humaniora.id – Cerdas Kelola Informasi dengan Meningkatkan Pemahaman Komprehensif Ekosistem Digital
Guna menghindari tindak penipuan online, pencurian data, dan kejahatan online lainnya yang marak sekali terjadi di ruang digital, maka masyarakat perlu memiliki kemampuan untuk menangkap manfaat dan dampak dari informasi yang didapatkan.
Dr. Ismail Cawidu, M.Si selaku Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan bahwa Hidup di dunia digital memerlukan keterampilan literasi yang baik.
Bulan November 2020, Kementerian Kominfo bersama dengan Katadata Insight mempublikasikan hasil Survei Literasi Digital Nasional. Hasilnya, secara nasional, tingkat literasi nasional berada di angka 3,47 (Sedang) dari skala 1-5, berdasarkan indeks literasi yang ditetapkan UNESCO tahun 2018 dalam A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills.
“Rendahnya tingkat literasi digital yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, perlu disikapi oleh masyarakat Indonesia untuk memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap ekosistem digital dan mengelola informasi,” kata Ismail.
Menurutnya, kegiatan mengelola informasi berarti kegiatan membuat atau memproduksi informasi, mengirimkan dan menyimpan informasi, dan menyebarkan informasi dengan kriteria.
“Sebuah pesan atau informasi yang dibuat harus memuat pesan yang jelas, ringkas, sopan, konkret, benar, masuk akal, dan lengkap,” sebut Ismail selaku narasumber pada Seminar Merajut Nusantara yang diselenggarakan oleh BAKTI Kemkominfo RI mengusung tema ‘Literasi untuk Mengelola Informasi’ secara virtual, Jakarta, Jumat (02/06/2023).
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan, ketika menerima informasi wajib bagi kita untuk melakukan proses verifikasi. Dalam proses verifikasi, penerima informasi harus melihat atau mencari sumber informasi tersebut, melihat 5W+1H isi informasi, tidak bersifat provokasi, tidak memaksa di viralkan, tidak mengandung SARA, dan berasal dari media yang terkonfirmasi.
“Marilah kita bersama-sama menghindari membuat status pada saat Anda Emosi (Baper) dan menghindari menanggapi pendapat pada saat Anda sedang memiliki kepentingan: terhadap pemikiran orang lain,” pungkas Dosen tersebut.
Mentor Liga Mahasiswa NasDem Sulawesi Utara, Natalia Lisa Maringka, S.H memaparkan bahwa informasi menyediakan peristiwa dan kondisi dalam masyarakat tertentu, menunjukkan hubungan kekuasaan, serta memudahkan berbagai macam inovasi.
“Dengan begitu, masyarakat umum bisa memperoleh informasi yang yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingannya dan sebagai sumber pengetahuan baru,” kata Natalia.
Berdasarkan data yang dirilis We Are Social menyebutkan total populasi Indonesia 276,4 juta, Jika dilihat dari pengguna internet, penduduk Indonesia yang berselancar di dunia maya itu ada 212,9 juta pengguna yang mana itu mengalami kenaikan 5,2% atau 10 juta dari 2022. Dari data tersebut, Natalia menyimpulkan bahwa ada sekitar 64 juta orang Indonesia yang sampai saat ini belum tersentuh internet sekalipun.
“Banyak informasi di dunia maya yang tidak valid akan teori ataupun faktanya,” ujar Mentor Liga Mahasiswa NasDem Sulut.
Ia melanjutkan, dengan banyaknya hoax yang bertebaran di internet, maka semakin sulit pula mendapatkan informasi yang sangat valid dan relevan. Diperlukan filter ataupun pendeteksi bahwa informasi itu sesuai dengan faktanya atau valid.
“Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari berita hoax, yaitu memperhatikan judul informasi, melihat sumber berita, periksa foto dan video, mewaspadai dengan bentuk forward messages, dan laporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika jika menemukan berita hoax,” sebut Natalia.
Sementara itu narasumber terakhir, Hillary Brigitta Lasut, S.H., LL.M selaku Anggota Komisi I DPR RI mengatakan, literasi untuk mengelola informasi berhubungan erat dengan kecakapan digital masyarakat, khususnya yang sudah memiliki akses internet dan infrastruktur penunjang konektivitas.
Ada berbagai cara untuk mengelola informasi, misalnya terkait dengan penyimpanan arsip data, sekarang ini sudah banyak aplikasi penyimpanan gratis yang bisa membantu masyarakat dalam aktivitas bisnis, administrasi, dan bertukar informasi.
“Selain melalui Microsoft Excel, masyarakat saat ini bisa menggunakan aplikasi kasir untuk mendata produk yang telah terjual, stok produk, dan detail kecil lainnya,” sebut Hillary.
Hillary melanjutkan, jika kita ingin mengetahui step-step dalam membangun bisnis, maka kita bisa menanyakannya melalui Chat GPT atau Open AI Chat.
“Open AI Chat bisa juga dimanfaatkan untuk menanyakan tempat traveling dengan destinasi menarik dan gratis di luar negeri,” jelas Anggota Komisi I DPR RI.
Dalam akhir pemaparannya, Anggota Komisi I DPR RI Dapil Sulawesi Utara berharap agar masyarakat dapat terus semangat dalam mencari informasi terkait perkembangan teknologi. Dan diharapkan pula kepada generasi muda untuk dapat mengupdate kemampuannya di bidang teknologi dan skill literasi dalam mengelola informasi.