesaikan kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak dilantik tiga minggu lalu dengan mengunjungi Beijing. Dalam pertemuan tersebut, ia dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk memperdalam hubungan bilateral, menambahkan keamanan sebagai pilar kelima kerjasama selain politik, ekonomi, maritim, dan pertukaran antar masyarakat. Mereka juga sepakat untuk mengadakan pertemuan pertama antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara pada tahun 2025.
“Indonesia sangat jelas,” tegas Prabowo. “Kami selalu bersikap non-blok dan menghormati semua kekuatan besar di dunia.”
Meskipun Indonesia tetap berada di pinggiran sengketa teritorial antara China dan negara-negara Asia Tenggara lainnya di Laut China Selatan, negara ini tidak memiliki sengketa formal dengan Beijing. Namun, baru-baru ini Indonesia mengklaim bahwa kapal patroli mereka telah berulang kali mengusir kapal penjaga pantai China dari wilayah survei seismik yang dilakukan oleh perusahaan energi Indonesia.
Investasi perusahaan-perusahaan China di sektor pertambangan Indonesia terus meningkat pesat, sejalan dengan investasi mereka di berbagai belahan dunia. Selain itu, China juga berperan penting dalam pembangunan jalur kereta cepat pertama Indonesia sepanjang 142 kilometer (88 mil) yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, yang resmi dibuka tahun lalu.
Namun demikian, gelombang produk-produk murah asal China telah memberikan dampak negatif bagi produsen garmen domestik Indonesia. Banyak pabrik terpaksa tutup akibat persaingan yang ketat ini, memicu seruan untuk penerapan tarif impor. Pemerintah kini berupaya menyeimbangkan kepentingan produsen lokal sambil tetap menjaga hubungan baik dengan mitra dagang terbesar mereka.
Dengan langkah strategis ini, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam percaturan geopolitik global. Kunjungan ke Washington di mana ketegangan antara AS dan China semakin meningkat serta ke Peru dan Brasil untuk menghadiri KTT Asia-Pasifik dan G20 akan menjadi ujian bagi kebijakan luar negeri baru Indonesia yang berani ini.