humaniora.id – Selamat kepada pemenang pilpres 2024, walau dilakukan dengan penuh kecurangan secara terstruktur sistematis dan masif (TSM). Kecurangan yang dilakukan oleh pasangan calon (paslon) 02 sudah diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) tetap saja gugatan dari paslon 01 dan 03 ditolak oleh MK. Kalau semua sudah direncanakan secara terstruktur dan terencana ya apa boleh buat. Wes sak karep-karepmu, wajah demokrasi di Indonesia mau dibuat model apa, ya terserah.
Sebenarnya pilpres 2024 bukan semata-mata memenangkan Prabowo Gibran, tetapi ambisi pribadi Jokowi untuk melanggengkan kekuasaan. Ambisi ingin berkuasa tidak tersampaikan karena terganjal oleh aturan yang ada di konstitusi kita. Walau sudah diatur oleh konstitusi tetap saja dilanggar. Kalau menurut orang yang mendewa-dewakan Jokowi dianggap hal yang lumrah. Ya wes monggo (ya sudah terserah). Tapi ingat rakyat tidak selamanya bisa dibodoh-bodohi dan diakali.
Sejarah bangsa ini akan terkuak dengan sendirinya. Cepat atau lambat masyarakat akan faham dengan situasi politik di negeri tercinta ini. Seperti negeri dongeng saja, negeri Konoha yaitu negeri dalam suatu cerita. Dari awal sebuah cerita menjadi sebuah kenyataan. Nyata benar-benar terjadi. Negeri yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, masyarakat lemah dan tak berdaya dibiarkan hidup tanpa ada perhatian dari pemerintah.
Mengapa saat pemilu 2024 berakhir, tidak ada lagi yang peduli dengan rakyat kecil. Tidak ada lagi bansos yang diberikan kepada rakyat. Bansos dari Istana dikucurkan menjelang hari pencoblosan tanggal 14 Februari 2024.
Harga-harga bahan pokok kebutuhan pasca pemilu melonjak drastis. Semua pada mahal. Harga beras terus naik, harga minyak goreng, gula pasir, dan harga sembako serta kebutuhan pokok lainnya mengalami kenaikan. Belum lagi naiknya gas dan bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. Sebentar lagi BBM murah bersubsidi akan dihapus dan diganti pertamax green yang harganya Rp 13.900/liter. Pasti akan semakin menambah daftar panjang bahan-bahan kebutuhan sehari-hari yang semakin tak terjangkau harganya.
Harga mahal mah yang menderita rakyat kecil yang penghasilannya pas-pasan. Beda dengan pelaku elit politik seperti Prabowo Subianto calon presiden dan presiden Joko Widodo yang terus melakukan manuver politik akhir-akhir ini.
Yang terbaru partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo Subianto akan jalin komunikasi lewat Puan Maharani, dimungkinkan akan merencanakan pertemuan antara Prabowo dan Megawati ketua umum PDIP.
Sekretaris jenderal Gerindra Ahmad Muzani menyatakan partainya akan mengajak semua kekuatan dan semua pimpinan untuk membangun Indonesia ke depan. Termasuk upaya pendekatan kepada beberapa partai politik, tidak hanya ke PDIP saja tetapi Prabowo akan merangkul seluruh pihak yang telah dia siapkan.
Prabowo juga bertemu dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Prabowo bertolak ke Markas PKB di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2024).
Cak Imin menyambut kedatangan Prabowo, keduanya bersalaman, berpelukan dan saling cipika cipiki dan akhirnya masuk ke ruang pertemuan.
Partai Nasdem dengan Ketua Umum Surya Paloh juga gabung dengan pemerintahan Prabowo Gibran. Surya Paloh hari Kamis (25/4) bertandang di rumah Prabowo jalan Kertanegara, Jakarta.
Bagaimana dengan Jokowi yang hanya 6 bulan lagi menjabat sebagai presiden Indonesia. Jokowi sudah tidak lagi di PDIP, kemanakah Jokowi akan berlabuh ke Golkar atau ke PSI. Kalau ke Golkar terlalu sulit dan ke PSI terlalu kecil.
Ketika masa jabatan habis Jokowi membutuhkan partai politik untuk mengawal program-program pemerintahannya yang belum selesai, serta menyangkut dengan kepentingan lainnya. Hubungan ranggang Jokowi dengan PDIP membuat yang bersangkutan membutuhkan partai politik lainnya. Golkar untuk saat ini dekat dengan Jokowi. Apakah Jokowi akan bergabung ke partai Golkar, lihat saja nanti saat Munas Golkar pada Desember 2024. Jokowi tidak akan masuk Golkar kalau sudah tidak menjabat presiden. Tapi lain lagi ceritanya kalau Munas Golkar diajukan bulan September 2024, bisa jadi Golkar dikuasai Jokowi.
Mengapa Jokowi tidak tertarik masuk ke Gerindra, padahal partai ini mempunyai hutang budi ke Jokowi. Jokowi butuh partai politik untuk kendaraan politiknya di masa depan. Tidak mungkin melirik Gerindra, karena di partai ini masih ada Prabowo Subianto yang menjadi sosok kuat sebagai pimpinan partai. Kalau seorang presiden tidak punya kekuatan partai politik, maka akan lemah dan bisa menjadi mainan orang lain. Selain itu Prabowo malah menjalin kerja sama dengan PDIP, dan ini tidak mungkin dilakukan oleh Jokowi.
Sepak terjang dua sosok politik antara Jokowi dan Prabowo seakan-akan mengisyaratkan bahwa di Indonesia ini ada dua kekuatan besar.
Jokowi tentu tidak selesai hanya sebagai pensiunan mantan presiden. Drama-drama politik Jokowi terus dibuat bisa jadi tidak melibatkan Prabowo dan Gerindra. Paslon 02 Ketum Gerindra dibuat menang 58 % (walau bagi penulis itu angka siluman), tetapi perolehan suara partai Gerindra di parlemen hanya memperoleh 14 %. Jokowi malah tertarik kepada Golkar yang memperoleh suara di parlemen di atas 15%.
Pilpres 2024 itu sebenarnya bukan kemenangan Prabowo tetapi kemenangan Golkar yang berhasil mengusung Gibran (anak kandung Jokowi). Karena Jokowi ikut cawe-cawe agar anaknya bisa menjadi cawapres mendampingi Prabowo.
Politik di Indonesia memang sangat membingungkan bagi yang awam. Penuh intrik politik dan ambisi kekuasaan.
Apabila dua kekuatan besar antara Jokowi dan Prabowo benar-benar terjadi, maka ada persaingan dalam menentukan arah politik.
Sekilas tampak yang jadi presiden Prabowo, wakilnya Gibran, tapi yang berperan dan mengendalikan Gibran adalah Jokowi. Gibran hanya duduk manis di ruang wakil presiden sementara yang bekerja Jokowi di luar ruang wakil presiden.
Kalau mereka berdua tidak cocok pasti ada dua kekuatan besar yang bisa menimbulkan konflik. Maka saat itulah konflik tidak bisa dihindarkan antara dua kepentingan. Tidak mungkin ada matahari kembar di negeri ini.
Lihat saja nanti, apapun yang terjadi di negeri ini, penulis berusaha mengamati. Karena penulis hanya seorang juru ketik untuk negeri tercinta ini.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.