humaniora.id – One Village One Story. Penting menciptakan karakter agar product identity melekat di benak masyarakat. Sebuah produk dan atau karya budaya akan berhasil menarik perhatian ketika identitas karya tersebut dapat memberikan kesan kuat (karakter), unik, khas, dan berbeda.
Demikian antara lain dikemukakan Eddie Karsito, Ketua Dewan Juri Lomba OVOS : One Village One Story, saat hadir di acara Visitasi dan Supervisi OVOS, di Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Kamis, 20 Oktober 2022.
“Saat ini terjadi perubahan besar-besaran di dunia. Kompetisi global di mana hubungan seluruh penduduk bumi terintegrasi secara bebas. Berdampak pada persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, di dunia global nilai lokalitas sebisa mungkin dapat dipertahankan agar eksistensi kita sebagai bangsa tetap survival,” ungkapnya.
Di sisi lain menurutnya, eksistensi masyarakat desa dan kota seakan dua entitas berjarak dan berkesenjangan. Kota dikesankan menjadi simbol kemajuan; kemodernan.
“Sementara desa masih dibayangi pandangan klasik, seakan hanya mewakili zaman silam untuk tidak menyebutnya sebagai daerah tertinggal,” kata Eddie.
Di kota percepatan perubahan memang terjadi lebih masif. Memengaruhi wajah demografi, tata ruang, berikut aspek-aspek sosial-ekonomi. Belum lagi dampak kemajuan teknologi bagi masyarakat pedesaan.
“Perangkat teknologi sangat memengaruhi kerja-kerja kebudayaan. Membentuk subkultur, ekosistem, dan seni baru secara geografis maupun pola lintas disiplin ilmu,” ujar Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.
Tiwi Wartawani SE, Ketua Panitia Penyelenggara OVOS : One Village One Story yang hadir di acara tersebut menegaskan, Desa Sukajadi mewakili Kabupaten Indramayu masuk sebagai Finalis OVOS Tingkat Provinsi Jawa Barat, Tahun 2022. Bersama dengan tujuh kabupaten lainnya, yaitu; Kabupaten Indramayu, Sukabumi, Bandung Barat, Bogor, Cirebon, Cianjur, dan Garut.
“Kami menghargai semangat dan usahanya meraih prestasi. Oleh karena itu Desa Sukajadi kami pilih menjadi salah satu finalis OVOS tahun ini. Kita harapkan Desa Sukajadi lebih maju. Mampu mendorong produktivitas pertumbuhan ekonomi dan kemandirian desa,” ujar Tiwi Wartawani.
Anggota Juri OVOS Wiyono Undung Wasito, S.S., mengatakan perlu membuat usulan kepada Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk memperbaiki dan memperluas akses jalan provinsi.
“Jika sistem transportasi baik banyak wisatawan mengunjungi desa ini. Perjuangkan akses jalan ke desa kepada wakil rakyat di Dewan dan Pemda,” saran Undung Wasito.
Undung menekankan pentingnya mewariskan kearifan lokal kepada generasi penerus. Kemas produksi gastronomi secara kreatif dan menarik. Tingkatkan publikasi agar semakin di kenal.
“Tidak saja di lingkup kabupaten tetapi mendunia. Manfaatkan teknologi IT dan platform media sosial, seperti Tiktok, Youtube, Instagram, dan media lainnya,” ujar Undung.
OVOS di selenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dan Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI).
OVOS ingin mengembangkan pemajuan kebudayaan di tingkat desa dengan cara mengangkat cerita keunikan dan eksotisme desa dalam bentuk karya seni budaya.
Kegiatan tersebut meliputi sepuluh obyek pemajuan kebudayaan, yakni : (1) Tradisi Lisan; (2) Manuskrip; (3) Adat istiadat; (4) Ritus; (5) Pengetahuan Tradisional; (6) Teknologi Tradisional; (7) Seni; (8) Bahasa; (9) Permainan rakyat; dan (10) Olahraga tradisional.
Selain itu, OVOS juga di kembangkan untuk mendekati masalah-masalah sosial, pariwisata dan pengembangan Industri kecil dan menengah (UKM) di pedesaan.
Kehadiran Tim OVOS di Desa Sukajadi di sambut Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Sumedang, Anisa Choeriah, S.Pd, dan Wakil Bupati Sumedang H. Erwan Setiawan.
Hadir juga Camat Kecamatan Wado Sutisna, S.Pd., M.Si, Kepala Desa Sukajadi Kuwu Ade Mamat, inisiator kepesertaan lomba OVOS Nanang Suryana, serta para seniman, budayawan, tokoh masyarakat, dan unsur Muspika wilayah setempat.
Tampil berbagai atraksi budaya, antara lain; Tari Umbul, Sendratari Hanjeli, Tari Jaipong, Pencak silat, Tari Kaulinan Barudak, Tari Manuk Dadali, Tari Kaulinan Barudak, Pupuh, Qosidah, dan lagu-lagu Sunda.
Tim OVOS juga diajak menyambangi koperasi Desa. Di pamerkan sejumlah produk makanan ringan berbahan Hanjeli, Teh, Kopi Alu, Teh, Lemon, gula merah semut, dan makanan dari tanaman produktif lainnya.
“Saya berharap potensi wisata gastronomi ini terus di jaga dan di kembangkan. Jangan berhenti pada seremonial saja. Perlu ekspos lebih besar sehingga masyarakat mengetahui bahwa di Desa Sukajadi ini ada Desa Wisata Gastronomi,” ujar Wakil Bupati Sumedang H. Erwan Setiawan.
Kepala Desa Sukajadi Kuwu Ade Mamat, menyatakan buah Hanjeli di jadikan produk unggulan Desa Sukajadi sebagai desa wisata gastronimi.
“Kami mengedepankan restorasi pangan lokal, dan tanaman Hanjeli. Hanjeli merupakan tanaman khas yang sudah ada di Desa Sukajadi beberapa ratus tahun lalu,” terang Kepala Desa Sukajadi Kuwu Ade Mamat.
Nanang Suryana selaku penggagas Desa Wisata Gastronomi Hanjeli di Desa Sukajadi menjelaskan, di desanya terdapat berbagai jenis wisata yang menjadi keunikan dan karakteristik desa Sukajadi.
“Banyak jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di desa ini, seperti seni pencak silat, calung, tari Sunda, dan lainnya,” papar Nanang.
Begitu juga wisata alam terdapat beberapa objek wisata alam dengan latar bendungan Jatigede, Gunung Cakrabuana, serta teduhnya hutan yang masih alami.
Beberapa wisata alam tersebut antara lain, wisata kebun teh, wisata kolam renang di atas bukit yang menyediakan kuliner khas Desa Sukajadi.
“Wisata kuliner di mana desa kami merupakan pusat pengembangan tanaman Hanjeli di Indonesia. Dengan 200 petani yang menanam Hanjeli di peroleh berbagai produk Hanjeli, baik dalam bentuk beras, tepung maupu produk turunan lainnya,” papar Nanang./*
Jakarta, 22 Oktober 2022
Comments 1