humaniora.id – Setiap manusia dianugerahi bakat (kemampuan) oleh sang Pencipta. Sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (survival). Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, dengan tingkat kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang berbakat menjadi politikus, ada yang berbakat menjadi pelaku bisnis, guru, olahragawan, teknokrat, artis panggung, penyanyi, pelukis dan bakat-bakat di bidang lain.
Anugerah (bakat) terbesar yang diberikan Tuhan tersebut, pada hakekatnya dapat digolongkan sebagai seni. Karena bakat atau talenta di bidang apapun selalu mengandung cita rasa seni (keindahan). Seni berpolitik, seni berdagang, seni mengajar, seni berkreasi dan lain sebagainya.
Itulah yang menyebabkan kehidupan manusia di muka bumi ini terasa dinamis, aktif dan kompetitif. Karena perbedaan dan tingkatan itu pula manusia dianjurkan untuk bersosialisasi, menjalin kerjasama dan saling mengenal satu sama lain.
Selain faktor pembawaan (bakat sejak lahir), bakat sebenarnya juga bisa dibentuk. Dibentuk dari pola berpikir kita hingga melakukan upaya-upaya yang bersifat teknis. Bakat atau kemampuan dapat tumbuh dan berkembang karena kita melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Berawal dari pikiran, fantasi atau daya khayal kita, lalu disertai dengan tindakan nyata.
Jadi sebaiknya tidak membebani pikiran dengan berbagai pertanyaan; apakah kita berbakat atau tidak dalam satu bidang yang ingin kita tekuni.
Kini saatnya mengambil keputusan penting. Bagaimana lepas dari rasa cemas – hanya karena mempermasalahkan apakah kita berbakat atau tidak. Bebaskan tekanan dari sebuah pilihan, apakah kita ingin menjadi petani, pengusaha, politikus, seniman atau yang lainnya.
Profesi apakah yang ingin kita pilih. Keputusannya adalah sama hakekatnya kita mengadu nasib. Setiap orang mempertaruhkan hidup atas profesi yang dipilihnya.
Lalu bagaimana memenangkan pertaruhan tersebut. Maka, pusatkan perhatian terhadap suatu pekerjaan atau profesi jika memang kita menyukainya. Jalani dengan penuh antusias. Pandang pekerjaan itu sebagai perjalanan yang menyenangkan.
Anda harus percaya, seseorang dapat mencapai sukses manakala ia mencintai, menaruh antusias dan semangat atas pekerjaan yang dilakukannya. Sebab ia sanggup bekerja lebih lama.
Kuncinya adalah suka, menyintai profesi atau pekerjaan itu. Jadi setiap orang sebenarnya berbakat, sejauh ia memiliki kecintaan dan tertarik terhadap pekerjaan yang digeluti. Itulah bakat yang sebenarnya.
Setiap orang normal dapat mengerjakan apa saja asal tertarik, mau melakukannya, tekun dan penuh kecintaan. Tragedi terbesar dalam hidup seseorang justru apabila ia tidak menyintai pekerjaannya. Apalagi jika ia melakukan sesuatu hanya dengan hasrat khayalnya. Sekali lagi, kekuatan terbesar bakat kita terletak pada pikiran.
Jadi, ”Hati-hatilah dengan apa yang kamu Pikirkan, karena akan menjadi Kata-Kata. Hati-hatilah dengan Kata-Kata-mu, karena akan menjadi Perbuatan. Hati-hatilah dengan Perbuatan-mu, karena akan menjadi Kebiasaan. Dan hati-hatilah dengan Kebiasaan-mu, karena akan menjadi ”Jalan Hidup.” Selamat berkenalan dengan bakatmu.
_____
Tulisan ini dikutip dari buku (”Menjadi Bintang – Kiat Sukses Menjadi Artis Panggung, Film dan Televisi” Karya Eddie Karsito. Diterbitkan oleh PT. Cahaya Insan Suci (Ufuk Press) dan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Tahun 2008.