humaniora.id – Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman – Secangkir kopi hitam cukup membuat Iwan Burnani Toni tak berhenti-hentinya bercerita mengenai jatuh bangun kehidupannya di teater. Bila bercerita tentang teater- daya hidupnya seolah keluar. Kata-katanya sangat ekspresif.
Cuplikan wawancara Seno Joko Suyono bersama Iwan Burnani Toni : Bag 15
T: Setelah Panembahan Reso 1986, pentas apa seterusnya ?
Oedipus Rex.
T: Tahun 1987 ya ?
Ya. Saat itu kita menampilkan bintang tamu Soraya Perucha..
T: Topeng-topengnya yang membikin Danarto ?
Betul. Tadinya topeng-topeng itu Mas Adi Kurdi yang membuat.Tapi Mas Willy kurang sreg dengan garapan Mas Adi. Mas Willy saat itu bilang: “Wah kurang kena nih topeng-topengnya. Harus mas Danarto lagi yang membikin.”
Jadi dulu saat Bengkel Teater pentas di Yogya Oedipus Rex – Mas Danarto saat itu sudah membantu. Mas Danarto kemudian dipanggil lagi oleh Mas Willy. Dia membikin topeng yang beda dengan tahun 70 an. Mas Danarto membikin konsep topengnya lebih dahulu kemudian diskusi terus dengan Mas Willy. Mas Danarto ini kan orangnya sangat spiritual.
Saat membuat topeng-topeng ini dia tidak sembarangan. Melalui doa-doa dulu. Yang membikin kostum untuk Oedipus Rex kali ini Ken zuraida. Kostumnya memanfaatkan karung-karung. Bagus sekali. Beda.
T: Anda saat Oedipus Rex di Jakarta ini ikut main?
Ya aku jadi Teirisias. Pendeta buta yang sangat dihormati. Ini peran yang sangat berat.Saat latihan tiba-tiba Mas Willy bilang ke saya: Wan, topengmu tolong dibuka dulu.” Saya buka topeng saya. Lalu Mas Willy bilang: “Cari kain hitam.Tutup matanya Iwan.” Mataku lalu dibebat kain hitam. Saya disuruh latihan tidak bisa melihat seperti orang buta.” Mas Willy memerintahkan saya: “Selama latihan di sini kamu tidak boleh buka, kamu makan, minum, kamu kemana.harus pakai penutup mata. Buta.” Wah.
Selama hampir 10 hari waktu itu, aku berjalan menabrak apa saja gubraak.., gubraak… Lama-lama aku biasa. Aku mulai mengandalkan indra penciuman. Indra pendengaran, lalu indra perabaan. Baru kemudian bisa lancer. Jadi sensibilitas tubuh saya, penciuman dan pendengaran menjadi berkembang.
Selain “dibutakan” oleh Mas Willy saya juga harus menjalani puasa bisu (tidak boleh bicara). Juga puasa tak makan.”Teirisias ini orang sakti. Kamu harus merasakan daya linuwihnya Terisias,” kata Mas Willy saat itu. Wah betul-betul berat. Tapi saat pentas, dalam resensi di Majalah Tempo, permainanku sebagai Teirisias di puji..
T: Saat latihan Teirisias ini Anda juga berlatih silat lagi?
Peranku tak perlu banyak latihan silat. Untuk menjadi Teirisias aku di khususkan banyak latihan ke meditasi, puasa.
T: Kenapa Mas Willy saat itu memilih Soraya Perucha sebagai pemeran Jocasta, ibu Oedipus ?
Ya mungkin karena kedekatan Mas Willy sama Bang Syuman. Dan Soraya itu juga memiliki disiplin yang bagus. Dan selalu banyak Tanya ke Mas Willy
T: Setelah terlibat dalam Oedipus Rex. Anda terlibat apa lagi dalam pementasan Bengkel Teater Rendra?
Selamatan Anak Cucu Sulaiman Selamatan, Anak Cucu Sulaiman ini kan perkembangan dari karya awal Rendra mini kata: Bib Bob Rambate-Rate Rata… Zzzz. Dulu yain main sebagai Zzzz adalah Teguh karya, dan Bob nya Mas Putu (Wijaya), lalu ada Azwar A.N yang gerak indahnya di kenal paling cantik.
Nah untuk Selamatan Anak Cucu Sulaiman ini anak-anak digembleng latihan improvisasi gerak. Jadi anak-anak di haruskan menciptakan gerak-gerak. Beberapa gerak yang bagus kemudian di pakai Mas Willy dalam Selamatan Anak Cucu Sulaiman. Misalnya gerak reptil itu yang mencipta Endang Kalipasa, anak Grogol yang ikut Bengkel. Gerak itu samapai di gunakan untuk opening. Lalu adegan Jendel geraknya dari Sawung Jabo.
T: Topeng seperti ondel-ondel dalam Selamatan Anak Cucu Sulaiman yang membikin siapa?
Itu yang membuat Ken Zuraida. Dinamakan topeng Mama..
T: Anda ikut sebagai apadi Selamatan Anak Cucu Sulaiman?
Aku ikut sebagai Rambate. Kalau mainin Zzzz..pasti tidak kuat. Sudah berumur.
T: Amien Kamil ya yang main Zzz ?
Ya, Amien main Zzz juga peran sama Bib Bob .
T: Tembang Cucu Sulaiman siapa yang menciptakan?
Itu di ambil Adi Kurdi dari tradisi Pekalongan. Di Pekalongan ada nyanyian Islami pujian-pujian untuk Nabi Sulaiman. Mas Adi Kurdi ini kan orang Pekalongan. Dia dulu orang taat Islam sebelum masuk Katolik.
T: Latihan Anak Cucu Sulaiman di mana ?
Latihannya semu sudah di Bengkel Teater Rendra Cipayung. Rendra dan Ken Zuraida sudah tinggal di Cipayung. Namun proses awal tetap di Sarikaya.
T: Nah waktu pentas ke Amerika itu Anda ikut ?
Ya. Mas Willy minta main di sebuah bekas gereja tua di Brooklyn (Bengkel Teater Rendra pentas The ritual Of Solomon Children di St Ann Center sebagai bagian dari The New York International Festival of the Arts, Juni 1988 –red). Saat itu Ken Zuraida, sebagai penata artistik mengubah bentuk panggung. Panggung oleh Ida di buat miring.
Jadi jauh sebelum Atilah Soeryadjaya membuat pentas tari Matah Ati dengan panggung miring, kami sudah membikin. Penonton ternyata suka dengan pertunjukan kami.
T: Katanya lalu semua anak Bengkel diajak Mas Willy berkunjung ke bekas sekolahnya ?
Iya, kami di ajak mengunjungi bekas sekolah Mas Willy: American Academy of Dramatic of Art di Manhattan, New York. Aku kaget, ada dinding di mana foto-foto alumni di pajang. Ada Marlon Brando, Kirk Douglas, Grace Kelly…eh ada foto Mas Willy juga. Juga kita di ajak berkunjung ke New York University. Mas Adi Kurdi yang juga pernah kuliah teater di Amerika –menunjukkan ke kami, tempat latihan dia dahulu..
Baca juga : Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 14
Comments 2