JAKARTA, humaniora.id – “Membaca sajak karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak berjudul PERKAWINAN MEMBUSUK mata batin saya hanya berani mendekati sajak itu, lain tidak,” ujar Penyair Didi Marsudi yang disampaikan di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Menurutnya, diksi dalam sajak tersebut begitu sangat ‘mengerikan’ membuat bulu kuduk berdiri.
perkawinan ini makin membusuk/ dipahat air liur /amarah berkepanjangan/dibenturkan suara jeritan /ratusan hewan buas.
“Di sini saya berkeyakinan bahwa pembaca(awam-ref) sajak ini bisa ikut merasakan kengerian tersebut,” kata penyair yang sudah mulai menulis dan mempublikasikan karya puisinya sejak tahun 1980-an ini.
“Tapi inilah seorang Pulo Lasman Simanjuntak, penyair yang menumbuh kembangkan imajinasi-imajinasi liar didalam sajak-sajaknya untuk disuguhkan kepada siapa pun pembacanya.Namun, terasa lembut dalam proses kreatif menulis karya sajaknya,” pungkasnya.
Ditambahkan Didi Marsudi, karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak sejak tahun 1980 s/d tahun 2024 ini telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah umum) serta telah tayang (dipublish) di 141 media online dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Larangan, 23-1-2024.
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
PERKAWINAN MEMBUSUK
perkawinan ini makin membusuk-
dipahat dengan air liur amarah berkepanjangan
dibenturkan suara jeritan ratusan hewan buas
yang muncul tiba-tiba
karena selalu ada kabar
kemurtadan hari kemarin
lalu segera dimasaknya
bumbu dari menu perkawinan
dalam dapur perapian
tempat para pendekar iblis
bertarung mau turun
ke dunia paling sunyi
nyaris menjelma menjadi seekor matahari terbenam
bintang-bintang berguguran
hari ketujuh jadi pesakitan
disiram air keras
sekeras hatinya yang kian
membatu
setelah melewati aliran-aliran sungai penghakiman
maka perkawinan harus menghadap pengadilan
semoga ada pasukan balatentara dari langit
yang mau jadi pembela
sehingga nama kita jangan sampai terhapus
dari kitab kehidupan
dari ayat-ayat suci hapalan
dari Tuhan yang masih pegang kendali perkawinan
*/ BIODATA
Penyair Didi Marsudi, mulai menulis karya puisi sejak tahun 1979. Pada tahun 1980-1983 menjadi siswa studi sastra di kawasan Jln. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan atau dikenal dengan Pusat Pengembangan Kesenian Jakarta ( PPKJ ).
Pembimbingnya saat itu adalah Sastrawan Korrie Layun Rampan dan Penyair Slamet Rahardjo Rais. Puisi karya Didi Marsudi pernah dimuat di. Majalah Remaja Gadis, Anita, Koran Sinar Harapan, The Indonesia Times, Yudha Minggu Sport & Film (YMSF), Pos Kota Minggu, Terbit dan Buletin Sastra Cermin.
Pada tahun 1986 memenangkan lomba penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Selain menulis puisi, ia juga menulis karya jurnalistik yang dimuat di Majalah Sarinah, Panji Masyarakat, Majalah Salam, koran sore Sinar Harapan, Suara Pembaruan dan Terbit.(***)
Kontributor : Lasman Simanjuntak