humaniora.id – Demi mempopulerkan dua budaya Indonesia; musik keroncong dan wayang, Paramitha Putri Nirmala siap tampil memperkuat pergelaran ‘CongYang’ yang akan dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta, Jum’at 30 Agustus 2024 mendatang.
‘CongYang’ adalah seni pertunjukan yang memadukan musik Keroncong (Cong) dan kesenian Wayang (Yang) Orang.
“Saya diamanahkan menjadi narator. Peran yang menuntut kemampuan multi-talenta,” tegas Paramitha Putri Nirmala mengawali percakapan dengan humaniora.id, di Jakarta, Kamis (22/08/2024).
Narator di pergelaran ini, lanjutnya, tidak hanya menyampaikan cerita. “Tapi juga harus menyatukan seni vokal, seni peran dan tarian, serta interaksi yang menarik bagi penonton,” ujar gadis yang lebih akrab disapa Mitha ini.
Mitha berkomitmen terhadap tugas yang diembannya. Menurut dia, menjadi narator bukan peran sederhana. Sebab harus dapat memberi impresi menarik.
“Sekaligus memastikan penonton terlibat dan merasa menjadi bagian dari pertunjukan ini,” ujar Mitha.
Pergelaran ‘CongYang’ mengemas unsur-unsur baru sebagai bentuk inovasi dalam pertunjukan Wayang Orang yang diimplementasikan dalam bentuk musik, cerita, dan pertunjukan. Penggunaan musik keroncong menjadi ilustrasi utama dalam pertunjukan ini.
‘CongYang’ menggabungkan dua elemen seni yang berbeda namun harmonis, yaitu musik keroncong dan wayang. Keroncong dengan nada lembut dan lirik yang mendalam, berpadu dengan seni wayang yang kaya dengan cerita dan nilai moral.
“Kombinasi ini menciptakan sebuah pertunjukan yang bukan hanya menghibur tetapi juga mendidik. Ini kesempatan memperkenalkan dua warisan budaya yang berharga kepada khalayak secara luas,” ungkap Mitha.
Pergelaran ‘CongYang’ mengusung lakon “Cupu Manik Astagina.” Merupakan karya fiksi yang diangkat dari novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata.
Terlibat di pergelaran ini, aku Mitha, menjadi peluang bagi dia mengembangkan potensi diri. Tidak hanya mengembangkan kemampuan, tetapi juga mampu menyampaikan pesan kultural lewat seni pertunjukan tentang kekayaan budaya Indonesia.
“Saya sangat mengapresiasi cerita yang disuguhkan di pagelaran ini. Penuh dengan nilai-nilai moral yang mendalam. Cerita ini mengandung pesan penting dan menginspirasi bagi penonton,” papar Mitha.
Pergelaran ‘CongYang’, kata Mitha, penyajian yang luar biasa, mulai dari pemilihan cerita, aransemen musik, hingga penampilan visual. Seperti tariannya, dan semuanya dirancang dengan cermat untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang meninggalkan kesan mendalam.
“Bagi saya bentuk seni seperti ini tidak hanya menghibur tetapi juga membangun karakter dan moralitas penonton,” ujar Mitha.
Seniman muda kelahiran Depok, 19 September 2002 ini memang belum membahana layaknya artis populer yang lebih dulu terjun di jagad industri hiburan. Namun kiprah dan prestasi yang pernah diraih setidaknya dapat menjadi impuls dan stimulus untuk langkahnya di masa depan.
Paramitha Putri Nirmala mengaku sudah mengenal musik sejak dini. Belajar dari ayahnya
Joko Priyono alias Koko Thole. Seniman dan penggiat budaya yang selama ini dikenal sebagai pencipta lagu, musisi dan penyanyi tembang-tembang berbasis tradisi.
Tahun 2010 bersama grup vokalnya, Mitha pertama kali mengikuti ajang apresiasi insan musik dan berhasil meraih penghargaan Album Lagu Anak-Anak Terbaik di ajang bergengsi AMI Awards yang diadakan stasiun televisi swasta RCTI.
Tahun 2013 Mitha juga mengikuti lomba menyanyi solo FLS2N SD dan berhasil meraih Juara Harapan II Tingkat Kota dan Juara I Menyanyi Bahasa Sunda (Kawih Murangkalih) pada lomba Pasanggiri tingkat kota.
Pada jenjang SMP – SMA Mitha juga kerap mengikuti beberapa perlombaan dan tampil dalam berbagai kegiatan, seperti pentas seni di sekolahnya.
Setelah lulus SMA, Mitha melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Program Studi S1 Pendidikan Musik melalui jalur Mandiri UNJ 2020, dengan memilih Mayor Vokal. Di tahun ketiga menjadi mahasiswa, Mitha terpilih menjadi Duta Universitas Negeri Jakarta selama 1 periode.
Selama kuliah Mitha juga meraih penghargaan di beberapa perlombaan tingkat daerah dan nasional, seperti Juara I Menyanyi Keroncong Lomba Pekan Seni Mahasiswa Daerah se-Provinsi Jakarta, Harapan II Menyanyi Keroncong Lomba FSPI UNY 2023 Tingkat Nasional dan Juara II Cover Lagu Lomba PGSD Fest UNJ 2023 Tingkat Nasional.
Mitha juga pernah tampil menyanyi pada acara Animalia Natura dan Keroncong Lestari yang ditayangkan TVRI.
Pada pergelaran “CongYang” Paramitha Putri Nirmala tentu akan berkolaborasi dengan ayahnya Koko Thole. Koko Thole akan tampil penuh dengan Orkes Keroncong Pesona Jiwa yang dipimpinnya.
Pergelaran “CongYang” menampilkan para pemain Wayang Orang senior, antara lain; Dewi Sulastri (Pemain Wanita Terbaik Festival Wayang Orang Panggung), Agus Prasetyo (Bintang Wayang Orang Sriwedari Surakarta), dan Ali Marsudi (Pemain Primadona Teater Tradisi RRI Surakarta).
Didukung pemain lain diantaranya; Irwan Riyadi, Trikadar, Ninok Leksono (Redaktur Senior Kompas dan Rektor Universitas Multi Media Nusantara), dan Tri Agung Kristanto (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas).
Akan tampil juga penyanyi keroncong Amrih Basuki dan Yurita Badrun, serta para seniman muda, yaitu; Paramita Putri Nirmala, Sabela Erifah Putri, Ganeshauman Taqwa, Fediano Hammam Akhyar, dan pemain lainnya.
Pementasan dikemas secara musikal dengan tim produksi dan tim kreatif; Suryandoro, Koko Thole, Dedek Wahyudi, Iwan Gardiawan, Freddy Kamto, Eddie Karsito, Guru Milang, Irwan Riyadi, serta didukung para penari Swargaloka School of Dance dan Omah Wulangreh.
Ringkasan Cerita
Cerita Cupu Manik Astagina berawal dari kisah cinta antara Bathara Surya dan Windradi sebelum ditugaskan turun ke bumi untuk menjadi istri resi Gotama. Benda ajaib Cinderamata cinta bernama Cupu Manik Astagina yang berisi rahasia-rahasia alam semesta pemberian Bathara Surya menjadi petaka bagi keluarga Windradi.
Benda tersebut menjadi rebutan dan pertengkaran anak-anak Windradi. Resi Gotama murka dan mengutuk Windradi menjadi tugu batu karena tidak mau menjelaskan asal-usul Cupu Manik Astagina. Ketiga anaknya yang rupawan yaitu Guwarsa, Guwarsi dan Anjani berubah wujud menjadi kera karena ambisi ingin memiliki Cupu Manik Astagina./*