JAKARTA, humaniora.id – Upaya Pemerintah Sambut Indonesia Emas Tanpa Stunting Indonesia Emas 2045 merupakan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan berdaulat secara ekonomi pada tahun 2045, yang merupakan tahun peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Bukan hanya dari aspek pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastuktur dan inovasi teknologi saja, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga menjadi permasalahan yang perlu di atasi guna menyambut masa depan Indonesia di tahun 2045.
M. Yahya Zaini, S.H selaku Anggota Komisi IX DPR RI mengujar, bagaimana Indonesia bisa mencapai masa emas jika pada hari ini bayi dan anak-anak banyak dalam kondisi stunting.
“Angka stunting di Indonesia masih tinggi yakni pada tahun 2022 mencapai 21,6%,” kata Yahya pada acara Sosialisasi Pencegahan Stunting Dari Hulu Dalam Rangka Penguatan Peran Serta Mitra Kerja Dan Stakeholder Dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga yang diselenggaarakan oleh Direktorat Ketahanan Remaja (Dithanrem) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, Ahad (10/12/2023).
Menurut WHO negara yang sehat adalah negara rendahnya tingkat stunting pada anak dibawah 20%. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya turunnya Perpres No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
“Pemerintah bertekad agar pada tahun 2024 angka stunting turun menjadi 14%,” sebut Yahya dengan penuh semangat.
BKKBN telah gencar melakukan sosialisasi pencegahan stunting mulai hulu atau dari masa remaja. Remaja merupakan generasi berencana yang harus diedukasi untuk mempersiapkan diri untuk masa kehamilannya di usia dewasa nanti ketika mereka sudah berumah tangga.
“Katakan tidak pada menikah usia dini, sex pra nikah, dan narkotika,” pungkas Yahya.
Sementara itu, Penata KKB Ahli Muda BKKBN Pusat, Vita Yulia Dewi, S.Psi., MARS memaparkan, sebagai calon pasangan, kondisi saat remaja berpengaruh pada lahirnya bayi stunting.
“Ibu dengan usia remaja meiliki peluang 2 kali lebih beresiko untuk melahirkan anak dengan kondisi stunting,” jelas Vita.
Hal ini dikarenakan, wanita tersebut masih dalam proses pertumbuhan dan masih membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga terhadi kompetisi nutrisi dengan bayi dalam kandungan.
Drs. Ibni Sholeh, M.Si selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak DPPAPP Provinsi DKI Jakarta juga menjelaskan pencegahan stunting perlu dilakukan sejak hulu, pemberian edukasi ke tiap-tiap sekolah tentang mengenai pentingnya menjaga kesehatan alat reproduksi baik perempuan maupun laki-laki saat usia remaja wajib dilakukan agar anak-anak remaja teredukasi dengan baik.
“Salah satu diantaranya adalah dengan edukasi pencegahan anemia dan pemberian pil tambah darah untuk dapat diminum setiap bulan ketika sedang mengalami masa menstruasi,”
Selain itu, Kepala Seksi Perlindungan Anak Sudin PPAPP Jakarta Selatan, Dewi Kusumawardhani, SKM juga menyebut Permasalahan stunting seringkali kita temui dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan pentingnya memberikan pemahaman kepada remaja untuk tidak melakukan hubungan pra nikah atau menjalin hubungan pernikahan di bawah usia 20 tahun.
Dewi mengatakan, pada daerah perkampungan pernikahan dini masih sering terjadi. Melalui pernikahan sirih para remaja telah kehilangan masa mudanya, telah kehilangan masanya berproses mencari pengalaman untuk pematangan karakternya.
“Apalagi dikhawatirkan jika para perempuan ini telah hamil di luar nikah, selain mendapatkan beban yang berat untuk mengurus anak, mereka akan mendapat hujatan dari para tengga yang mengakibatkan tergoncangnya emosi si ibu atau yang sering kita dengar dengan istilah baby blues,” ujar Dewi dengan penuh kekhawatiran.
Anak yang sudah siap secara usia dan kemantapan untuk menikah, harus diedukasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Kalau misalnya dia punya anemia, dia punya lingkar lengan kecil, kemudian dia ada kekurangan energi kronis diharapkan untuk menunda kehamilan sampai dengan anemia nya dia disembuhkan atau setidaknya berkurang,” terang Kepala Seksi Perlindungan Anak Sudin PPAPP Jakarta Selatan.
Untuk mencegah stunting, gizi ibu hamil dan menyusui juga harus terpenuhi dengan baik. Bayi yang sehat, terlahir dari ibu yang sehat.
“Sekarang juga sudah bukan zamannya lagi banyak anak banyak rezeki. Anak adalah amanah, tidak usah banyak yang penting amanah kita dalam mengasuh anak terpenuhi dengan baik, melalui management kehamilan dan pemenuhan gizi setiap harinya,” tutup Dewi.