humaniora.id – Baru kali ini saya sebagai warga Nahdliyyin dibuat bingung dengan sikap beberapa oknum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Beberapa oknum pengurus NU memilih dukung Prabowo Gibran. Kan aneh, seharusnya mereka netral, kalaupun dukung mendukung itu urusan pribadi. Anehnya selain mendukung secara pribadi para oknum mengajak pengurus yang ada di bawahnya yaitu di tingkat wilayah atau provinsi dan mengajak pula pengurus NU tingkat cabang atau kota/kabupaten sampai ke pengurus tingkat anak cabang (kecamatan) hingga ranting (kelurahan).
Hal ini saya rasakan sendiri manakala ikut acara rutin di salah satu banom NU di mana saya menjadi salah satu pengurus. Dari pada saya membuang waktu percuma karena pilihan berbeda, untuk saat ini saya tidak ikut acara rutin di tingkat cabang (kecamatan). Nanti aktif lagi ketika acara pilpres selesai.
Dukungan oknum pengurus NU terhadap Paslon no 2 semakin kuat ketika ada beberapa pengurus NU yang ada di WAG yang tiba-tiba dukung Prabowo Gibran. Bahkan secara terang-terangan di group WhatsApp telah beredar informasi bahwa oknum PBNU telah mengumpulkan Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU). Agenda utamanya instruksi kewajiban untuk memenangkan paslon capres cawapres nomor urut 02 Prabowo Gibran dan mensosialisasikan sampai ke tingkat bawah. Dan ada kesanggupan dari kiai tertentu yang ingin menyampaikan ke PWNU tingkat wilayah akan segera menindaklanjuti instruksi dari oknum PBNU dengan menggelar mujahadah yang di dalamnya ada agenda deklarasi dukungan ke Prabowo Gibran.
Apa-apaan ini, netralkan mereka para kiai yang duduk di kepengurusan PBNU, PWNU dan PCNU. Para kiai itu jadi panutan umat terutama warga Nahdliyyin. Jangan sampai warga NU yang berbeda pilihan sudah tidak lagi percaya pada kiainya. Yang selama ini tutur katanya lembut dan mengajak kebaikan bukan malah mengajak untuk memilih dan kewajiban memenangkan capres cawapres Prabowo Gibran. Ini tidak masuk akal dan gila-gilaan.
Seharusnya mereka para kiai yang duduk jadi pengurus NU di tingkat pusat, tingkat Wilayah dan tingkat cabang, anak cabang hingga tingkat ranting kelurahan memberikan contoh netral dalam pilihan politiknya, tidak malah mengajak yang didalamnya ada instruksi kewajiban memenangkan Prabowo dan Gibran ada apa dengan mereka. Jangan gunakan lembaga struktural NU untuk mengelabuhi warga NU. Siapa Prabowo dan Gibran warga NU sudah faham betul. Prabowo punya rekam jejak yang mengerikan. Terlibat dalam peristiwa hilangnya para aktivis mahasiswa pada tahun 1998. Selama pelaku masih hidup maka kasus ini akan terus disuarakan oleh keluarga korban. Di mana keluarga korban penculikan 13 mahasiswa meminta keadilan dan keterbukaan atas peristiwa tersebut. Mereka meminta di mana makamnya agar orang tua korban bisa berziarah dan mengirimkan doa.
Apakah capres 02 ini layak untuk dipilih sebagai Presiden. Seharusnya para kiai bisa membaca situasi ini. Tidak malah mengajak warga NU untuk berkewajiban memenangkan Prabowo dan Gibran, ini tidak masuk akal.
Sedih rasanya melihat para oknum kiai NU yang duduk sebagai pengurus NU ikut deklarasi dan arahan kewajiban memenangkan dan mendukung 02. Akankah mereka yang sudah deklarasi memenangkan Prabowo Gibran akan dipecat oleh PBNU. Mana suara PBNU katanya kalau ada pengurus struktural NU ikut berkampanye salah satu capres tanpa mengajukan cuti akan dipecat dan dinonaktifkan atau diberi sanksi.
Mana kata-kata yang dulu keluar dari Gus Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU.
Ketua Umum PBNU Gus Yahya memberikan larangan keras bagi para pengurus NU di semua tingkatan agar tidak membawa-bawa organisasi NU untuk kegiatan politik dan politik praktis. Gus Yahya pun tak segan-segan memberikan sanksi bagi yang melanggarnya.
“Kalau ada pengurus NU kemudian menggunakan lembaga NU untuk kegiatan politik, politik praktis, langsung kita tegur,” kata Gus Yahya di Istana kepresidenan Jakarta, Senin (4/9/2023) malam usai mengantar surat undangan Munas dan Konbes NU 2023 untuk Presiden Joko Widodo.
Kalau ada kantor pengurus NU untuk kegiatan deklarasi capres maka akan segera ditegur, itu dulu. Sekarang sudah berubah haluan.
Ada apa ini, apakah ini ada hubungan nya dengan dijebloskannya mantan bendahara umum PBNU Mardani Maming yang sudah divonis 12 tahun penjara dalam kasus korupsi ijin usaha pertambangan dan operasi produksi (IUP OP) dan kini ada salah satu pengurus inti PBNU yang berpotensi terjerat pidana korupsi, astagfirullah. Apakah ini contoh nyata bahwa pengurus NU ada yang terlibat korupsi kemudian mengajak warga nahdliyyin untuk mendukung capres cawapres Prabowo Gibran agar kasus korupsinya tidak dimejahijaukan.
Wallahu a’lam bishawab kita nunggu saja perkembangan selanjutnya.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.