humaniora.id – Kejadian pembantaian oleh zionis Yahudi ‘Israel’ laknatullah, yang kini terus terjadi di Gaza dan tepi barat Palestina telah benar-benar membuka mata dunia tentang siapa bangsa yang beradab, dan siapa bangsa yang biadab.
Stigma teroris yang selalu menempel kepada umat Islam selama ini, sehingga mencuatkan istilah Islamophobia, yang sejatinya merupakan hasil fitnah dari Yahudi dan negara-negara Barat, kini telah menemukan ‘titik terangnya’, tentang siapakah teroris yang sebenarnya yang seharusnya dilawan oleh dunia.
Ternyata teroris ‘Isarel’ yang sebenarnya, adalah teroris yang sebegitu pengecutnya dalam berperang ‘face to face’ dengan musuhnya, Hamas dan seluruh pasukan muslim Palestina lainnya. Dan warga dunia pun menyaksikan kepengecutan dan kelicikan kaum Yahudi tersebut, tidak ubahnya seperti pengecut dan liciknya para nenek moyang mereka terdahulu.
Sebaliknya, kini pandangan warga dunia pun menjadi lebih terbuka dengan umat muslim, khususnya umat muslim di Palestina. Paradigma Islam sebagai agama teroris kini perlahan mulai hilang, dan berganti dengan paradigma Islam sebagai agamanya orang-orang yang sabar dan tabah, serta jauh dari stigma kebencian.
Dunia kini melihat, bagaimana tabahnya muslim Palestina dalam menghadapi cobaan yang sangat berat, bahkan saking beratnya, mungkin tidak akan masuk ke dalam nalar manusia yang imannya hanya setengah, apalagi hanya seperempat saja.
Sesungguhnya sangat terlihat dengan jelas bagaimana umat Islam yang sesungguhnya berjuang dan rela mati dalam mempertahankan tanah airnya. Terlihat dengan jelas juga bagaimana tabah dan tegarnya mereka ketika menghadapi kematian akibat serangan kebiadaban zionis ‘Israel’ laknatullah. Kematian yang sebenarnya mereka nantikan, karena mereka tahu ganjaran keindahan dari Allah Ta’alla, yang akan mereka dapatkan di akhirat kelak.
Dari peristiwa pembantaian kemanusiaan ini pula, warga dunia menjadi paham apa arti jihad di dalam Islam yang sebenarnya.
Kata “Jihad” secara etimologi, merupakan bentuk masdar dari “Jahada” yang bermakna kekuatan. Dalam bentuk kegiatan, kata “jahada” ini berarti mengerahkan kekuatan. Sementara itu, kata “Jihad” juga berasal dari kata “Al-Jahd” yang bermakna kesulitan.
Ya, ketika umat muslim melakukan sesuatu yang sifatnya mengerahkan kekuatan sekuat tenaga untuk lepas dari segala kesulitan, keterpurukan, dan belenggu penjajahan dari dari para penjajah, maka diwajibkan bagi umat muslim untuk merubah segala kesulitan tersebut menjadi sebuah kemudahan, yang dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Islam itu sendiri. Itulah makna jihad di dalam Islam, yang sesungguhnya sedang ditunjukkan oleh bangsa Palestina saat ini.
Konsekuensi dari segala bentuk jihad itu pasti ada, namun ketabahan dan kesabaran dalam menerima segala konsekuensi itulah yang dinilai oleh Allah Ta’alla. Dan sekali lagi, muslimin Palestina telah menunjukkan kepada dunia tentang tinggi dan mulianya nilai ketabahan dan kesabaran tersebut.
Lihatlah bagaimana para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang tidak akan pernah meninggalkan pasien yang terluka akibat serangan zionis ‘Israel’ di semua rumah sakit yang masih bisa beroperasi hingga hari ini, meskipun nyawa mereka sendiri sebagai taruhannya.
Meskipun sudah ada sekitar 250 lebih tenaga kesehatan Palestina yang telah syahid akibat kebiadaban ‘Israel’ per 20 November 2023 ini, tetapi hal itu tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap berjuang menangani saudara-saudara mereka yang terluka maupun yang gugur syahid di rumah sakit tempat mereka bekerja.
Itulah bentuk jihad yang sebenarnya di dalam Islam, yang kini dilihat oleh warga dunia.
Lihatlah juga bagaimana para jurnalis Palestina yang terus memberitakan keadaan yang sebenarnya yang sedang terjadi di Gaza. Mereka terus berjuang untuk memperlihatkan kepada dunia tentang pembantaian yang dilakukan oleh zionis ‘Israel’ secara langsung kepada dunia. Lihat juga bagaimana mereka membongkar kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh para tentara ‘Israel’ dalam memberitakan apa yang terjadi sesungguhnya.
Sambil melakukan pekerjaannya sebagai jurnalis, mereka juga terus bertindak sekuat tenaga untuk membantu korban-korban penduduk Palestina yang tewas dan terluka. Meskipun teman-teman seprofesi mereka sudah banyak yang gugur dalam menjalankan tugasnya, dan kini sudah mencapai sekitar 80 orang jurnalis, namun itu pula tidak mempengaruhi semangat mereka dalam menjalankan tugasnya.
Itulah bentuk jihad yang sebenarnya di dalam Islam, yang kini dilihat oleh warga dunia.
Atau lihat juga bagaimana sesama rakyat Palestina yang saling membantu, saling menyelamatkan, saling menegarkan hati sesamanya, saling menguatkan emosi, dan saling menasihati tentang ketabahan dan kesabaran dalam menerima segala macam cobaan tersebut.
Lihat bagaimana mereka saling membimbing mengucapkan syahadat di akhir kematian saudara-saudara mereka, yang terjadi depan mata mereka setiap menit, setiap jam, dan setiap harinya.
Itulah bentuk jihad yang sebenarnya di dalam Islam, yang kini dilihat oleh warga dunia.
Namun, apakah kita pernah berpikir sebelumnya, ternyata diibalik penderitaan yang saudara-saudara kita alami di Palestina, ternyata mereka juga yang merubah pandangan dunia terhadap Islam.
Kita yang selama ini hidup secara nyaman, makan dan minum dengan tenang, bercanda dengan begitu santainya, ternyata tetap tidak mampu untuk merubah pandangan stigma negatif warga dunia terhadap Islam. Di mata dunia, kita adalah umat Islam yang bodoh, lemah, materaialistik, dan mudah begitu saja dipermainkan oleh mereka.
Tetapi, ternyata bangsa Palestina-lah yang mampu merubah stigma negatif Islam tersebut selama ini. Bersimpatinya warga dunia terhadap Palestina disebabkan karena warga dunia telah melihat nilai-nilai ke-Islam-an yang sebenarnya, yang tercermin dalam diri bangsa Palestina.
Tidak menyerah terhadap penjajahan, menegakkan harga diri, sabar dalam penderitaan, dan tidak cengeng dalam menghadapi cobaan yang sangat berat sekalipun, tetap bersatu, serta tidak lari dari kenyataan pahit, meskipun dengan resiko kehilangan nyawa sekalipun.
Sudahlah, sepertinya tidak banyak kata lagi yang akan saya tuliskan. Malu sekali rasanya diri dan hati ini kepada bangsa seiman dan sekeyakinan, yang sedang mengalami kesulitan, namun sekaligus juga tetap mampu untuk memberikan pencerahan tentang Islam yang sebenarnya, yang selama ini sulit sekali didapatkan oleh seluruh umat di dunia ini.
Sekali lagi, terimakasih ya Palestina. Terimakasih karena telah menjaga kesucian agama Islam yang sama-sama kita cintai ini. Terimakasih atas semua pencerahan yang telah kalian berikan. Maafkan kami yang masih bodoh dan fasik sampai saat ini, dan entah sampai kapan kebodohan dan kefasikan ini tetap bertengger di dalam otak dan hati kami… Astagfirullah….
Semoga Allah Ta’alla membalas semua kesabaran kalian dengan Syurga-Nya kelak. Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamiin.
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 22 November 2023
*Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Anggota PJMI