humaniora.id – Ketika penulis mau berangkat umroh, oleh tour leader dari biro Dewangga lil haj wal umroh selalu diinfokan bawaan ketika mau menjalankan ibadah selama di Kota Madinah dan Mekkah.
Untuk isi koper bagasi jamaah perempuan berisi baju gamis ikhram dua, gamis hitam untuk ke Roudoh, gamis 8 pasang, daster 4, kerudung menyesuaikan, pakaian dalam secukupnya, sarung tangan 2, kaos kaki secukupnya boleh 4 pasang. Handuk kecil 1, besar 1 dan peralatan mandi serta bawaan lainnya termasuk sajadah 1.
Di sini penulis bertanya, kok tidak disuruh memakai mukena ya? Ketika penulis tanya ke petugas, di jawab dengan santai. “Kalau pergi ke Madinah dan Mekkah saya tidak pernah membawa mukena ibu,” jawab mbak Asri petugas dari biro umroh.
Oh ternyata benar adanya, kalau jamaah perempuan nekat memakai mukena saat sholat di masjid Nabawi dan masjidil haram, malah kelihatan lucu sendiri. Karena di dua tanah suci ini tidak ada yang memakai rukuh saat sholat.
Kalaupun ada, jamaah tersebut akan kerepotan sendiri. Karena pasti rukoh yang ia kenakan malah menghalangi saat melakukan ibadah.
Misal di Masjid Nabawi, habis sholat subuh di jadwalkan ada tasreh yaitu jadwal masuk ke makamnya Kanjeng Nabi Muhammad saw. Ketika sholat subuh selesai maka para jamaah berhamburan menuju Rhoudoh, maka di pastikan yang membawa mukena akan kerepotan sendiri.
Dan pasti di suruh lepas. Selain keinjak-injak jamaah lainnya, bisa saja nyerimpeti (keinjak sendiri) dan repot. Lagian jamaah umroh sudah memakai baju gamis, mengapa memakai mukena juga. Merasa sholatnya kurang afdol ya?
Semua baru tahu khan? Kalau di Madinah dan Mekkah jamaah perempuan tidak ada yang memakai rukuh.
Bangsa Arab dan sekitar jazirah Arab perempuan di sana tidak memakai rukuh ketika sembahyang.
Tradisi ini hanya ada di Indonesia, para muslimah di Indonesia banyak memakai mukena saat sholat.
Budaya memakai mukena untuk sholat bagi perempuan Islam Indonesia sudah di terapkan sejak zaman Wali Songo. Pada saat itu perempuan Indonesia, khususnya perempuan Jawa, banyak yang mengenakan kemben dan kain jarik sebagai pakaian sehari-hari.
Kalau mereka di suruh sholat dengan adat pakaian kemben dan jarik tentu sholatnya tidak sah menurut fikih. Karena masih ada aurat perempuan yang belum di tutupi seutuhnya.
Kalau mereka di suruh meninggalkan adat Jawa pakai kemben dan jarik, berarti ajaran Islam memaksa untuk meninggalkan budaya asli dan menyuruh memakai pakaian gamis atau pakaian muslim. Tidak mungkinlah pakaian itu bukan adat perempuan muslim saat itu.
Wali Songo tidak pernah memaksa apalagi harus meninggalkan budaya bangsa Indonesia untuk keperluan ibadah. Maka dicari jalan lain agar budaya asli Indonesia tidak hilang dan sholatnya juga sah.
Maka Wali Songo dengan kecerdasan yang luar biasa, muslimah Indonesia ketika sholat di suruh memakai mukena.
Pada masa itu, pakaian gamis atau baju muslim belum pas untuk masyarakat Jawa. Mereka beranggapan memakai gamis dan baju muslim dalam kehidupan sehari-hari sangat tidak praktis untuk aktivitas di kebun atau di sawah.
Karena Wali Songo adalah Waliyullah yang mengislamkan tanah Jawa, maka cara menyampaikan ajarannya dengan penuh toleransi. Maka budaya pakaian kemben dan jarik tidak menjadi penghalang untuk bisa tetep menjalankan sholat, yaitu dengan memakai mukena atau rukoh.
Perempuan Indonesia memakai mukena saat panggilan sholat tiba. Mereka setuju untuk menutup aurat.
Dari adanya akulturasi budaya dan ajaran agama inilah muncul budaya memakai rukoh saat beribadah kepada Allah swt. Dari ajaran Wali Songo inilah mukena di pakai oleh muslimat Indonesia sampai saat ini. Kurang afdol kalau perempuan Indonesia sholat tidak memakai rukoh (mukena).
Ternyata perlengkapan sholat perempuan Indonesia ini juga di gunakan di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan negara tetangga lainnya.
Kalau di lihat dari sejarah memakai mukena ini di perkenalkan oleh Wali Songo sejak abad ke 14. Hal ini di ambil dari jurnal Studi Kultural Volume 1 yang terbit 2 Juli 2016.
Pengenalan mukena bagi perempuan Islam Indonesia, merupakan salah satu upaya Wali Songo dalam rangka menyebarkan agama Islam di Indonesia. Karena menutup aurat merupakan salah satu syarat sahnya sholat.
Nurul Azizah, Penulis Buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616