humaniora.id – Pemuda memiliki peran yang penting untuk menciptakan Indonesia yang maju di era digital. Tolak ukur kemajuan suatu negara itu diukur dari seberapa unggul pemudanya, karena pemuda adalah pewaris bangsa jika pemudanya baik maka baik pula bangsanya.
Natalia Lisa Maringka, S.H selaku Mentor Liga Mahasiswa NasDem Sulawesi Utara mengatakan bahwa pemuda berperan penting sebagai generasi penerus bangsa dan agen perubahan bangsa.
Menurutnya, pemuda sebagai generasi penerus bangsa merupakan generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksana pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara, tidak terkecuali Indonesia.
“Sebagai agen perubahan, generasi muda berperan untuk menyelesaikan segala tantangan persoalan dalam bidang sosial dan lingkungan, khususnya di era digital saat ini,” kata Natalia selaku narasumber pada Webinar Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Direktorat Aplikasi dan Informatika Kemkominfo RI dengan tema ‘Tantangan Pemuda di Era Digital’, secara virtual. Jakarta (05/05/2023)
Ia menyebutkan, tantangan utama generasi muda dalam perkembangan digital adalah untuk tidak hanyut dan menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi.
Cara untuk menghadapi tantangan pada generasi muda yaitu membangun kepedulian sosial sejak dini mulai dari lingkungan keluarga agar anak tidak menjadi orang yang individualistis.
“Penguatan literasi digital dapat diperoleh melalui kemampuan skill dari mengolah informasi, kemampuan menggunakan teknologi digital yang baik, dan jangan gagap teknologi dan gagap informasi.” sebut Mentor Liga Mahasiswa NasDem Sulut tersebut.
Selain itu, etika berbudaya di dunia digital juga merupakan bagian dari penguatan literasi digital, yang memiliki tujuan untuk menggunakan teknologi digital dengan baik untuk hal yang berguna dan bermanfaat serta dengan tidak melanggar aturan-aturan hukum khususnya UU ITE 11 tahun 2008.
Sementara itu narasumber berikutnya yaitu Anggota Komisi I DPR RI, Hillary Brigitta Lasut, S.H., LL.M mengatakan bahwa di era digital terdapat begitu banyak tantangan-tantangan yang dihadapi pemuda, khususnya dalam upaya untuk terlibat aktif di dalam proses pembangunan bangsa.
Menurutnya, generasi muda memiliki pilihan untuk mengembangkan kemampuan teknologi informatika dan komunikasi secara digital, baik ke arah yang positif maupun ke arah negatif.
“Berhadapan dengan majunya konektivitas teknologi digital seperti transaksi online, membuat pemuda terkadang terjerumus melakukan penjualan yang bersifat negatif, seperti prostitusi online, perdagangan narkoba, dan penyelundupan barang impor yang diperjualbelikan secara ilegal di platform digital,” sebut Hillary.
Hal tersebut terjadi karena tidak semua daerah di Indonesia dapat mendapatkan pekerjaan secara mudah, sehingga terkadang generasi muda tidak punya pilihan ketika berhadapan dalam situasi sulit.
Hillary berharap, agar pemuda pemudi Indonesia turut memanfaatkan teknologi digital untuk melatih softskill, berpemikiran8 kritis, dan mendekatkan diri kepada Tuhan agar selalu memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai karir yang sesuai dengan cita-cita dan menggapai masa depan yang cerah, serta siap dalam menghadapi segala tantangan di era digitalisasi.
Sementara itu narasumber terakhir, Oratna Wati Br Singarimbun, S.H selaku Pengamat Digital Sulawesi Utara mengatakan bahwa Pemuda adalah generasi emas dan tombak suatu negara. Peran pemuda sangatlah penting untuk kemajuan suatu negara, apalagi di era digital seperti saat ini.
“Pemuda harus bisa memanfaatkan keberkambangannya teknologi saat ini, banyak yang bisa dilakukan salah satunya dengan berkarya melalui media sosial,” kata Oratna.
Ia menuturkan, media sosial sudah tidak asing lagi kita dengar pada era ini, dan merambah ke semua kalangan, dari mulai anak kecil hingga orang tua sudah menggunakannya. Berkarya melalui media sosial dapat menunjukkan kepada seluruh dunia tentang karya-karya yang sudah kita buat.
“Kita sebagai pemuda harus dapat memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini dengan segala kreativitas,” ujar Oratna Pengamat Digital Sulawesi Utara.
Sayangnya, masifnya perkembangan digital ini juga memiliki dampak negatif bagi generasi muda, yakni membuat generasi muda menjadi terlena akan dunia maya, membuat diantaranya menjadi memiliki sikap malas gerak (mager), termakan hoax karena tidak diimbangi dengan literasi digital, dan banyak yang terjebak akan penipuan dan penyalahgunaan data pribadi.
“Generasi muda menjadi pengguna media sosial yang produktif yaitu memiliki tujuan yang jelas, bersikap bijak dalam bermedia, bijak dalam berkonten, menghasilkan karya yang dapat menginspirasi banyak orang,” pungkas Oratna.