Minggu, Juni 4, 2023, 10:08
  • Advertising
  • Shop
  • Press Rilis Media
  • Contact
  • Login
Humaniora.id
Advertisement
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia
No Result
View All Result
Humaniora.id
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia
No Result
View All Result
Humaniora.id
No Result
View All Result
Home Sosok

Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 12

Redaktur by Redaktur
Desember 26, 2022
in Sosok
2
Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon, Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman.” Bag 1
12
SHARES
242
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsAppShare on Twitter
Dengarkan berita ini

humaniora.id – Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman  – Secangkir kopi hitam cukup membuat Iwan Burnani Toni tak berhenti-hentinya bercerita mengenai jatuh bangun kehidupannya di teater. Bila bercerita tentang teater- daya hidupnya seolah keluar. Kata-katanya sangat ekspresif.

Cuplikan wawancara Seno Joko Suyono bersama Iwan Burnani Toni : Bag 12

T:  Oh Merdeka ikut ? Dia kan udah di Teater Mandiri waktu itu ?

Ya dia anak Teater Mandiri. Tapi dia juga anggota Teater Adinda. Aku sering melatih di Teater Adinda juga. Nah akhirnya saya ke Tomang melapor ke Rendra. “Mas aku membikin teater, tapi belum punya nama. Apa ya enaknya namanya?” kata saya. Rendra menjawab: “Namanya kayak hidup kamu aja. Muterr aja kamu tiap hari. Kamu tidak ernah menyerah. Teater Baling-Baling aja namanya deh.” Aku setuju: “Iya deh, Baling-Baling.”

T: Pentasnya dimana itu ?

Pentasnya di Dikbud. Waktu itu seluruh wakil peserta teater-teater daerah seluruh Indonesia datang. Anggota Teater Baling-Baling kemudian bertambah. Bergabung Meritz Hindra, Dedek, Bambang Esa, hari Cahyono dan lain-lain. Setelah Lawan Catur kemudian aku pentasin  Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani.

T:  Tahun berapa? 

Tahun 1983, di Dikbud juga. Sesudah itu aku mau pentasin Bunga Rumah Makan di TIM. Tapi tidak  boleh, karena harus melalui jenjang Festival Teater Remaja. Tapi aku ngotot. Akhirnya aku pentasin di luar gedung di samping Teater Arena. Ternyata yang menonton banyak. Dan aku malah mendapat sertifikat dari TIM.

T: Setelah pementasan Bunga Rumah Makan, selanjutnya apa lagi proses kreatif Anda?

Saat itu saya sering mengobrol dengan Mas Willy. Mas Willy waktu itu kerja di tempatnya Edi Alamsyah, Penerbit Unipress. Edi Alamsyah itu anaknya Pak Alamsyah Ratu Prawiranegara, Menteri Agama.

Nah, disitulah Mas Willy membuat buku-buku tentang bermain drama, dengan menyamar nama: Wahyu Sulaiman. Tapi akhirnya ketahuan juga sama Suharto. Mas Willy cerita ke saya, saat itu Pak Alamsyah ditanya aparat mengapa anaknya memberi tempat kumpul-kumpul Rendra dan Hariman Siregar.

Berita Lainya:

Vickysu dari Doyan Traveling Malah Kondang Jadi Selebgram dan Content Creator

Vickysu dari Doyan Traveling Malah Kondang Jadi Selebgram dan Content Creator

23 jam ago
Selebgram Calista Angelina

Selebgram Calista Angelina Berjuluk Ci Cal Manis yang Punya Bekal Pendidikan Jurnalistik

23 jam ago

Buya Syakur, Ceramahnya Yang Selalu Menyejukkan Hati dan Mencerdaskan

4 hari ago

Akhmad Sekhu Tetap Semangat Geluti Dunia Kepenulisan

1 minggu ago

Akhirnya Pak Alamsjah ngomong ke Edi dan Edi menceritakan ke Mas Willy.  Mas Willy kemudian keluar dari Unipress. Mas Willy nganggur. Nah tiba-tiba saat itu Mas Willy datang ke kos saya.

T: Di mana kost Anda saat itu?

Di Kramat.  Saat datang itu Mas Willy berkomentar: “Wah Wan, tempatmu kumuh kayak di Harleem nih.“ Saya nggak tahu apa itu Harleem. Harleem ternyata daerah kumuh di Amerika. Mas Willy saat itu cerita kontrakan rumahnya di  Tomang sudah habis.

Mau memperpanjang tak ada duit. Tapi ada yang mau bantu minjamin rumah. Dia mengajak saya ikut ke orang yang mau minjamin rumah. “Kamu bawa mobil, kamu kan bisa nyupir,”kata Mas Willy. Berangkatlah kami ke Depok. Ke jalan Mangga. Rumah Chris Kelana.

T:  Chris Kelana, wartawan Kompas?

Betul. Sampai di sana kami lihat ternyata gedhe rumahnya. Chris hubungannya kan dekat dengan Rendra, sering wawancara. “Wah Kris, berapa nih kontraknya ? kata Mas Willy. “Wah kok ngomongin kontrak Mas ? Terusin aja cicilannya, rumahnya ini tak saya tempatin lagi,”jawab Chris. Rendra langsung merespon: “Apalagi ngomongin cicilan Chris, aku kan penggangguran. Aku gak  tahu apa yang bisa dimakan besok, ”kata Mas Willy saat itu.

Tapi kemudian Ken Zuraida , istri Mas Willy ngomong:  “Mas Kris komit ? Aku yang kerja, aku yang nyicil. ” Ken Zuraida kemudian kerja di PFN. Ken Zuraida kan desainer grafis. Setelah itu Mas Willy juga dapat bantuan teman-teman untuk kerja. Tapi banyak yang ridak tahu soal kerja Mas Willy satu ini. Mas Willy saat itu dapat kerja di Night Club – di kawasan Monas. Lupa aku namanya. Ia di sana hanya disuruh nongkrong saja. Kan Mas Willy terkenal.

Jadi kehadiran Mas Willy bisa menjadi daya tarik marketing Night Club itu. Tapi ya tiap hari Mas Willy pulang agak mabuk. Lama-lama dia bosan sendiri.  “Capek aku begini trus” kata Mas Willy.”

T:  Lalu?

Nah setelah keluar dari Night Club itu saya diajak Mas Willy ketemu sahabat Mas Willy namanya, Fendi. Baik banget dia sama Mas Willy. Dia kasih ruang untuk Mas Willy di daerah  Tegal Parang. “Bikinlah apa kek disini Ren. Terserah.

ADVERTISEMENT

Kantor konsultan atau apa. Biar teman-temanku bisa minta pendapat kau lah, tentang usaha-usahanya,”  kata Fendi ke Mas Willy.  Nah jadilah Mas Willy dan Fendi bikin usaha konsultasi. Namanya: Rendra dan Rekan. Saya  suka datang ke kantor Tegal Parang itu. Saya bersama Teater Baling-Baling saat itu mau mentasin: Suto Mencari Bapak karya Mas Willy di Ancol.

Saya latihan di rumah jalan Mangga Depok yang sekarang sudah ditempatin Mas Willy dan Ken Zuraida. Tapi saya juga sering latihan di kantor Mas Willy di Tegal Parang. Nah yang lucu, Mas Willy sering ikut latihan. Aku ledekin , woo…..kagak bisa main ya. Woooo kagak ada izin..hehe.

Nah pentas Suto Mencari Bapak di Ancol saya bikin dengan menggunakan topeng-topeng serta musikal. Mas Willy yang mencarikan uangnya. Dia senang dengan pentas saya. “Pementasan kamu lain, kamu punya gagasan dalam bentuk lain,” kata Mas Willy.

T:  Mas Willy jadi kepengin main lagi ya…. . 

Nah suatu hari di tahun 1985 tiba-tiba Mas Willy mengajak saya ke Sekneg. “Wan, ikut ke Sekneg,” ujar Mas Willy. “Sekneg? Ngapain Mas ke Sekneg Mas ?”saya ingin tahu.”“Gak  tahu nih, Moerdiono panggil saya, mudah-mudahan kita diizinin,”kata Mas Willy.

Saya ingat saat ikut itu saya menggunakan kacAmata hitam. Saya saat itu masih suka nggeelek kan..Dibentak oleh Rendra: “Hei copot kacamatamu.” Mas Willy masuk ke ruangan Moerdiono saya tunggu di luar. Saat Mas Willy keluar dia langsung ngomong: “Aku dapat pentas Wan, keliling baca puisi”

T: Itu pertama kali baca puisi  sesudah dilempar bom amoniak di TIM tahun 1978 itu ya ?

Ya. Itu pentas keliling. Dari Jakarta, ke Yogya terus ke GOR Simpang Lima Semarang. Lalu tahun 1985 ke GOR Saparua Bandung. Nah di Bandung ini lain. Meski Mas Willy sudah diizinkan, dia harus memiliki izin lagi dari Siliwangi.

Saya ingat saat itu pas menjelang malam pertunjukan di GOR Saparua, Mas Willy dipanggil Siliwangi. Wah padahal penonton sudah banyak di pintu GOR Saparua. Dan Mas Willy masih dipanggil…

T: Penonton membludak  saat itu?

Ya. Penonton sudah membludak. Pentas itu yang mengadakan anak Universitas Padjajaran. Kalau tak salah Yudi Latif ikut terlibat menjadi panitia. Saat itu semua penonton gebrak-gebrak pintu masuk GOR. Saya menemui pihak GOR Sapurua, saya bilang: “Pak saya asistennya Rendra. Tolong pintu dibuka Pak.

Bisa hancur gedung ini kalau tidak dibuka.” Petugas lalu bilang: “Ya kalau mereka masuk gimana. Belum ada Rendra?” Saya bilang: “Saya yang bicara. Saya yang  tanggung jawab, kalau ada apa-apa. Saya siap.” Akhirnya pintu dibuka. Dan brolll – penonton masuk semuaa…, Saya waktu itu  siap ditangkap. Saya bilang ke Albert Razak, anggota Bengkel Teater yang juga menjadi panitia: Albert, kita siap-siap saja Mas Willy tidak mendapat izin. Kita  siap-siap ditangkap,” Albert menjawab siap. Saat itu saya sampai mengenakan baju  anti peluru.

T:  Pakai baju Anti peluru?

Ya anti peluru. Saya soalnya di Bandung – masih teringat saat tahun 1973 itu ikut baca puisi di lapangan basket ITB. Banyak terdengar suara tembakan. Di GOR Saparua itu kami panitia tegang sekali. Panitia-panitia cewek-cewek pada menangis semua. Mereka takut.

Saya kemudian naik ke panggung. Dan kepada penonton saya bilang: “Assalammualaikum. Perkenalkan saya Iwan Burnani. Saya asisten Rendra. Sekarang Rendra masih berada di Siliwangi, Saya mohon maaf karena kalian sudah membeli tiket dan terganggu seperti ini. Saya minta supaya tenang.

Seandainya Rendra tidak tampil. Mohon pengertian saudara-saudara semua..” Baru ngomong begitu, tiba-tiba Mas Willy dari arah  belakang…daarr…, kaget  aku. Mas Willy muncul di panggung sambil mengepalkan tangan dan tanpa banyak ngomong langsung baca sajak.

Bersambung ke bagian – 13

Baca juga : Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 11

Sumber :  https://borobudurwriters.id/wawancara/iwan-burnani-toni-saya-ikut-rendra-dari-mastodon-perjuangan-suku-naga-sampai-cucu-sulaiman/

Tags: iwan burnani
Share5SendTweet3
Redaktur

Redaktur

humaniora.id – Membangun Spirit Inklusif.
Info kerjasama hubungi kami di 0821 3030 2233

Related Posts

Vickysu dari Doyan Traveling Malah Kondang Jadi Selebgram dan Content Creator
Entertainment

Vickysu dari Doyan Traveling Malah Kondang Jadi Selebgram dan Content Creator

by Agus Santosa
Juni 3, 2023
Selebgram Calista Angelina
Entertainment

Selebgram Calista Angelina Berjuluk Ci Cal Manis yang Punya Bekal Pendidikan Jurnalistik

by Agus Santosa
Juni 3, 2023
Buya Syakur
Humaniora

Buya Syakur, Ceramahnya Yang Selalu Menyejukkan Hati dan Mencerdaskan

by Redaktur
Mei 30, 2023
Akhmad Sekhu Tetap Semangat Geluti Dunia Kepenulisan
Catatan

Akhmad Sekhu Tetap Semangat Geluti Dunia Kepenulisan

by Lee Sandie Tjin Kwang
Mei 25, 2023
𝐑𝐚𝐭𝐧𝐚 dan 𝐑𝐢𝐚𝐧𝐭𝐢𝐚𝐫𝐧𝐨
Catatan

Ratna dan Riantiarno 45 : 50 : 55

by Redaktur Rubrik Budaya
Mei 21, 2023
Next Post
Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon, Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman.” Bag 1

Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 13

Comments 2

  1. Ping-balik: Pentas Spektakuler Panembahan Reso
  2. Ping-balik: Fase Hidup di Jakarta Iwan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please Subscribe, Like & Share

https://www.youtube.com/watch?v=ffFy9blGpVM

Premium Content

Apa Itu Cryptocurrency

Jangan Sampai Gak Tahu Apa Itu Cryptocurrency

Mei 28, 2023
kumpulan-puisi-intuisi-tasbih-semesta-kata-lilik-muflihun-jiwa-raga

Jiwa Raga

Januari 5, 2023
Ladang Dakwah Fenty Nur : “Semakin Parah” Setelah Dikhianati Pria Berkali-kali

Ladang Dakwah Fenty Nur : “Semakin Parah” Setelah Dikhianati Pria Berkali-kali

Maret 30, 2023

Telusuri Berdasarkan Kategori

Telusuri Berdasarkan Tagar

Agriyaponik Akhmad Sekhu Aris Setiyanto Aspetri Bambang Soesatyo Barongsai berita humaniora Bunga Semerah Darah Coach Rheo edukasi Ekonomi Entertainment Festival Seni Budaya Nusantara Film Indonesia Geopolitik Hari Musik Nasional Hendardji Soepandji Humaniora rumah kemanusiaan Imam Shamsi Ali ISI Yogyakarta iwan burnani Jabodetabek Jose Rizal Manua KH Buya Syakur Yasin MA Komite Seni Budaya Nusantara KSBN Lilik  Muflihun LokalFilm LokalFilm.id Layanan Streaming Film Majapahit Musik Paul Soetopo Tjokronegoro PJMI Platform Film Pendek Indonesia Premium Puisi Puisi Ngadi Nugroho Pulo Lasman Simanjuntak Rumah Budaya KSBN Sekber Wartawan Indonesia Seni Budaya Sutrisno Buyil Tatan Daniel World Dance Day WS Rendra

Tentang Kami – Redaksi –  Kode Etik – Pedoman Media Ciber – Disclaimer – Pasang Iklan – Daftar Jadi Penulis

Info kerjasama hubungi kami di
0821 3030 2233

Kunjungi Halaman ==> Iklan

Atribut Width dan Height di Tag Marquee Rumah Berita - humaniora.id | Membangun Spirit Inklusif - Terima kasih telah menjadi pembaca setia humaniora.id

Categories

  • Advertorial
  • Berita & Peristiwa
  • Berita Dunia
  • Catatan
  • Edukasi
  • Ekonomi Bisnis
  • Entertainment
  • Fesyen
  • Film
  • Gaya Hidup
  • Hukum
  • Humaniora
  • Info
  • Islam
  • Jabodetabek
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Kuliner
  • Musik
  • Nasional
  • Olahraga
  • Pariwisata
  • Puisi
  • Sastra
  • Seni Budaya
  • Sosok
  • Tokoh
One More Night Gentlemen One More Night Gentlemen One More Night Gentlemen

Siti Badriah Artis Dangdut Papan Atas, Ucapkan Selamat Berdirinya MFS Production – Penang, Malaysia

https://www.youtube.com/watch?v=na_fjIQIm4A

PojokInfo

Untuk Anda Yang Ingin Punya Karir Dengan Gaji Tinggi!
Edukasi

Untuk Anda Yang Ingin Punya Karir Dengan Gaji Tinggi!

by Haris Abdullah
Mei 31, 2023
0

humaniora.id  - Jika Anda pernah berfikir ingin berganti profesi karir,...

Load More

©22 web by igmastudio

No Result
View All Result
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia

©22 web by igmastudio

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?