humaniora.id -[jakarta, 25 September 2023]. Setelah melalui beberapa pasang surut peradaban di seluruh dunia dan melihat berbagai potensi-potensi kosmopolitanisme yang ada di Nusantara ini bisa dijadikan sebagai referensi baru bagi dunia. Hal ini merupakan peluang paling besar bagi kita setelah titik reset yaitu pandemi.
Demikian disampaikan oleh menteri Besar Selangor Malaysia, Amirudin Shari pada acara Meet the Business Leader yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Paramadina bertajuk “Kosmopolitan Nusantara: Berbagi pengalaman Mengurus Selangor Sebagai model Malaysia Madani” di Jakarta, Senin (25/09/23).
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan kerjasama Universitas Paramadina dan Universitas Selangor dalam program pendidikan, penelitian, dan penguatan tenaga pengajar.
Dalam sambutannya Rektor Prof. Didik J. Rachbini menyatakan harapannya agar kerjasama ini dapat saling menguatkan kedua institusi. “Saya akan mengutus wakil rektor untuk merealisasikan kerjasama dan memperkuat hubungan antara Universitas Paramadina dan Universitas Selangor.” Katanya.
Hendri Satrio – Dosen Universitas Paramadina menyatakan bahwa penandatangan antara Universitas Paramadina dan Universitas Selangor, dengan kerjasama ini bukan saja membuktikan bahwa Universitas Paramadina merupakan jaringan internasional. Tetapi, diakuinya Universitas Paramadina di dunia internasional.
Dalam paparannya Amirudin Shari menyatakan bahwa kondisi saat ini tak terlepas dari krisis geopolitik, persaingan dan krisis Ukraina-Rusia. Bagaimana di sekitar indocina baru-baru ini ada nelayan-nelayan Vietnam yang telah dihalang di sekitar kawasan Cina Taiwan dan juga beberapa tindakan agresif.
“Kita lihat di benua Arab Bagaimana kebangkitan putra mahkota Arab Saudi yang agresif dan mempunyai keyakinan beliau ingin menjadikan timur tengah itu menjadi the next Europe menjadi pusat dagang dan pusat peradaban. Situasi merisaukan diantaranya kebangkitan kebangkitan paham-paham ekstrim.” Katanya.
Brexit memberi dampak besar dan dalam tempo beberapa bulan mengalami inflasi yang paling besar dalam sejarah memberi kesan Eropa sekarang ada masalah perekonomian. Eropa tidak begitu kuat dan hal itu memberikan peluang kepada kita di Nusantara di Malaysia, Brunei dan juga di Indonesia untuk keluar dan bangkit menjadi referensi ataupun menjadi rujukan di peringkat dunia dengan beberapa kekuatan kekuatan yang dimiliki oleh kita.
“Kekuatan kita sudah pasti ada pada aspek kepelbagaian atau Bhinneka Tunggal Ika. Kita memiliki keragaman di dalam masyarakat dan komunitas kita dari latar belakangnya, pahamnya, agamanya dan juga budaya, namun yang penting keragaman itu masih berjalan dalam situasi damai.” Ujarnya.
Aspek kosmopolitan harus ditegakan dengan perbedaan-perbedaan yang ditimbulkan di negara kita. Harus ada rasa keterbukaan, rasa hormat, dan rasa ingin hidup bersama. Kemampuan dalam segi sejarah dapat bangkit dan bangun dengan kekuatan, bahkan mampu menandingi negara yang melakukan penjajahan ke negara kita.
“Peradaban kita bangun bukan dengan sudut kekerasan, malahan kalau kita melihat aspek pembangunan dan penyebaran di wilayah kita ini kebanyakannya disebar dan dikembangkan melalui jalan damai bukan dengan jalan peperangan.” Lanjutnya.
Aspek bagaimana untuk mengembangkan potensi dengan saling belajar di antara satu sama lain. Malahan kalau di lihat sejarah Malaysia dan Indonesia ini kejar mengejar. Reformasi di Indonesia tahun 1998 di Malaysia juga ada banyak persamaan. Saling belajar antara satu sama lain yang mematangkan dan mampu untuk mengambil dan mencari kebaikan dan kekuatan.
“Selangor sebagai sebuah negeri yang boleh dipanggil the Economic power of Malaysia. Selangor merupakan penyumbang seperempat dari pada ekonomi. Semangat Kosmopolitan itulah yang telah mendirikan Selangor sebagai sebuah negeri yang maju yang terus menjadi pembangun dan penyumbang ekonomi terbesar.” Pungkasnya.