humaniora.id – Sumpah Pemuda 1928 adalah ikrar bersatunya berbagai komponen bangsa yang diwakili kaum muda untuk merajut cita-cita Indonesia merdeka.
Bagi generasi muda sekarang, Sumpah Pemuda terkadang hanya dianggap sebagai produk sejarah belaka. Padahal seharusnya dapat memahami dan melaksanakan maksud serta tujuan dari Sumpah Pemuda, yang menginginkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia secara utuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan pemuda untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, salah satunya dengan mencintai dan menghargai kesenian Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Peran pemuda dalam berkarya dan berkreasi melestarikan budaya serta kesenian tentu saja perlu dilakukan, untuk memaknai peristiwa Sumpah Pemuda.
Selain itu, berkreasi dengan musik tradisi juga menghindarkan pemuda dari perilaku menyimpang yang justru dapat merusak makna dari Sumpah Pemuda itu sendiri.
Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, UPT Laboratorium Seni dan Concert Hall Institut Seni Indonesia Yogyakarta bekerja sama dengan Jurusan Karawitan dan Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta menyelenggarakan Pergelaran Musik Tradisi, yang mengusung tema “Musik Tradisi, Memantik Pemuda Berkreasi”, pada hari Kamis, 26 Oktober 2023 pukul 19.30 WIB di Gedung Laboratorium Seni Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Kegiatan ini menghadirkan berbagai jenis musik tradisional dari berbagai daerah, menggabungkan aspek seni dan budaya yang dikemas dalam sajian musik.
Pergelaran ini sekaligus memberikan pengalaman yang unik bagi penonton. Tentu saja, ini dilakukan sebagai upaya untuk mempromosikan, melestarikan, dan menghargai kekayaan budaya musik tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pergelaran Musik Tradisi ini menampilkan tujuh repertoar dari dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, yaitu Lingkung Lembur karya Cepi Irawan, Talu Masjolo karya Aji Santosa Nugroho, Tetalu Abreg karya Sukotjo, Kinasih karya Ribeth Nurvijayanto, Maha Muda Karya dari Bayu Setiaji, Padahal karya Krismus Purba dan M Yoga Supeno, Paripurna karya Suhardjono. Pergelaran ini didukung oleh seratus tujuh puluh lima pemusik.
Keragaman karya musik tradisi yang ditampilkan diharapkan dapat meningkatkan apresiasi seni masyarakat. Pergelaran ini akan semakin mempertegas keberadaan seni, baik secara akademik maupun dalam industri kreatif.