humaniora.id – Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk. Berdasarkan data dari PBB tahun 2020, tercatat ada lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan anak usia dini atau balita stunting adalah balita Indonesia.
Suwadi selaku Anggota DPRD Kabupaten Madiun mengatakan bahwa stunting adalah permasalahan yang harus segera dipecahkan di Indonesia.(02/02)
“Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024,” kata Suwadi pada acara Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Pencegahan Stunting dari Hulu dalam Rangka Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) di Kecamatan Cermo, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur.
Menurut Suwadi, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
“Melalui sosialisasi percepatan penurunan pada hari ini diharapkan masyarakat dapat memahami dan menerapkan pola hidup dan pola asuh yang baik, serta menerapkan keluarga berencana,” harap Suwadi.
Perwakilan Anggota DPR RI Komisi IX Sam’ani Kurniawan menerangkan, berdasarkan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024, artinya percepatan penurunan stunting merupakan peran dan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia.
“Setiap keluarga perlu mengikuti kebijakan pemerintah dengan menerapkan perencanaan keluarga atau yang biasa disebut dengan Keluarga Berencana (KB),” terang Sam’ani.
Sam’ani mengatakan, jika kesehatan masyarakat bisa semakin meningkat, artinya derajat kesehatan masyarakat sudah dalam fase yang lebih baik.
“Dengan mengikuti anjuran keluarga berencana, kehidupan suatu keluarga akan lebih tertata dan melahirkan anak-anak generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkualitas,” lanjutnya.
Perwakilan Anggota DPR RI Komisi IX tersebut berharap, Indonesia dapat meraih cita-cita menjadi Indonesia Emas di tahun 2045 dengan memanfaatkan bonus demografi yang berkualitas.
Kemudian Nyigit Wudi Amini, M.Sos., M.Sc selaku Sekban BKKBN Provinsi Jawa Timur mengujar bahwa masalah stunting merupakan permasalahan gizi yang dihadapi dunia khususnya negara-negara miskin dan berkembang.
Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai dengan usia 24 bulan.
“Masyarakat masih belum menyadari stunting sebagai suatu masalah dibandingkan dengan permasalahan kurang gizi lainnya,” ujar Nyigit.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak yang dapat menurunkan produktivitas kerja.
“Sehingga pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara,” terangnya.
Sementara itu, Dwi Puji Lestari menyebut, berdasarkan e-PPGBM prevalensi stunting sebesar 9.84%, wasting (kurus) sebesar 6.88% dan underweight (berat badan kurang) sebesar 11.95%.
Program-program Pencegahan Stunting pada Kab. Madiun Dibagi menjadi 2 Fase Utama yaitu Fase Pre-birth Dan Post Birth.
“Pada masa pre-birth, diberikan kepada ibu hamil dengan mengkonsumsi tablet tambah darah dan memastikan gizi cukup dan dilakukan pemeriksaan Antenatal Care bagi Ibu Hamil,” sebut Dwi selaku OPDKB Kota Madiun.
Sementara pada masa post-birth difokuskan pada kelompok bayi dan remaja remaja putri kelas 7 s.d kelas 10.
“Pada bayi, para orang tua dapat melakukan pencegahan melalui pemberian imunisasi terhadap penyakit Rotavirus dan Pneumokokus,” jelasnya
Lain lagi pada remaja putri, pencegahan bisa dilakukan dengan cara memberikan tablet tambah darah agar tidak terjadi anemia pada perempuan sebelum hamil.
“Dilaksanakan bersama Puskesmas dengan mengukur HB remaja putri, jika hasilnya dibawah 12 dianjurkan minum tablet tambah darah,” himbaunya.(*)