Novel legendaris “Jalan Tak Ada Ujung” Karya Mochtar Lubis direka ulang dalam karya film bertajuk “Perang Kota”. Novel tersebut merupakan karya sastra yang dibuat pada masa perang Indonesia melawan para penjajah.
Dalam novel ini menceritakan semangat perjuangan para pemuda melawan para penjajah. Mengisahkan Guru Isa yang digambarkan sebagai seseorang yang baik hati, cinta damai, dan lemah lembut.
Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung diterbitkan tahun 1952 oleh Balai Pustaka. Kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN (Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional) tahun 1952.
Film “Perang Kota” karya sutradara Mouly Surya terpilih sebagai film penutup dalam Rotterdam International Film Festival (IFFR) ke-54 yang akan digelar pada 30 Januari hingga 9 Februari 2025 mendatang.
Sebagaimana novelnya, film “Perang Kota” mengadaptasi dari cerita novelnya, menghadirkan kisah epik berlatar tahun 1946, dengan menampilkan Chicco Jerikho sebagai Isa, seorang guru sekaligus pejuang kemerdekaan yang mendapat misi membunuh petinggi kolonial Belanda.
Film produksi patungan dari sejumlah perusahaan film dalam dan luar negeri ini menghadirkan konflik personal di tengah perjuangan kemerdekaan.
Didukung akting Ariel Tatum sebagai Fatimah dan Jerome Kurnia sebagai Hazil, film ini menjanjikan perpaduan estetika sinematik khas Mouly Surya dengan narasi sejarah yang kuat, siap mengangkat nama Indonesia di kancah perfilman internasional.
Sinopsis Film Perang Kota
Perang Kota merupakan sebuah film yang berlatar tahun 1946. Isa, seorang mantan pejuang sekaligus pemain biola berusia 35 tahun, sekarang menjadi guru sekolah dasar.
Dia memiliki reputasi sebagai prajurit kawakan untuk mengabdi selama perang kemerdekaannya. Namun, traumanya membuat Isa menjadi tidak berdaya.
Isa tinggal bersama istrinya, Fatimah, dan anak angkat mereka bernama Sallim. Saat itu, Jakarta sedang dalam keadaan ricuh, di mana Jakarta ditinggalkan oleh Presiden, dibakar oleh Gurkha, Inggris, atau Belanda.
Isa membantu revolusi bersama sahabatnya dan siswa biola, Hazil, muda, tampan, dan mempunyai semangat juang yang membara.
Namun, di belakang Isa, ternyata pemuda itu berselingkuh dengan Fatimah. Lalu, Isa dihadapkan perubahan dinamika hubungan dengan istrinya.
Bersama Hazil, Isa bertekad membuat rencana untuk meledakkan gedung bioskop di Pasar Senen, tempat berkumpulnya para pejabat Nica Inggris dan para sahabatnya, Belanda.
Tujuan utama mereka adalah Van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang sangat mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya. Apakah misi Isa akan berhasil?
Pemain Film Perang Kota
Film ini diperankan oleh Chicco Jerikho sebagai Isa, pemeran utama dalam Perang Kota yang berjuag melawan tekanan eksternal dan internal.
Ariel tatum berperan sebagai Fatimah, istri Isa yang menjadi pusat permasalahan emosional dalam cerita. Jerome Kurnia berperan sebagai Hazil, pemuda yang penuh energi ini menghadirkan sisi lain dalam perjuangan Isa.
Perpaduan akting dari para pemain ini dinilai mampu menghidupkan karakter yang kompleks dan emosional. Komunikasi mereka dapat menciptakan dinamika yang kuat, sehingga memperkuat alur cerita dan membuat para penonton terhubung dengan konflik yang dihadapi para karakter.
Para aktor menampilkan yang terbaik, hal ini didukung oleh naskah yang kuat. Sehingga memastikan setiap dialog serta adegannya bisa meninggalkan kesan mendalam.
Sebagai penutup film di Internasional Film Festival Rotterdam, Perang Kota diharapkan bisa menjadi puncak acara festival yang bergengsi ini.
Tentunya, film ini akan ditayangkan di hadapan penonton internasional, memberikan kesempatan bagi kancah dunia untuk melihat perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui kacamata sinematik yang unik.
Tentang Mochtar Lubis
Mochtar Lubis (7 Maret 1922 – 2 Juli 2004) adalah seorang jurnalis dan novelis Indonesia yang turut mendirikan Indonesia Raya dan majalah sastra bulanan Horison.
Novelnya yang berjudul Senja di Jakarta merupakan novel Indonesia pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Dia adalah seorang kritikus Soekarno dan dipenjarakan olehnya, serta oleh Soeharto pada beberapa kesempatan berikutnya.
Cerpennya “Musim Gugur” menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953. Kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956. Selanjutnya novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979.
Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992). Bersama sejumlah cendekiawan, Ia mendirikan Yayasan Obor Indonesia, sebuah yayasan yang berkontribusi dalam bidang kebudayaan dan pengembangan intelektual melalui penerbitan buku./*