humaniora.id – Di Indonesia terdapat lebih dari 100 varian wayang. Tersebar di berbagai daerah. Selain Pulau Jawa dan Bali, ada Lombok, Kalimantan, Sumatera, dan wilayah lainnya.
Ada berbagai jenis wayang: Ada Wayang Golek, Wayang Klithik, Wayang Gedog Kemudian ada Wayang Madya, Wayang Wahyu, Wayang Potehi, Wayang Orang, dan lain-lain.
Walaupun cerita wayang bersumber pada kebudayaan India, namun kesenian ini sejak berabad-abad lalu tumbuh, diolah dan dikembangkan berdasar kearifan lokal Indonesia.
Tapi tahukah kamu bahwa di luar Indonesia juga ada kesenian wayang. Bahkan di sejumlah Negara Asean terdapat organisasi pewayangan yang tergabung dalam ASEAN Puppetry Association (APA), yang anggotanya antara lain; Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapore, Thailand dan Vietnam.
Pada Peringatan Hari Wayang Nasional Ke-V dan Living ICH Forum Ke-III Tahun 2023 ini ditandai dengan berbagai atraksi pergelaran wayang dari berbagai Negara.
Antara lain ditampilkan atraksi pergelaran Wayang Myanmar, Wayang Singapore, Wayang Malaysia, Wayang Thailand, Wayang Vietnam, dan pergelaran Wayang Cambodia.
Hari ini Selasa 7/11/2023, secara khusus Panitia Penyelenggara Hari Wayang Nasional (HWN) Ke-V & Living ICH Forum Ke-III SENAWANGI, menampilkan Wayang Thailand.
Atraksinya sungguh menajubkan dan mengesankan. Dua seniman wayang asal Thailand, yang diwakili Nui Yaikabtaa dan Game memainkan lakon pewayangan dari kepingan kisah Ramayana, “Anoman Duta.”
Kisahnya bercerita tentang keputusan Rama mengutus Anoman untuk menyusup ke Alengka guna mengetahui keberadaan Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Thailand sendiri memiliki dua jenis wayang kulit (Nang) yang merupakan budaya aslinya, yakni Nang Talung dan Nang Yai.
Kedua jenis wayang kulit tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang unik. Nang Talung dimainkan dengan cara yang mirip dengan wayang kulit Jawa. Wayang kulit Nang Talung umumnya memiliki tinggi antara 30 – 50 cm.
Wayang kulit Nang Talung umumnya juga dilengkapi dengan lengan dan sendi yang bisa dikendalikan oleh dalang, persis seperti wayang kulit Jawa.
Sementara itu, Nang Yai memiliki karakteristik yang berbeda, yakni tidak memiliki lengan dan sendi yang bisa dikendalikan oleh dalang. Nang Yai pun umumnya berukuran lebih besar, yakni sekitar dua meter dengan lebar satu meter.
Nang Talung merupakan pertunjukkan wayang kulit asli yang berasal dari Thailand Selatan.
Wayang kulit Nang Talung umumnya dibuat dari kulit anak sapi yang tembus pandang dan dicat dengan warna yang cerah. Nang Talung biasanya dipertunjukkan dengan lantunan bait-bait puisi khas Thailand Selatan, yang juga dilantunkan dengan dialek khas Thailand Selatan.
Hal tersebut membuat beberapa orang non-Thailand Selatan kurang mengerti esensi cerita Nang Talung.
Acara lain di Hari Wayang Nasional (HWN) Ke-V & Living ICH Forum Ke-III SENAWANGI, yang tidak kalah menarik juga digelar meliputi talkshow dengan tema “Esensi Mahakarya Warisan Lisan dan Tak Benda Kemanusiaan dari Wayang Indonesia.”
Seminar Internasional Tema: “Budaya Bhinneka Tunggal Ika Indonesia dalam Konteks Kemanusiaan” (The Indonesian Culture of Unity in Diversity in the Context of Humanity).
Ekskursi “Ragam Budaya”, Atraksi “Pergelaran Wayang Kulit Banyumas oleh Ki Kukuh Bayu Aji Lakon “Senopati Pinilih”, Takshow Tema : “The Indonesian Wayang Puppet Theater in the Dinamics of Transnationalistic Contemporary Cultural Influx” (Wayang Indonesia dalam Dinamika Pusaran Budaya Kekinian bersifat Transnasional).
Workshop “Puppet Paper Craf”, “Workshop Membuat Wayang dari Karton”, Atraksi “Pergelaran Wayang Kolaborasi Indonesia”. Selanjutnya diskusi dengan tema : “The Essential of Philosophy of Indonesian Wayang Puppet Theater in the Global Context Perspective”.
Ada juga atraksi “Pergelaran Wayang Krucil Blora oleh Ki Paseran”, Focus Group Discussion Tema : “Eksplorasi Pancasila menjadi Ideologi Berkarya” (Exploring Pancasila To Be a Working Ideology). Seminar Nasional dengan tema : “Makna Fundamental Azas Bhinneka Tunggal Ika Indonesia dalam Konteks Kemanusiaan (The Essential of Indonesia’s Principle of Unity in Diversity in the Context of Humanity).
Peringatan Hari Wayang Nasional Ke-V dan Living ICH Forum Ke-III Tahun 2023 berlangsung selama tiga hari; Selasa s/d Kamis, 7 – 9 November 2023./*