Humaniora.id, Jakarta – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Dito Ariotedjo, menegaskan bahwa sanksi tegas wajib diberikan kepada pemain dan wasit yang terlibat dalam insiden pemukulan di pertandingan perempat final Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI antara Aceh dan Sulawesi Tengah (Sulteng). Pernyataan ini muncul setelah Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, mengungkapkan kekecewaannya terhadap kepemimpinan wasit yang dinilai bobrok dan tidak adil.
“Insiden ini sangat memprihatinkan. Sanksi wajib diberikan baik kepada wasit maupun pemain sesuai dengan aturan yang ada,” ujar Dito melalui pesan singkat kepada detikcom. Ia menambahkan bahwa tindakan tegas akan diambil untuk memastikan keadilan dalam olahraga.
Dito juga mengungkapkan bahwa ia telah berkoordinasi dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, terkait insiden tersebut. “Dari PSSI sudah menurunkan tim investigasi untuk segera memberikan tindakan tegas,” jelasnya. Menpora menegaskan bahwa semua keputusan mengenai sanksi akan diserahkan sepenuhnya kepada PSSI.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh pada Sabtu malam lalu, menyajikan drama yang penuh ketegangan. Aceh sempat tertinggal 1-0 setelah gol dari pemain Sulteng, Wahyu. Namun, situasi semakin memanas ketika wasit memberikan kartu merah kepada Wahyu setelah protes keras dari pemain Sulteng.
Kekacauan mencapai puncaknya ketika pada menit tambahan waktu, pemain Sulteng Rizki Saputra melakukan pemukulan terhadap wasit saat penalti diberikan kepada tuan rumah. Insiden ini membuat wasit terkapar dan pertandingan terhenti sejenak untuk memberikan pertolongan medis.
Dito Ariotedjo menegaskan bahwa tindakan kekerasan seperti ini tidak bisa ditoleransi dalam dunia olahraga. “Kita harus menjaga integritas dan sportivitas dalam setiap pertandingan. Tindakan kekerasan hanya akan merusak citra olahraga kita,” tambahnya.
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, tidak tinggal diam. Ia mengecam keras kepemimpinan wasit yang dianggapnya sangat merugikan timnya. “Kita bisa saksikan bagaimana pertandingan ini begitu bobrok. Kepemimpinan pertandingan betul-betul menzalimi pemain kita. Ini merusak, sangat merusak,” ungkap Hadianto dalam sebuah video yang diunggah di Instagram-nya.
Setelah insiden tersebut, pertandingan dilanjutkan dengan penalti yang dieksekusi oleh Akmal Juanda dari Aceh, yang berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Namun, Sulteng memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan dan akhirnya dinyatakan kalah WO (Walk Over), sehingga Aceh melaju ke babak semifinal.
Menpora Dito Ariotedjo menekankan pentingnya penegakan hukum dalam olahraga agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. “Kami akan memastikan bahwa semua pihak bertanggung jawab atas tindakan mereka,” tutupnya.