Humaniora.id – Puisi tak hanya tercipta dalam suasana sepi penuh perenungan, tapi bisa juga tercipta di kegaduhan.
Puisi juga tak cuma menyoal rembulan, gunung, lautan atau berbagai keindahan alam lainnya. Namun puisi juga dapat mempercakapkan segala hal; selebritas, bioskop atau golden scene dalam sebuah adegan film.
Hal ini antara lain diktum kumpulan puisi bertajuk ‘Memo Kemanusiaan’ karya Akhmad Sekhu.
“Profesi saya sebagai wartawan media hiburan memungkinkan saya banyak berhubungan dengan para selebriti dan pelaku industri kreatif lainnya. Mereka juga turut mewarnai karya-karya saya,” ujar Akhmad Sekhu kepada wartawan di Jakarta, Selasa (1/11/2022).
Akhmad Sekhu kembali menegaskan suasana keseharian yang tetap semangat menulis puisi. “Digemerlapnya dunia hiburan sebisa mungkin saya tetap menulis puisi,” terangnya.
Menulis puisi, kata Sekhu, menjadi bagian penting dalam hidupnya. Bahkan puisi sudah mendarah daging.
Seperti pada saja ‘Sajak Selebritas,’ Sekhu memotret para selebriti yang kerap bergaya di depan kamera. Menukil gayanya yang kadang terbuka namun orang suka. Lalu diantara debat hujat dan gegap puja dengan persepsi liar menelanjangi selanjutnya menjurus ke arah kontroversi. Seperti tidak ada cap lain selain hanya penuh sensasi.
“Padahal mereka sekedar jalani profesi. Seperti pekerjaan-pekerjaan lain untuk mengganjal perut. Meski yang dilakukannya bersentuhan dengan perasaan. Betapa dia tetap berprinsip memegang konsekuensi,” ungkap Sekhu.
Ada lagi, kata Akhmad Sekhu, puisi ‘Paradoks Peran.’ Pesannya antara lain, seperti ini, Kau melakukan serangkaian adegan yang sebenarnya itu bukan dirimu. “Ini demi peran, “ bisikmu pelan, begitu tenang tapi pasti kau lucuti keraguan seperti tanggalkan pakaian.
“Banyak penggemar bergetar menunggumu dengan sangat sabar di balik gemerlap layar. Perasaan tak karuan, betapa mereka benar-benar ingin tahu lika-liku hidupmu. Juga lekak-lekuk tubuhmu, bahkan keseluruhan dirimu utuh,” papar Sekhu.
Akhmad Sekhu mengaku dirinya sering menjadi tempat curhat para selebritas. Dari kegiatan seleb sehari-hari sampai masalah pribadi. Bahkan banyak seleb yang minta pertimbangan dalam menyelesaikan masalahnya.
“Tapi saya selalu menyarankan untuk bicara baik-baik dan menyelesaikan baik-baik. Kalau sudah mentok barulah diproses serius lewat jalur hukum,” ujarnya.
Seleb, kata Akhmad Sekhu, juga manusia dengan berbagai sisi manusiawinya. Seperti masyarakat pada umumnya. Ingin bersosialisasi dengan masyarakat. Namun karena kesibukan kadang sampai tak punya waktu dan tak bisa bebas.
Akhmad Sekhu berharap buku puisi ‘Memo Kemanusiaan’ mendapat sambutan masyarakat. “Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bagi saya, jika karya saya mendapat sambutan yang baik dari masyarakat,” ujarnya.
‘Memo Kemanusiaan’ diterbitkan Balai Pustaka. Mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Di antaranya dari artis senior Titiek Puspa dan artis muda Cinta Laura Kiehl./*** Eddie Karsito
Jakarta, 2 November 2022
Comments 1